Bab 539 Bagaimana Hidup di Bawah Satu Atap yang Sama?
“Benarkah?” Guan Yumo mengangkat alis. “Jangan-jangan mereka hanya berdamai secara lahiriah? Tapi nada suara Gu Qingyou saat meneleponku waktu itu penuh aura wibawa!” Guan Yumo tenggelam dalam perenungan.
Mai Li berkata sejujurnya, “Ini info dari pelayan Keluarga Jiang, seharusnya akurat...”
Guan Yumo berpura-pura merenung sejenak, “Tapi bukankah Jiang Jun sangat tegang terhadap Gu Qingyou? Kudengar saat persalinannya terjadi kejadian tak terduga. Jika bukan karena keputusan cepat Jiang Jun yang tenang, nyawa Gu Qingyou mungkin sudah tidak ada...”
Mai Li menjawab, “Kegelisahan sesaat itu wajar. Lagipula perasaan suami-istri masih ada, apalagi dua anak masih perlu dirawat ibunya.”
“Setelah dianalisismu, masuk akal.” Guan Yumo mengerutkan alis, “Tapi benarkah Jiang Jun tidak bisa memaafkan Gu Qingyou?”
Mai Li menatap Guan Yumo dengan nada sopan, “Bukankah Tuan sebelumnya juga mengira Direktur Jiang tidak akan memaafkan Nona Gu?”
Guan Yumo mengangguk, "Ini benar, awalnya aku juga pikir Jiang Jun tidak mungkin memaafkan Gu Qingyou... Tapi, menurutku Direktur Jiang benar-benar mencintai wanita ini hingga ke tulang!"
Mai Li tersenyum, "Semakin dalam cinta, semakin dalam pula kebencian yang bisa tumbuh!"
Sorot mata Guan Yumo yang licik terlihat puas. "Awalnya aku sudah menyiapkan senjata rahasia untuk Gu Qingyou, tapi sekarang sepertinya tidak diperlukan lagi..."
"Apakah senjata rahasia yang Tuan maksud adalah hal yang bisa mengancam Nona Gu?" tanya Mai Li penasaran.
Guan Yumo tertawa, "Hal ini bisa membuat Gu Qingyou hancur total... Hanya saja, satu hal yang masih belum kumengerti sampai sekarang, bagaimana Jiang Jun bisa tahu dari foto bahwa aku memiliki barang yang mengancam Gu Qingyou? Untuk itu dia sengaja berpura-pura di depanku, tujuannya untuk memancingku keluar!"
Mai Li menjawab jujur, "Jika Tuan saja tidak mengerti, apalagi hamba... Tapi mungkin Direktur Jiang sama sekali tidak tahu dari foto itu? Lagipula, foto itu mungkin bisa membocorkan identitas Tuan, tapi tidak mungkin menunjukkan bahwa Tuan memiliki barang yang mengancam Nona Gu?" Mai Li juga tampak bingung.
Guan Yumo tidak menjawab, hanya terperangkap dalam perenungan yang lama.
……
Keesokan harinya.
Yaru datang ke Jiang Zhai mengunjungi putri kecil Gu Qingyou sambil menggendong putrinya sendiri, namun melihat Gu Qingyou hari ini terlihat setengah hati.
Akhirnya, setelah Yaru sekali lagi berbicara dengan Gu Qingyou namun tidak mendapat respons, Yaru tak tahan bertanya, "Kau kenapa? Seperti kehilangan jiwa?"
Gu Qingyou baru menyadari dirinya tadi kehilangan fokus, menjawab dengan sedikit canggung, "Maaf... Apa yang kau katakan tadi?"
Yaru menopang Xiao Keke yang sudah bisa berdiri di sofa, berkata serius, "Apa yang kubicarakan tadi tidak penting. Yang penting kenapa pikiranmu begitu buyar?"
Gu Qingyou menundukkan pandangan, memandang bayi dalam pangkuannya. "Tidak apa, mungkin karena kurang tidur semalam, konsentrasiku kurang."
"Kurang konsentrasi?" Yaru jelas tak puas dengan jawaban ini, bergumam, "Yang benar saja! Ibu mertuamu sangat menyayangimu, bahkan hampir tak membiarkanmu menggendong anak karena takut lukamu tersentuh. Dia juga menyewa tiga empat pelayan khusus untuk merawat putrimu. Masih berani kau mengeluh kurang tidur?"
Gu Qingyou mendesah pelan, "Mungkin aku terlalu dimanja ibu mertua sampai jadi manja."
Yaru melotot penuh kebencian, "Sudah tahu kau bahagia, Hmph..." Lalu memandang penuh kasih pada putri kesayangannya, "An Xiao Ke, Mama berpesan, saat kau besar nanti carilah suami kaya. Baru bisa hidup seperti Bibi Gu ini, menikmati hidup nyonya muda setiap hari sambil membuat orang lain iri..."
Gu Qingyou tak kuasa menahan tawa mendengar ucapan Yaru. Agar Yaru tak terus mempertanyakan masalah emosinya, ia mengalihkan topik, "Ngomong-ngomong, benarkah kau mau menamai putrimu 'An Xiaoke'?"
