Bab 531 Jika Mencintai, Mencintailah Sepenuhnya
Gu Qingyou perlahan bangkit dari sofa. "Kau kembali."
Jiang Jun mengalihkan tatapan dari tubuhnya. "Aku mandi dan ganti pakaian. Nanti kita ke Sukresih Utara."
Gu Qingyou mengangguk. "Baik."
Jiang Jun sedang melepas dasi, tiba-tiba berhenti sebentar, menoleh padanya. "Jika ada yang tidak nyaman dengan tubuhmu, kita bisa pergi besok."
Gu Qingyou membelai lembut perutnya. "Aku baik-baik saja, anaknya juga baik-baik."
Jiang Jun tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia meletakkan dasi yang sudah dilepas dan mantel jas yang ditanggalkan, lalu langsung menuju kamar mandi.
……
Setelah keluar dari hotel, mereka pergi ke Sukresih Utara.
Tempat ini dulunya lokasi mereka melihat cahaya kutub, sekaligus tempat pernikahan mereka. Namun Sukresih hanya bisa menampakkan cahaya kutub beberapa bulan dalam setahun. Kini bukan musimnya, jadi dari dalam bangunan berbentuk bola kristal tempat pernikahan mereka, hanya bintang bertaburan yang terlihat di langit.
Tapi taburan bintang ini sudah cukup indah, membuat Gu Qingyou bahkan tak bisa mengalihkan pandangan.
Saat ini, Jiang Jun menatap Gu Qingyou yang sedang mendongak ke langit, lalu berkata dengan suara berat. "Masih ingat sumpah pernikahan kita?"
Gu Qingyou mengira Jiang Jun membawanya ke sini untuk melihat cahaya kutub. Baru ketika Jiang Jun mengucapkan ini, ia menyadari bahwa sebenarnya Jiang Jun inginnya mengingat kembali sumpah pernikahan mereka di tempat ini.
Tapi bagaimana mungkin ia lupa?
Bahkan jika ia tidak dibawa ke sini, kenangan tentang sumpah mereka dulu tetap...
Semua kenangan indah yang pernah mereka miliki bersama, tersimpan jelas di otaknya.
Maka Gu Qingyou menjawab dengan serius, "Tentu saja aku ingat."
"Coba ucapkan lagi padaku." Pinta Jiang Jun.
Gu Qingyou ingat pernikahan diadakan di Sukresih pukul lima dua puluh pagi...
Ia mengenakan gaun pengantin putih hasil pesanan khusus, Jiang Jun berbaju hitam. Tangannya merangkul lengan pria itu, melangkah di karpet merah yang dipenuhi mawar, berjalan khidmat menuju pendeta. Sumpah yang ditanyakan pendeta kala itu masih sangat jelas diingatnya...
Gu Qingyou menutup mata, perlahan mengucapkan janji yang pernah ditanyakan pendeta, "Kita saling bersumpah, baik dalam kekayaan maupun kemiskinan, sehat maupun sakit, saling mendukung dan mencintai hingga hari terakhir hidup pasangan."
Setelah mengucapkannya, barulah ia membuka mata perlahan. Kabut air tipis telah menyelimuti pandangannya. Saat-saat bahagia dulu seolah masih nyata di depan mata, namun kini dunia telah berubah.
Jiang Jun menarik sudut bibirnya dingin, "Bagus, kau masih ingat."
Gu Qingyou memandangnya dengan samar, suara parau berkata, "Bagaimana mungkin aku lupa... Segala hal antara kita, semua kuingat."
"Bagus." Jiang Jun mengulang kata itu, lalu bertanya, "Kalau ingat, mengapa kau hendak melanggar sumpah kita - saling mendukung dan mencintai hingga akhir hayat, lalu pergi dariku?"
Rupanya ia benar-benar mendengar percakapannya dengan Guan Yumo...
Pandangan Gu Qingyou langsung kabur oleh air mata, suaranya tersekat saat berkata, "Aku tidak ingin meninggalkanmu, tapi pernikahan kita yang dipertahankan dengan goyah tak punya makna sama sekali..."
Air mata di mata Gu Qingyou membuat dada Jiang Jun sesak, suaranya tak bisa menahan serak, "Karena aku tidak pulang saat perayaan ulang tahun Ibu, kau pikir aku sudah tak mencintaimu lagi?"
