Bab 511 Menunggunya di Hotel Hantian
Keesokan harinya.
Gu Qingyou tegak berdiri sendirian di balik jendela kaca ruang tamu kecil Rumah Bi, tenggelam dalam lautan pikirannya sendiri.
Que Yan berjalan perlahan dari ruang tamu, menatap punggung ramping Gu Qingyou yang tak terlihat hamil, bersuara lembut, "Lama tak jumpa, Qingyou."
Mendengar suara itu, Gu Qingyou berbalik. Pandangannya bersilangan dengan Que Yan. "Apa yang kau katakan benar? Kau bilang Jun tidak akan marah karena kusembunyikan masa lalu?" tanyanya langsung.
Que Yan menghampiri Gu Qingyou, mengangguk, "Tidak... Jun sama sekali tidak peduli masa lalumu. Apalagi dia sangat paham betapa sulitnya kau dipaksa Qu Liyuan dulu."
Sorot mata Gu Qingyou meredup, terjebak dalam perenungan.
Que Yan bertanya serius, "Qingyou, apa masih ada hal yang belum kau beri tahu Jun?"
Gu Qingyou tetap diam, tidak menjawab.
Que Yan menangkap jejak-jejak hubungan dari tubuh kaku Gu Qingyou, lalu melanjutkan, "Jika kau ada kesulitan tak terucapkan, bicaralah dulu denganku. Aku bisa memberi masukan objektif dan berjanji tidak akan bocorkan hal ini ke Jun, kecuali kau setuju."
Tiba-tiba Gu Qingyou menarik napas dalam-dalam, wajah pucat bagai kertas kembali tenang. Suaranya datar, "Tak ada yang perlu dibicarakan."
Que Yan tahu Gu Qingyou berbohong, keningnya berkerut. "Qingyou..."
Gu Qingyou menggelengkan kepala, "Anakmu sekarang ada di kamar Yaru. Mau kau temui?"
Meski sadar ini taktik pengalihan, Que Yan tetap terguncang mendengar kata "anak".
Gu Qingyou menangkap rasa bersalah di mata Que Yan, suaranya serak, "Kurasa kau ingin memeluknya... Dia bayi tercantik yang pernah kulihat."
Mata Que Yan berkaca-kaca, suaranya tiba-tiba parau, "Boleh aku memeluknya?"
"Tentu. Si kecil ini sangat penurut."
Setelah memandangi Gu Qingyou sejenak, Que Yan berbalik cepat menuju kamar Yaru.
……
Di kamar bayi yang dihias apik, tangannya terasa berat menggapai bayi mungil yang tidur tenang di ranjang.
“Dia dipelihara Yaru hingga gemuk, kulitnya putih kemerahan, sangat menggemaskan. Bulu mata panjangnya yang lebat menutupi mata, seperti kipas, bisa dibayangkan betapa terang dan jernihnya mata di balik bulu mata tebal itu.”
“Cepatlah, peluk dia.” Kata Gu Qingyou.
Que Yan ragu lama sekali, baru memasukkan kedua tangannya ke kereta bayi, menyentuh tubuh mungil yang lembut itu dengan sangat hati-hati, lalu mengangkatnya dengan sangat lembut.
Ia menatap bayi dalam gendongannya, diam, tapi lengan yang sedikit bergetar menunjukkan gejolak hatinya. Lama kemudian, suara parau-nya baru terdengar, “Dia ringan sekali, kecil sekali...”
Gu Qingyou tidak menjawab Que Yan, tatapannya kosong.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari pintu, tapi karena keduanya tengah larut dalam pikiran masing-masing, tidak ada yang menyadarinya hingga pintu kamar didorong dari luar——
Seketika, Gu Qingyou yang tersadar tertegun, sementara pandangan Que Yan yang secara refleks terangkat tak sengaja bertemu dengan An Yaruo yang baru masuk.
Tas perjalanan di tangan Yaru tiba-tiba jatuh ke lantai.
Gu Qingyou menahan napas, “Yaru...”
Mata Yaru seperti berkaca-kaca, tapi dalam sekejap ia sudah mengendalikan diri. Dengan tenang ia menghampiri Que Yan, langsung mengambil bayi dari pangkuannya.
Gu Qingyou terbata-bata, “Yaru, bukankah kau sudah pulang?”
“Aku baru tahu Ayah Ibu sementara pergi ke Prancis urus bisnis…” Jawab Yaru kaku pada Gu Qingyou, lalu tanpa menoleh, ia membopong anak dan langsung keluar dari kamar.
Gu Qingyou melirik Que Yan sejenak, lalu mengejar Yaru.
……
Yaru tidak pergi jauh, ia hanya menuju ruang tamu kecil.
Saat ini, Yaru sedang menciumi anaknya, sorot mata penuh kasih sayang dan kepedulian.
Gu Qingyou memandangi kemerahan di mata Yaru, berucap penuh penyesalan, "Maaf, aku yang menyuruh Que Yan menjenguk anak."
Ekspresi Yaru tetap tenang, nada datar, "Kenapa dia di sini? Bukankah dia seharusnya di Prancis?"
Gu Qingyou menjawab, "Dia sedang urus bisnis di Kota S, sekalian mampir ke Kota C."
