Bab 542 Kesempatan Terakhir
Kali ini Gu Qingyou tak lagi ragu, dia memutuskan untuk pergi, bahkan dalam waktu dekat.
Dia tak ingin lagi merepotkannya, dia ingin mengembalikan kehidupan tenangnya, memungkinkannya memulai kembali dari awal.
Maka, di sebuah sore yang hening, dia aktif menekan nomor telepon Guan Yumo.
Sekarang panggilan asing tak mungkin lagi masuk ke ponselnya, tapi dia bisa menghubungi siapapun.
Guan Yumo segera mengangkat telepon, namun awalnya hanya terkekeh tipis, "Kenapa, ada perubahan tak terduga lagi? Kalau tidak, kenapa masih meneleponku? Kukira kau takkan pernah menghubungiku lagi..."
"Yang kukatakan padamu sebelumnya tidak benar."
"Apa yang tidak benar?"
Gu Qingyou dengan tenang memandang ke kejauhan di luar jendela kaca, berkata datar, "Perkataanku bahwa aku takkan pergi, itu palsu."
"Oh?" Suara Guan Yumo penuh keraguan. "Bukankah kau memberi tahu bahwa hubunganmu dengan Jiang Jun sudah berdamai, dan bersumpah suamimu akan melindungimu?"
Tentu dia akan melindunginya. Mau mencintai atau tidak, dia akan melindunginya, karena dia pria yang bertanggung jawab.
Hanya saja, dia tak ingin lagi menghancurkan hidupnya.
Dia sudah sial bertemu dengannya, dia tak ingin dia kembali sial karena harus berjuang melawan Dark Angel akibat dirinya.
Gu Qingyou muram menundukkan kelopak mata. "Aku tak ingin banyak bicara... Janjimu untuk mengatur kepergianku ke tempat yang tak bisa dijangkau Jiang Jun - apakah masih berlaku?"
Guan Yumo terdiam.
Gu Qingyou tak sabar menunggu, melanjutkan, "Jika kau tak mau membantu, aku akan cari cara lain."
Guan Yumo akhirnya bersuara, "Tentu saja bisa kuatur... Tapi bagaimana aku tahu kau takkan ingkar janji lagi?"
"Aku takkan ingkar lagi." Gu Qingyou mengangkat pandangan, menatap cakrawala jauh, lalu menambahkan tegas, "Besok - waktunya kita tetapkan besok."
"Besok?" Guan Yumo terkejut.
Gu Qingyou mencibir sinis, "Ada masalah? Kau tak sanggup mengaturnya?"
Guan Yumo terkecil tipis, "Bagi pemimpin Dark Angel, urusan kecil seperti ini hanya perlu satu kalimat dariku... Yang membuatku heran adalah mengapa kau ingin pergi secepat ini?"
"Yang kau pedulikan adalah hasil, proses tidak penting, bukan?" Gu Qingyou berkata dengan dingin.
Guan Yumo dengan nada rileks, "Tentu saja... Lagipula yang kuinginkan adalah kekalahan totalmu."
"Sekarang tujuanmu telah tercapai." Gu Qingyou tersenyum, namun tatapannya kosong.
"Baik, jam berapa besok?" Guan Yumo bertanya.
"Besok pagi pukul 10 aku akan ke rumah Bibi Shu, tinggal setengah jam. Aku akan cari alasan pergi sekitar pukul 10:30. Aku ingin mobil yang kau kirim sudah parkir di pintu."
"Tidak masalah."
"Baik."
Tanpa melanjutkan percakapan, Gu Qingyou langsung memutuskan sambungan. Ia menutup matanya dengan berat hati.
……
Siang hari semuanya normal. Jiang Jun pulang untuk makan siang.
Beberapa hari terakhir sejak kelahiran Xixi, Jiang Jun hampir selalu pulang lebih awal dan makan di rumah.
Gu Qingyou duduk di samping Jiang Jun. Saat seluruh keluarga makan dalam keheningan, ia bertanya, "Malam ini aku mau masak. Ada yang kau inginkan?"
Sebenarnya jiwanya selalu merupakan wanita tradisional. Ia senang memasak untuk orang yang dicintainya, merasa ini adalah kebahagiaan.
Kini saatnya pergi, ia ingin menyiapkan hidangan terakhir untuknya.
"Apa?" Nyonya Jiang Dong terkejut. "Qingyou, kau mau masak malam ini?"