Yaru menyapu pandangan ke arah Gu Qingyou, "Ada masalah? Kalau putriku tidak bermarga An, lalu marga apa?"
"Eh, maksudku..."
"Jangan kau berani-berani menyebut orang itu di hadapanku, jika tidak aku benar-benar marah! Waktu itu kau diam-diam membawanya menjenguk putriku, hutangmu belum kulunasi!" "peringatan" serius Yaru, seolah tak tersisa sedikitpun perasaan saat menyebut orang itu.
"Sebenarnya hari itu aku tidak sengaja membawanya menjenguk Xiaoke..."
Gu Qingyou sedang bersiap menjelaskan pada Yaru, tak disangka, dari lobi terdengar panggilan hormat pelayan, "Direktur Jiang."
Yaru dengan gembira menghentikan pembicaraan tentang orang itu, buru-buru berkata, "Suamimu kembali!"
Gu Qingyou tak melanjutkan, namun raut wajahnya menunjukkan perubahan halus.
Yaru melihat jam di pergelangan tangannya, "Direktur Jiang benar-benar tak sabar pulang menemui istri dan putrinya. Lihat... sekarang bahkan belum pukul sebelas."
Senyuman mengembang di wajah Gu Qingyou, tapi tak ada yang tahu, tubuhnya diam-diam gugup saat ini, tatapannya tak berani mengarah ke Jiang Jun.
Ia merasa dirinya terlalu memalukan...
Permohonan maaf yang berulang-ulang padanya, kini telah menjadi lelucon.
"Direktur Jiang."
Yaru menggendong An Xiaoke sambil berdiri, berbincang ramah dengan Jiang Jun seperti biasa, tak menyadari keanehan samar yang terpancar dari Gu Qingyou saat ini.
Jiang Jun mengangguk pada Yaru, tersenyum lembut. "Kau bisa lebih sering menemani Qingyou, biar dia tidak terlalu bosan selama masa nifas."
"Tentu saja... Asal Qingyou tidak merasa aku mengganggu." Setelah berkata demikian, Yaru membuat wajah jelek ke arah Gu Qingyou.
Jiang Jun menoleh ke Gu Qingyou, bertanya penuh kasih, "Xi Xi sudah tidur?"
Gu Qingyou sengaja menunduk memandang bayi dalam pangkuannya, menghindari tatapan Jiang Jun. "Ya, tadi sempat bangun sebentar, lalu tertidur lagi."
Jiang Jun mengulurkan tangan, "Biarkan aku memeluknya."
Gu Qingyou segera menyerahkan bayi itu ke tangan Jiang Jun dengan hati-hati, tapi menghindari sentuhan fisik dengannya.
Yaru yang tidak menyadari ketegangan kecil antara mereka berkelakar, "Direktur Jiang begitu menyukai anak perempuan, nanti suruh Qingyou melahirkan lagi putri untukmu..."
Jiang Jun memandangi bayi yang tertidur lelap tanpa berkedip, hanya tersenyum tanpa bicara.
"Aku ambil selimut untuk Xi Xi..." Seraya berkata demikian, Gu Qingyou buru-buru menuju lantai dua.
Yaru berteriak, "Hei, suruh saja pelayan yang ambil selimut... Hati-hati sobekan lukanya naik-turun tangga!!!"
……
Kenyataannya, luka di perut Gu Qingyou memang terkoyak saat menaiki tangga...
Saat ini, seluruh tubuhnya bersandar di pintu kamar lantai dua, tangan menekan luka di perut bawah, mata terpejam rapat.
Ya, dia tidak bisa bersikap masa bodoh seperti sikap Jiang Jun terhadapnya...
“Dia sangat menderita...”
Apakah mereka benar-benar harus berpura-pura menjadi pasangan suami-istri normal seumur hidup?
Tapi apakah pernikahan seperti ini benar-benar memiliki makna?
Dia tidak tahu harus berbuat apa...
Sekarang dia bahkan tidak tahu bagaimana harus berada dalam satu kamar dengannya...
Bisakah dia benar-benar terus melanjutkan hubungan seperti ini dengannya?
……
Saat Gu Qingyou turun tangga, Xi Xi sudah bangun...
Jiang Jun menggoda Xi Xi, tapi tak lupa berkata padanya, "Lukanya belum sembuh, urusan seperti ini biarkan pelayan yang mengerjakannya."
Gu Qingyou menganggukkan kepala pada Jiang Jun.
Yaru melihat wajah Gu Qingyou pucat, bertanya penuh perhatian, "Kau tidak sampai menarik lukamu kan?"
Gu Qingyou tersenyum, "Tidak, tadi aku sekalian cuci muka di atas."
"Oh." Barulah Yaru percaya.
Tiba-tiba kepala pelayan membawa ponsel Gu Qingyou menghampiri. "Nyonya Muda, telepon Anda berdering."
Gu Qingyou segera menjauh dari samping Jiang Jun, menerima ponsel, tapi tak disangka yang menelepon adalah Guan Yumo.
Saat Gu Qingyou membeku di tempat, Jiang Jun menyerahkan Xi Xi ke pelayan, lalu mendekatinya. "Ada apa?"
Gu Qingyou tidak mengangkat kepala memandang Jiang Jun, berkata, "Guan Yumo menelepon lagi."
