Bab 510 Alasan yang Tak Diketahui
Malam hari, otak Gu Qingyou kembali memutar ulang ucapan Jiang Jun.
"Aku hanya sangat kecewa padamu... Banyak wanita yang mendekatiku demi uang, tapi tak kusangka istriku sendiri juga begitu."
Berdiri di depan cermin toilet, memandangi wajah pucatnya sendiri, hatinya seperti tenggelam ke dasar kolam gelap...
Tok, tok.
Suara ketukan pintu terdengar.
Segera dia membasuh muka dengan air. Sejak hamil hampir tak pernah berdandan, memudahkannya menyegarkan diri dari kesedihan.
Mengeringkan air di wajah dengan handuk lembut, barulah Gu Qingyou keluar dari kamar mandi dan membuka pintu.
Di luar berdiri kepala rumah tangga.
“Nyonya Muda, Nyonya bilang Anda tidak makan banyak saat makan malam, apakah perlu saya siapkan makanan ringan untuk Anda?”
Gu Qingyou tersenyum lembut. "Tidak perlu, hari ini aku hanya tidak terlalu lapar. Beri tahu Ibu agar tidak khawatir, aku bisa merawat diri sendiri."
Kepala rumah tangga berkata ramah, "Baiklah, saya akan segera memberi tahu Nyonya."
Gu Qingyou mengangguk.
Kepala rumah tangga tersenyum sambil mundur.
Setelah kepala rumah tangga pergi, senyuman di wajah Gu Qingyou perlahan memudar. Tiba-tiba, ia mengenakan jubah piyama dan pergi ke kamar Mumu.
Mumu sudah tertidur pulas. Wajah tampannya saat tidur mirip sempurna dengan ayahnya, hanya lebih imut dan polos.
Ia duduk di tepi ranjang, tatapannya kosong menatap anak itu, hatinya terasa gersang.
Sampai saat ini, entah nanti dia akan memisahkan diri darinya atau pernikahan mereka akan berlanjut, semuanya bisa ia terima dengan tenang. Bahkan jika dia ingin bercerai, ia tidak akan protes.
Hanya saja, ini akan menyakiti Mumu.
Mumu pernah tinggal bersamanya di London selama tiga tahun. Di kedalaman hati, Mumu sangat merindukan keluarga utuh. Jika tahu orang tuanya akan berpisah, meski Mumu selalu menjadi pahlawan kecil yang kuat, pasti akan sangat menderita.
Saat ini, ia hanya berharap Jiang Jun akhirnya bisa mempertahankan pernikahan ini demi kedua anak mereka.
Meski kecewa padanya, tolong pertimbangkanlah anak-anak.
……
Di waktu yang sama, Kantor Direktur Utama Kelompok Jiang.
Dalam cahaya lampu yang redup, Jiang Jun duduk bersandar di sofa, kaki panjangnya bersilang, wajahnya dingin, tangan memegang segelas wiski, mata gelapnya yang dalam seolah tenggelam dalam pikiran.
Tiba-tiba, derap langkah kaki dari jauh semakin mendekat terdengar.
Jiang Jun tak bereaksi sama sekali, hanya ketika orang itu duduk di sofa seberangnya, barulah ia mengangkat pandangan, melirik sekilas.
"Ye Shuo yang meneleponku. Kebetulan aku sedang dinas di Kota S, jadi langsung terbang ke sini dari sana." Sambil berkata, Que Yan mengambil botol wiski di sampingnya dan menuangkan sendiri segelas.
Dengan dingin Jiang Jun menarik kembali tatapannya, mengangkat wiski dan meneguk langsung.
Melihat ini, Que Yan mengerutkan alis, "Kau lupa sedang menjalani terapi lambung?"
Jiang Jun sama sekali tak peduli, bertanya datar, "Ada urusan?"
"Tidak... Hanya ingin memberi saran objektif dan masuk akal dari posisi penonton setelah mendengar situasimu dengan Qingyou." Usai bicara, Que Yan juga meneguk wiskinya.
Jiang Jun menatap tajam Que Yan, sorot matanya dingin, bibir tipisnya terkunci rapat.
Que Yan selalu takut pada Jiang Jun. Biasanya saat Jiang Jun sedang tidak mood, ia akan menjaga jarak. Jadi kali ini tubuhnya gemetar seraya berbisik,〝Menurutku foto dan rekaman itu sama sekali tidak penting. Semua itu adalah masa lalu Qingyou. Tak peduli seperti apa Qingyou dulu, bahkan jika sampai sekarang dia masih licik dan dalam, selama dia tidak pernah memainkan-mainkanmu, selama perasaannya padamu nyata, itu sudah cukup...〞
Ekspresi Jiang Jun tetap datar usai mendengar, suara dinginnya bergema, 〝Sudah selesai?〞
Que Yan menatap wajah tanpa ekspresi Jiang Jun dengan curiga, 〝Apakah kau benar-benar keberatan?〞
Suara beku Jiang Jun membalas, 〝Kalau sudah selesai, keluar.〞
Que Yan membeku.
Dalam kesannya, belum pernah ia melihat Jiang Jun marah seperti ini, bahkan saat dulu mengira Su Mo memanfaatkannya pun tidak.
Jiang Jun yang seperti ini membuat Que Yan menggigil kedinginan. Sikap sembrononya seketika hilang.
Detik berikutnya, ia menenggak wiski dalam gelas lalu bangkit dari sofa.
