Bab 545: Apa Salahnya Melawan Langit Demi Dirinya?
Jiang Zhai di tengah malam sunyi terang benderang oleh lampu-lampu.
Nyonya Jiang Dong memandangi ayah-anak yang duduk tak bereaksi di sofa, dada bergelombang hebat karena marah. Jari-jari gemetarnya menuding keduanya, "Apa maksud kalian ini?"
"Begitulah jawaban Direktur Jiang," "Menurutku keputusan Qingyou pergi itu benar... Urusan masa lalu tidak perlu kita bahas, sekarang Dark Angel mengejarnya, apa kita harus duduk menunggu kematian di sini?"
"Jiang Huai, Jiang Huai!" Wajah Nyonya Jiang Dong membiru karena marah, gigi-giginya berderik, "Apa di hati pedagang oportunis sepertimu, hanya hitung-hitungan untung rugi yang ada?"
"Suna, kalau bukan karena masa lalu Qingyou yang kelam, bagaimana mungkin dia bisa bermusuhan dengan Guan Yumo? Dia menipu kita sedemikian dalamnya, kau masih mau membelanya?" Bantah Direktur Jiang.
Nyonya Jiang menyeringai dingin, "Qingyou sudah tinggal bersama kita sekian lama, kau masih belum paham juga seperti apa dia sebenarnya?"
Direktur Jiang berkata jujur, "Sebenarnya aku tidak peduli siapa dia, asal dia memiliki latar belakang bersih dan tidak mempermalukan keluarga Jiang. Tapi sekarang dua syarat itu pun tak terpenuhi."
"Kau... kau..." Nyonya Jiang gemetar darahnya mendidih, memandang putranya. "Jun'er, apa kau rela melihat Qingyou pergi begini saja?"
Ekspresi Jiang Jun datar, "Ye Shuo, suruh semua pelayan mundur."
Ye Shuo segera menuruti perintah, mengosongkan ruangan.
Saat aula Jiang Zhai yang megah tinggal berisi keluarga inti, barulah Jiang Jun mengangkat matanya yang gelap dan dalam, menatap ibu yang wajahnya pucat.
"Aku tahu Qingyou akan pergi."
“Nyonya Jiang Dong mendengar ini, semakin marah dan dengan sedih menegur, "Kau sudah tahu dia akan pergi, tapi tidak menghentikannya?"
Jiang Dong juga terkejut, menoleh ke arah Jiang Jun.
Jiang Dong mengira Jiang Jun tidak tahu, karena Gu Qingyou sudah pergi, Jiang Jun pun terpaksa menerima kenyataan.
"Karena aku perlu dia pergi sebentar," jawab Jiang Jun.
Nyonya Jiang Dong terpana, "Pergi sebentar? Maksudmu, kau hanya ingin Qingyou pergi sementara waktu?"
Jiang Jun tidak menjawab ibunya, melainkan menatap ayahnya yang tampak bingung, berkata datar, "Ayah, maaf... sebelumnya aku memanfaatkanmu."
Kening Jiang Dong berkerut, "Memanfaatkan bagaimana?"
"Aku yang memberi tahu Su Mo bahwa mantan pacar Qingyou adalah pemimpin Dark Angel, Guan Yumo, dan menyuruh Su Mo menyampaikan fakta ini padamu." Nada Jiang Jun tetap tenang.
Jiang Dong bingung, "Kenapa kau melakukan ini?"
Jiang Jun menarik kembali tatapan netralnya, mata hitam yang dalam menatap taman berkabut cahaya di luar jendela kaca. "Aku tahu begitu Bapak mengetahui hal ini pasti akan menemui aku untuk PEMBICARAAN. Begitu Qingyou mendengar percakapan kita, dengan karakternya, dia pasti akan memilih pergi."
Jiang Dong terpaku.
Suara datar Jiang Jun terus berbicar, "Ada urusan yang harus kuselesaikan. Qingyou perlu pergi sementara. Setelah urusan ini beres, aku akan menjemputnya."
Jiang Dong kaget langsung bangkit dari sofa. "Jadi kepergian Qingyou sengaja kauatur karena ada urusan yang harus kau tangani?"
Jiang Jun hanya memandang ayah dengan tatapan datar. "Aku tidak takut pada Dark Angel, demi Qingyou, tak hanya melawan Dark Angel, bahkan melawan langit pun aku takkan ragu."
Direktur Jiang gemetar mendengar jawaban ini, ia terus menggelengkan kepala. "Bagaimana kau bisa begini? Bagaimana bisa kau begitu tidak bertanggung jawab pada Keluarga Jiang?"