Gu Qingyou melaporkan sejujurnya, "Apakah tidak begitu? Kau tahu aku menantimu, tapi tak pulang. Bukankah ini jawaban paling jelas?"
Jiang Jun tiba-tiba menyeringai dingin, kedalaman mata hitam pekatnya menyembul kegilaan sesaat. Tapi karena sikap tenangnya, emosi itu hanya kilat di balik sorot mata sebelum ia menguasai diri. Matanya menatapnya tajam, nada bicara kecewa: "Tahukah kau? Hari itu sebenarnya aku mau pulang, tapi karena kerja berlebihan beberapa hari sebelumnya, aku tertidur nyenyak seharian. Saat sadar, waktuku untuk bergegas kembali ke Kota C sudah lewat..."
Mendengar itu, seluruh tubuh Gu Qingyou kaku di tempat semula, tak percaya: "Kau... kau tertidur seharian?"
"Benar."
Napas Gu Qingyou terhenti seketika.
Apakah dia salah paham padanya?
Jiang Jun menyipitkan mata yang gelap dan sipit memanjang hingga membentuk garis lurus, meninjau dengan cermat ekspresi terkejut di wajah Gu Qingyou. Tiba-tiba, ia tersenyum lembut, "Tahukah kau? Aku sadar tak pulang pasti akan kausalahpahami, tapi saat itu kupikir... biarlah kau salah paham, anggap saja sebagai hukuman untukmu, sebagai penebusan dosa atas anak kita yang telah tiada. Nanti setelah aku kembali ke Tiongkok, akan kujelaskan semuanya padamu......"
Pada detik ini, tatapan Gu Qingyou bergetar, lingkar matanya semakin memerah.
"Setibanya di rumah, melihat wajahmu yang lesu, aku tahu beberapa hari terakhir kau sangat menderita. Sangat ingin rasanya berdamai denganmu saat itu juga, tapi ketika teringat anak kita yang telah tiada... hatiku terasa sakit tercengkeram. Jadi akhirnya... kupilih kembali ke perusahaan untuk mendinginkan kepala beberapa waktu." Jiang Jun melanjutkan ucapannya.
Hidung Gu Qingyou mulai memerah juga, ujung hidungnya terasa pedih.
Tak disangkannya, mana sangka, ternyata Jiang Jun sejak awal sudah berniat memaafkannya...
“Setelah kembali ke perusahaan, aku menerima informasi bahwa kau pindah ke rumah ibu mertua... Memikirkan kau pasti mengirim pesan itu sambil meneteskan air mata, saat itu aku merenung apakah aku terlalu kejam padamu. Jadi, ada satu momen ketika aku hendak langsung ke rumah ibu mertua untuk menjelaskan segalanya, namun rasa bersalah pada anak itu membuatku merasa berdamai denganmu begitu saja seolah terlalu kejam bagi jiwa yang telah tiada... Akhirnya kuputuskan akan menjelaskan semuanya besok, lagipula besok kita harus mengajak Mumu ke Disneyland.” Tatapan Jiang Jun muram, suaranya terdengar getir tak biasa.
Gu Qingyou membuka matanya selebar-lebar, namun air mata tetap tak bisa dikendalikan bagai banjir jebol tanggul...
"Keesokan harinya, aku menjemputmu dan Mumu. Semua terasa hangat, momen berkumpul bertiga semakin membuatku sadar bahwa aku tak bisa hidup tanpamu... Usai jalan-jalan di rumah ibu mertua, aku sudah memutuskan untuk menuruti anak tangga yang diberikannya. Tapi tak kusangka kau akan menolakku. Saat itu meski tersulut emosi dan hendak pergi, kuingat mungkin kau mengira perhatianku ini karena tekanan ibu mertua, maka aku kembali... Kali ini tekadku sudah bulat untuk menjelaskan segalanya - bahwa sesungguhnya aku tak mungkin marah padamu, betapa dalam cintaku, bahwa masa lalu biarlah berlalu, bahwa masa depan kita masih bisa sempurna. Namun——"
Jiang Jun dalam bagian ini menarik napas dalam-dalam, seolah rasa sakit seperti tercekik datang dari dadanya. Keningnya berkerut rapat, tatapannya kosong dan suram memandangnya, ekspresi lesu yang belum pernah terlihat sebelumnya, suara seraknya bergetar, "Bagaimana mungkin aku tidak menyangka, saat aku bersiap membuka pintu, aku mendengar percakapanmu dengan mantan pacarmu, mengetahui rencanamu untuk meninggalku..."