……
Ye Shuo sudah menunggu di pintu kantor. Begitu Que Yan menutup pintu, Ye Shuo langsung bertanya, 〝Direktur Que, bagaimana situasinya?〞
Setelah memastikan pintu terkunci, Que Yan menjawab, 〝Aku juga tidak yakin...〞
Ye Shuo terkejut, 〝Ya?〞
Que Yan berpura-pura merenung sejenak, 〝Menilai dari Jiang Jun biasanya, masa lalu Qingyou seharusnya tidak jadi masalah... Tapi kali ini benar-benar membuatnya murka.〞
Ye Shuo berbisik, 〝Apakah Direktur Jiang sangat marah pada Nyonya?〞
Que Yan mengangkat bahu, terperangkap dalam perenungan. "Jelas Jun sedang marah pada Qingyou, karena tak ada orang lain yang punya kemampuan sebesar ini membuat Jun marah... Tapi aku heran, melihat masalah ini secara polos, sepengetahuanku tentang Jun, inti dirinya takkan peduli masa lalu Qingyou."
Ye Shuo mengkhawatirkan, "Mungkin Direktur Jiang hanya emosi sesaat, lagipula sebelumnya Nyonya tak memberi tahu situasi sebenarnya pada Direktur Jiang..."
Que Yan seketika gelengkan kepala, menyipitkan mata hitamnya yang waspada. "Jun bukan tipe orang seperti itu. Mustahil dia marah sesaat karena apapun yang dilakukannya melalui perenungan mendalam. Jadi jika dia marah pada Qingyou, pasti ada alasan lain yang belum kita ketahui..."
Ye Shuo bingung, "Lalu urusan apa itu? Kukira Nyonya sudah jujur pada Direktur Jiang..."
Que Yan mendesah pelan, "Aku juga tak tahu, tapi aku yakin Jun kali ini sangat marah... Setelah bertahun-tahun mengenalnya, ini pertama kalinya bahkan aku sendiri merasa takut."
Ye Shuo tak bisa menahan getaran dingin yang menyelinap.
……
Tengah malam pukul dua belas, Jiang Jun masih belum pulang. Gu Qingyou bersandar di tepi ranjang, terus-menerus ragu apakah akan meneleponnya.
Dia tak ingin hubungan mereka berakhir begitu saja. Harapannya benar-benar masih ada celah kompromi untuk memulihkan semuanya.
Tapi dia merasa Tuhan sangat suka menjahili manusia...
Berkali-kali dia ingin mendorong Jiang Jun pergi, Tuhan tak mengabulkan. Kini saat tak ada alasan lagi untuk menolaknya, saat dia tahu Jun mencintainya sepenuh hati dan tak ingin berpisah... Justru Tuhan memisahkan mereka di saat seperti ini.
Tuhan sungguh kejam……
Ia selalu memberikan pukulan telak saat kau tak punya persiapan psikologis.
Ponsel tiba-tiba berdering.
Gu Qingyou mengira itu panggilan dari Jiang Jun, segera menekan tombol penerimaan. Setelah melihat nomor telepon Que Yan di layar ponsel, hatinya kembali menyelam ke dasar jurang. Namun akhirnya, ia tetap menempelkan ponsel di telinga.
Suara Que Yan terdengar dari ujung sana. "Ye Shuo sudah memberitahuku tentang situasimu dengan Jun. Aku juga baru bertemu Jun, dia terlihat sangat marah……"
Lehernya terasa sesak. "Kau datang ke Kota C?"
"Ya, kebetulan ada urusan bisnis di Kota S."
"Apa dia sendirian di kantor?"
"Iya. Kurasa malam ini seharusnya tidak pulang……"
Gu Qingyou perlahan menundukkan kelopak matanya. "Aku mengerti."
"Qingyou……" Que Yan tiba-tiba berbicara dengan nada penuh kebijaksanaan.
Bayangan Jiang Jun duduk sendirian di kantor gelap terpampang di otaknya. Dadanya terasa getir, jawabannya setengah hati. "Ya."
"Menurutku kejujuran adalah pondasi pernikahan. Apakah masih ada hal…… yang belum kau jelaskan pada Jun?"
Butuh beberapa detik bagi Gu Qingyou untuk mencerna pertanyaan itu. Tubuhnya membeku di tepi ranjang. "Apa Jun mengatakan sesuatu padamu?" tanyanya.
Que Yan berkata gamblang, "Jun tidak bicara apa-apa. Hanya saja kali ini kemarahannya luar biasa. Sejauh yang kuketahui tentang Jun, sekalipun kau menyembunyikan masa lalu, tidak sampai segininya…… Jadi kupikir pasti ada penyebab lain."
Wajah Gu Qingyou seketika memucat, terjebak dalam kesunyian yang berkepanjangan.
Que Yan melanjutkan, "Aku rasa kau masih menyimpan sesuatu dari Jun, pasti karena ada kesulitan tak terucapkan. Besok aku akan menemuimu, kita bicara langsung... Ngomong-ngomong, Yaru tidak ada di tempat Bibi Shu besok kan?"
Entah mengapa, kedua mata Gu Qingyou yang sudah kabur oleh air mata itu memancarkan suara parau yang tertahan, "Yaru pulang menjenguk orang tuanya, hanya anakku yang bersama Bibi Shu..."
"Baik, besok kita bertemu di tempat Bibi Shu."
Gu Qingyou tidak menjawab.
Que Yan akhirnya menghiburnya, "Aku yakin kalian pasti baik-baik saja."