Gu Qingyou tersenyum menoleh ke Nyonya Jiang Dong. "Gatal untuk bekerja, tiba-tiba ingin menunjukkan kemampuan memasak."
Nyonya Jiang Dong berhati-hati, "Kau masih dalam masa nifas, tidak boleh terkena air... Sayang, setelah masa nifas selesai, baru boleh masak."
"Ibu, untuk mencuci sayuran, aku bisa minta pelayan membantu," jawab Gu Qingyou.
Nyonya Jiang Dong masih khawatir, "Tapi lukamu belum sembuh..."
"Luka sekarang sudah tidak sakit lagi, dan memasak tidak perlu gerakan besar," Gu Qingyou berusaha meyakinkan.
Jiang Jun memandangnya dengan raut wajah serius, "Menurutku kau memang belum pantas memasak sekarang."
"Tapi aku benar-benar ingin, apalagi akhir-akhir ini sering nonton acara masak, belajar banyak resep baru..." kata Gu Qingyou dengan nada merajuk.
"Kau yakin ini tidak mempengaruhi lukamu?" Jiang Jun bertanya dengan waspada.
Suara Gu Qingyou lembut, "Benar-benar tidak... Cuma masak sekali saja, buatku ini hal sepele."
Barulah Jiang Jun tidak berkata-kata lagi.
Nyonya Jiang Dong yang selalu memanjakan Gu Qingyou akhirnya menyerah, "Baiklah... Kau boleh masak asal ibu awasi di sampingmu."
Senyuman bahagia merekah di wajah Gu Qingyou, "Terima kasih, Ibu."
……
Setelah makan siang, Jiang Jun beristirahat di kamar. Gu Qingyou menggendong Xi Xi ke sofa di ruang tamu lantai satu. Kebetulan hari ini akhir pekan, Mumu juga ada di sisinya.
“Mama, adik perempuan sangat patuh… Dia minum susu lalu tidur dengan patuh sendiri.”
Gu Qingyou menatap mata jernih Mumu yang mengamati Xi Xi, berkata lembut, “Kalau adik kecil saja sudah begitu patuh, apakah Mumu harus lebih patuh dari adik nanti?”
Mumu mengangguk.
Gu Qingyou mengosongkan satu tangan, mengusap kepala mungil Mumu. “Nanti harus patuh pada nenek-kakek dan Ayah, mengerti?”
Mumu tiba-tiba mendongak. “Mama, kenapa tidak menyuruhku patuh padamu?”
Anaknya benar-benar cerdik!
“Mama tadi kelupaan…” Gu Qingyou menjelaskan begitu.
Mumu penuh pengertian menjawab, “Mama, aku akan patuh. Aku akan jadi contoh untuk adik.”
Gu Qingyou menunduk mencium dahi Mumu. “Anak baik.” Lalu merangkulnya erat dalam pelukan.
Tak ada yang tahu, saat ini hatinya penuh kepedihan.
Ia segera harus meninggalkan anaknya, tapi sang anak belum tahu ibunya akan pergi.
Tak ada ibu yang tega meninggalkan anak, tapi jika tidak pergi, mungkin akan mendatangkan bencana bagi Keluarga Jiang, dan membuat sang anak kehilangan kehidupan tenang yang selama ini dimiliki…
Ia hanya bisa memilih seperti ini.
“Mama, pelukannya terlalu erat… Aku sesak nafas…” Suara Mumu terdengar teredam.
Gu Qingyou segera melepaskan pelukan, meminta maaf, “Maaf, tadi Mama terlalu kuat memeluk…”
“Mungkin tangan Mama tidak bisa… Aku yang menggendong Mama ya!” Setelah napas Mumu kembali lancar, ia memeluk Gu Qingyou dan berkata demikian.
Gu Qingyou memandangi wajah mungil penuh keluguan namun penuh pengertian sang anak, hidungnya kembali tersengat, lalu mencium dahi Mumu sekali lagi.
……
Malam itu, Gu Qingyou sendiri memasak banyak hidangan kesukaan Jiang Jun.
Kepala rumah tangga dan para pelayan semuanya memuji kemampuan masaknya yang luar biasa. Ia sendiri juga puas dengan meja penuh hidangan lezat yang dimasak dengan penuh perhatian ini, namun telepon Jiang Jun datang memberitahu bahwa ia harus menghadiri acara bisnis penting dadakan malam ini dan tidak bisa pulang untuk makan malam.
Tak ada yang tahu, di saat itu hatinya bagai disiram air dingin, membeku sepenuhnya.