Mendengar ini, Gu Qingyou memaksakan suara serak dari tenggorokannya yang tersekat, berkata buru-buru, "Jun, ucapan-ucapanku pada pria itu bukanlah yang sebenarnya. Saat itu kukira kau sudah tak peduli padaku. Aku ingin berhenti mengorbankan masa depanmu, jadi..."
"Aku tahu ucapanmu pada pria itu bukanlah kebenaran. Gu Qingyou yang kukenal, aku takkan pernah percaya dia materialistis. Meski di masa lalu pernah melakukan kesalahan, ini tak mengubah hakikat sejatinya sebagai manusia... Jadi yang kupedulikan bukanlah kata-katamu padanya, tapi keputusanmu untuk pergi dariku."
Tubuh Gu Qingyou gemetar hebat, sekejap mata seluruh tubuhnya menjadi kaku.
Jiang Jun menatapnya, tatapan yang tak pernah terlihat sedemikian kecewa, seolah tak ada lagi yang diharapkannya di dunia ini. Suaranya semakin parau, "Gu Qingyou, kita telah melalui begitu banyak bersama. Aku tak pernah sekalipun berpikir untuk meninggalkanmu. Tapi saat kudengar rencanamu untuk pergi, kudengar suara hatiku remuk... Karena wanita yang sangat kupedulikan, yang kanggap sebagai nyawaku sendiri, pada akhirnya bisa begitu mudah meninggalkanku. Sama sekali tak mempedulikan pengorbananku, tak mempedulikan anak kita..."
Air mata Gu Qingyou bercucuran tak terbendung. Ia menangis tersedu-sedu, "Jun, bukan begitu... Aku ingin meninggalkanmu karena mantan pacarku adalah—"
Saat ini ia hendak menjelaskan segalanya, namun Jiang Jun memotong ucapannya. "Bahkan jika mantan pacarmu adalah Guan Yumo, lalu apa?"
Tak disangka Jiang Jun ternyata tahu status Guan Yumo. Gu Qingyou terpaku sesaat.
Jiang Jun menutup mata, bulu mata panjangnya yang bergetar halus menyiratkan rasa sakitnya. "Jangan kau bilang ini untuk melindungiku. Kau tahu aku tak butuh perlindunganmu. Demi dirimu, sekalipun Guan Yumo jadi musuhku, aku takkan gentar... Jadi alasan sebenarnya kepergianmu bukan karena Guan Yumo, tapi karena sifat egoismu yang keterlaluan."
Menghadapi tuduhan Jiang Jun, dada Gu Qingyou serasa terhimpit benda berat. Perasaan terkekang itu menyiksa, namun tak ada pembelaan yang bisa ia lontarkan.
Jiang Jun perlahan membuka matanya yang penuh kesakitan, menatapnya dalam-dalam. "Kau pikir aku tidak bisa memahami dirimu, dan berniat menyerah pada perasaan kita. Kau merasa sangat menderita, sehingga ingin pergi... Dari awal sampai akhir, kau tak pernah memikirkan - jika kau pergi, bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan anak kita? Bagaimana dengan keluarga masing-masing? Padahal kupikir, kau takkan pernah meninggalkanku dan keluarga lagi. Meski ada hambatan, kau akan berusaha mengatasinya... Tapi nyatanya kau malah egois ingin kabur begitu saja!"
"Jun..." Gu Qingyou gemetar dalam hatinya, berusaha menjelaskan tapi otaknya tak bisa menyusun satu kata pun.
Tatapan Jiang Jun terlihat muram, ia menggelengkan kepala pasrah. "Kau sangat mengecewakanku... Gu Qingyou, kali ini aku benar-benar kecewa padamu... Kau tiba-tiba membuatku kehilangan kepercayaan untuk melanjutkan hubungan. Karena aku tak tahu, jika di masa depan kita menghadapi hambatan lagi, apakah kau akan kabur lagi..."
Wajah Gu Qingyou dipenuhi jejak air mata, namun air mata terus mengalir deras. Ia sangat ingin menjelaskan, tapi tenggorokan yang pahit tak bisa mengeluarkan sepatah kata.
Akhirnya, suara Jiang Jun yang parau berkata, "Jika bukan karena terlalu mencintaimu, aku akan melepaskanmu, Gu Qingyou."