Jiang Jun juga bangkit dari sofa, tangan di saku celana, ekspresinya tenang. "Menurutku, Jiang Group bisa kubangkitkan lagi, tapi orang yang kucintai tak boleh hilang."
Kali ini darah Direktur Jiang mendidih, ia menutupi dadanya yang sakit erat-erat.
Jiang Jun kini memandang ibunya dengan kelembutan. "Ibu tenang, aku takkan membiarkan Qingyou pergi lama."
Nyonya Jiang terharu, bertanya dengan suara tersekat, "Urusan apa yang memaksamu mengirim Qingyou pergi sementara? Jangan-jangan kau mau lawan Dark Angel diam-diam?"
Jiang Jun menopang bahu Nyonya Jiang untuk menghiburnya. "Ini belum saatnya kulakukan. Aku mengirim Qingyou pergi karena alasan lain, jadi Ibu tak perlu khawatir."
Nyonya Jiang menghela napas lega. "Cepat bawa Qingyou pulang, Ibu sangat khawatir dia sendirian di luar..."
Jiang Jun menenangkan, "Tenang, setelah urusan ini selesai, aku akan menjemputnya."
Nyonya Jiang bertanya, "Dengan luasnya dunia ini, kau tahu dimana dia sekarang?"
Jiang Jun mengangguk, "Ya, aku tahu."
……
Gu Qingyou benar-benar mengira Guan Yumo akan membawanya ke kawasan kumuh di Afrika, tak disangka setelah turun dari pesawat, yang dilihatnya adalah sebuah pulau indah nan menakjubkan.
Pulau ini bagaikan mutiara putih yang tertanam di tengah lautan biru pirus, begitu murni dan jernih. Seandainya tidak ada rumah megah berdiri di sana, dia pasti mengira tempat ini belum pernah tersentuh penambangan.
"Di mana ini?" tanya Gu Qingyou.
Guan Yumo menjawab, "Sebuah pulau terpencil di pesisir Australia yang awalnya tak tersentuh manusia. Setelah kubeli dan melalui proses pembangunan yang makan waktu dan biaya besar, akhirnya menjadi surga dunia seperti sekarang."
Gu Qingyou menoleh sekilas ke arah Guan Yumo. "Bukannya kau bilang akan mengirimku ke perkampungan kumuh?"
Senyum tipis mengembang di bibir Guan Yumo. "Kukira kau sibuk memejamkan mata sampai tidak mendengar."
Tanpa menggubrisnya, Gu Qingyou langsung melangkah menapaki pulau itu.
Tak bisa dipungkiri, pulau ini sungguh memesona.
Langit di sini terlihat begitu bening, pasir putih lembut di bawah kaki sama sekali tak bernoda, air laut yang jernih transparan sampai ikan-ikan yang berenang bebas pun terlihat jelas. Pohon kelapa di tepi pantai bergoyang-goyang dengan buah-buah ranum yang menggoda selera...
Meski tak terlalu luas, pulau kecil ini mampu menenangkan jiwa dan membuat seluruh tubuh rileks, siapa pun pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Sepertinya kau cukup puas dengan tempat tinggal barumu ini," ujar Guan Yumo dari belakang Gu Qingyou, matanya tak lepas memandang siluet rampingnya yang berdiri di tepi pantai.
Gu Qingyou menoleh, memandangi Guan Yumo yang berdiri dengan tangan di saku celana, tampak bebas merdeka.
Tiba-tiba, bayangan Jiang Jun terlintas di benaknya, karena pria itu juga sering menyimpan tangan di saku celana.
Namun aura keduanya sangat berbeda. Jiang Jun takkan pernah terlihat sembrono seperti itu. Ia selalu tenang dan penuh wibawa.
Gu Qingyou menundukkan pandangan.
Guan Yumo menangkap kilasan kesedihan di mata perempuan itu. "Baru berpisah sebentar saja, kau sudah merindukannya seperti ini?"
Gu Qingyou mengangkat bola matanya, memandang dingin ke arah Guan Yumo. "Benarkah sinyal ponsel tidak bisa masuk ke sini?"
Dia tahu selama tidak ada sinyal, Jiang Jun takkan bisa melacak lokasinya.
Guan Yumo menjawab, "Tentu. Hanya ada telepon umum. Tapi ada generator dan menara sinyal. Jadi meski terlihat terisolasi, pulau ini masih terhubung dengan dunia luar."
Gu Qingyou mengangguk. "Bolehkah aku membereskan barang-barangku sekarang?"