Yaru mengangkat pandangan, menatap langsung ke mata Gu Qingyou. "Qingyou, aku tak menyalahkanmu. Aku tahu kau selalu tak tega melihat Xiao Keke tanpa ayah. Tapi aku tak mau anakku bertemu dia, tak mau dia memeluk anakku, mengerti? Aku sudah berniat memutus semua hubungan dengan orang ini..."
"Aku tahu... Aku mengerti... Maaf." Gu Qingyou mendekati Yaru, merangkul tubuhnya yang gemetar halus karena emosi.
Yaru melototkan mata menahan air mata, berkata dingin, "Tolong minta dia pergi. Sampaikan padanya agar jangan lagi menjenguk anak, jika tidak aku akan bawa anak ke Prancis dan tampil di TV, membuat reputasi keluarga Que di Prancis hancur!"
Gu Qingyou mengangguk kuat, "Baik, akan kusampaikan..."
Yaru menelan gumpalan di lehernya, menutup mata.
……
“Gu Qingyou baru saja keluar dari ruang tamu kecil, sudah melihat Que Yan. Jelas ia sudah mendengar seluruh percakapan Gu Qingyou dan Yaru tadi, tidak ada ekspresi sama sekali di wajahnya.”
“Aku juga tidak menyangka Yaru akan kembali, dia...”
Que Yan mengangguk, suaranya serak, “Aku mengerti... Aku akan pergi.”
Gu Qingyou menghela napas penuh ketidakberdayaan.
Que Yan melayangkan pandangan terakhir ke arah bayangan Yaru yang tegak berdiri di balik jendela kaca dari kejauhan, lalu berbalik pergi.
Gu Qingyou tak kuasa menahan diri, “Benarkah kau tidak berniat memberitahu Yaru kebenaran? Mungkin kita mengira ini yang terbaik untuk Yaru, tapi yang diinginkan Yaru dalam relung hati mungkin bukan begini... Dia mungkin lebih memilih untuk menghadapi ini bersamamu.”
Que Yan tiba-tiba menghentikan langkahnya, membelakangi Gu Qingyou, berkata dengan suara tenang, “Tapi aku tidak mau dia menghadapi ini bersamaku. Apalagi, hari-hariku sudah tidak banyak lagi.”
Gu Qingyou ingin mengatakan sesuatu, tapi tak tahu harus berkata apa. Karena dia bisa merasakan hati Que Yan saat ini sedang menahan penyiksaan dan kepedihan. Kali ini melihat Que Yan, dia jelas-jelas menyadari tubuhnya yang semakin kurus. Mungkin di saat-saat mereka tidak bertemu, penyakit juga menyiksanya. Andai itu dirinya, dia pun tak akan mau pasangannya melihatnya menderita saat menghadapi penyakit terminal.
Akhirnya, dia memilih kesunyian.
Que Yan tiba-tiba menoleh melihat Gu Qingyou dari kejauhan, dengan tegas berkata, "Qingyou, jika masih ada hal yang belum kau jelaskan pada Jun, aku harap apapun kesulitan tak terucapkan itu, kau memilih untuk gamblang padanya. Karena kita sama-sama tahu betapa Jun peduli padamu. Menyembunyikan kebenaran darinya justru paling menyakiti hatinya."
Gu Qingyou tidak menjawab Que Yan. Tangannya yang tergantung lemas di sisi tubuh perlahan mengelus perutnya yang menggembung.
……
Jiang Zhai.
Bersandar di sofa kamar tidur, ekspresi Gu Qingyou terlihat bengong.
Baru sekarang ia tahu, ternyata kemarahan Jiang Jun bukan karena masa lalunya, melainkan karena urusan itu...
Jiang Jun memang terlalu pintar. Hanya dengan melihat foto lama dan rekaman audio itu, ia sudah bisa menebak...
Pantas saja kemarin ia terus-menerus bilang kecewa padanya...
Pantas bahkan Que Yan bilang tak pernah melihatnya marah sehebat itu...
Bagaimana ini?
Jika kemarin pulang, di relung hatinya masih ada harapan gemetar untuk terus bersama, kini harapan yang sudah seperti lilin di tengah angin itu benar-benar telah hancur.
Jiang Jun dan dirinya tak mungkin melanjutkan lagi...
Ya, tak ada harapan, tak ada kemungkinan!
Sungguh konyol...
Andai bukan karena Que Yan, mungkin ia belum tahu kalau Jiang Jun sudah menyadari rahasia yang selalu disembunyikannya di hati...
Sekarang, tak perlu bicara lagi. Ia hanya perlu bertanya kapan Jiang Jun berencana menceraikannya.
Karena, hubungan mereka sudah berakhir. Tak mungkin kembali lagi.
Air mata mengalir dari sudut mata, menuruni pipi dingin perlahan, bibir merasakan asinnya air mata. Gu Qingyou mengambil ponsel, perlahan menghubungi nomor telepon Jiang Jun.
Telepon tersambung, namun yang mengangkat adalah sekretarisnya, Eileen.
"Nyonya Direktur Utama, Direktur sedang rapat. Perlu saya sambungkan?"
Eileen sudah mendengar perkataan Su Mo kemarin, tahu hubungan mereka sedang renggang. Gu Qingyou tak perlu menyembunyikan emosinya saat ini.
"Tak usah... Cukup sampaikan padanya aku menunggu di Hotel Hantian setelah rapat."
