Bab 568 Negeri Romantis (1)
Setelah diam-diam digendong Jiang Jun dari pantai ke kamar, Gu Qingyou akhirnya paham makna "Aku memikul, kamu beban".
Pantas saja hari ini Jiang Jun sengaja bertanya ke dokter.
Diperhitungkan, memang sudah sekitar lima bulan lebih sejak akhir kehamilan hingga sekarang mereka tidak bersama.
Jadi wajar saja jika Jiang Jun kini menidurkannya di ranjang, sambil membuka baju sendiri dengan gemas menciuminya.
Tapi Gu Qingyou justru menyukai sensasi ini...
Pria kalem seperti Jiang Jun yang tiba-tiba berubah liar di ranjang, memiliki pesona iblis yang membuatmu ingin terus tenggelam bersamanya.
Seluruh pakaian berjatuhan di lantai kayu...
Saat keduanya tak sabar menikmati momen itu, ponselnya tak tahu waktu berdering.
Lalu, menepuk punggung seseorang, sementara kepala orang itu masih terkubur di lehernya menggigit kulit sensitif itu, membuat panas tubuhnya semakin membara. "Ambilkan... ponsel... aku..." Sialan, dia mendongak, bahkan ucapannya mulai tidak jelas.
Jiang Jun seolah tidak mendengar sama sekali, kepalanya beralih ke sisi lehernya yang lain, terus mencium dalam-dalam sambil melingkari pinggangnya ke atas...
Gu Qingyou sangat paham maksud Jiang Jun ingin mencapai base ketiga, tapi ponsel terus berdering. Akhirnya dia menahan tangan Jiang Jun di pinggangnya. "Mungkin... ada... darurat..." Sebenarnya dia juga tidak ingin menghentikan ini sekarang, memalukan.
Jiang Jun tetap tak bereaksi, tepat di saat itu ponsel berhenti bergetar.
Gu Qingyou menduga itu pasti panggilan Yaru, nanti saja dibalas. Lalu dia merangkul leher Jiang Jun, bekerja sama dengannya...
Namun, tak disangka ponselnya kembali berdering.
Kali ini deringannya terus-menerus tanpa jeda.
Jiang Jun adalah tipe yang tidak tisu kebisingan. Tubuhnya kaku sejenak, akhirnya tak bisa menikmati suasana gaduh ini. Lengan panjangnya meraih ponsel dari bawah ranjang, dengan wajah dingin mengangkat telepon.
Yaru di seberang jelas tidak menyangka teleponnya diangkat olehnya, langsung ceplas-ceplos, "Eh, Qingyou, aku tiba-tiba ingat, urusan yang kutanyakan kemarin, sudah ada perkembangan? Dengar ya, wanita harus anggun tapi jangan terlalu pasif. Kau dan Direktur Jiang sudah lama tidak 'begitu', kau harus aktif memberi sinyal, bilang kalau tubuhmu sekarang sudah bisa..."
"Gu Qingyou jika mendengar ucapan Yaru di telepon, mungkin saat ini akan merasa sangat malu sampai ingin mencari terowongan untuk menyelinap masuk, sayangnya dia tidak mendengar, bahkan tidak tahu siapa yang menelepon, wajah mungilnya yang seperti bedak terlihat tak bersalah, "Apakah itu Yaru?"
Ekspresi Jiang Jun yang awalnya sangat buruk tiba-tubah berubah menjadi senyuman jahat dan menggoda, berkata pada Yaru di ujung sana, "Masalah sahabatmu sedang dalam proses penyelesaian. Jika terus menelepon lagi, solusinya mungkin akan lebih tertunda."
"Ah, oh, Graaah..." Di ujung sana, Yaru tak tahu kenapa hanya bisa mengeluarkan desahan.
Kemudian, Jiang Jun langsung mematikan telepon. Setelah mematikan ponsel, dia melemparkannya ke bawah ranjang.
Sebelum Gu Qingyou sempat memahami situasi, Jiang Jun sudah membungkuk dan menyambar bibirnya. Detik berikutnya, dari mulutnya hanya terdengar rintihan...
……
Setelah mandi, Gu Qingyou merasa segar. Dia berjalan ke balkon yang menghadap seluruh pesisir pantai.
Hotel Hantian di malam hari sungguh mempesona.
Di pantai, para turis sedang bermain-main dengan riuh, sementara di seberang laut terhampar gemerlap neon Kota C yang berkembang pesat.
Sebagai orang yang takut kesepian, keramaian dan kegaduhan justru memberinya ketenangan. Karenanya, dia sangat menyukai perpaduan suasana hiruk-pikuk dengan sudut sunyi seperti ini.
Jiang Jun yang juga sudah mandi, mengenakan pakaian kasual, tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Gu Qingyou mengenakan robe tidur putih hotel, bersandar dengan santai di pangkuan pria di belakangnya.
Jiang Jun menggigit lembut lehernya, suara bergumam penuh kepuasan. "Lapar?"
Gu Qingyou menggelengkan kepala. "Sekarang belum mau makan..."
"Ya, nanti kalau kau mau baru kita makan."
"Ya."
"Pemandangan di sini memang bagus, cuma agak ribut."
Mendengar itu, Gu Qingyou sedikit mendongak, memandangi wajah tampannya yang samar dalam cahaya mengepul. "Tapi aku benar-benar suka tempat ini."
Sudut bibir Jiang Jun melengkung. "Aku tahu."
"Tapi di sini pasti tidurmu tidak nyenyak, ya?"
"Dulu mungkin terganggu suara, tapi sekarang sudah terbiasa. Asalkan kau di sampingku, seberisik apapun di luar, aku tetap bisa tidur tenang."
Kehangatan mengalir menyusup ke hati Gu Qingyou.
Pandangannya kembali tertuju pada pasangan-pasangan kekasih yang sedang bermain di pantai, sambil semakin merapatkan diri pada Jiang Jun. "Ngomong-ngomong, sebenarnya ada satu hal yang belum pernah kau tanyakan."
"Ya?" Jiang Jun sabar menunggu.
"Foto aku duduk di pangkuan Guan Yumo itu. Kau tidak pernah bertanya kenapa aku bisa duduk di pahanya, padahal sudah kukatakan sebelumnya bahwa kami tidak pernah melakukan kontak fisik."
"Jika tebakanku benar, saat itu pasti rekayasa foto."
Gu Qingyou terkejut mengangkat kepala. "Bagaimana kau bisa menebaknya?"
Jiang Jun dengan kelembutan menatap bola mata Gu Qingyou yang berkedip-kedip karena kegugupan. "Saat seorang pria menggendong wanita yang dicintainya, tak ada sedikit pun keinginan dalam hatinya untuk melihat ke tempat lain. Tatapannya hanya akan tertuju pada wanita itu. Namun dalam foto ini, pandangan Guan Yumo searah denganmu, seolah sama-sama melihat ke lensa... Ini membuktikan bahwa saat itu kalian hanya sedang melakukan rekayasa foto."
Sekali lagi Gu Qingyou mengagumi kemampuan observasi Jiang Jun dalam relung hatinya. "Kau hebat."
"Aku hanya lebih jeli mengamati daripada orang biasa." Jiang Jun tak kuasa menahan diri untuk menggigit daun telinga Gu Qingyou.
Gu Qingyou merasa geli oleh hembusan napas membaranya, namun gestur ini justru membuatnya merasa dimanja. Ia pun membiarkan pria itu terus 'mengganggu'. "Sebenarnya foto ini memang hasil rekayasa antara aku dan Guan Yumo... Saat itu Qu Liyuan punya banyak utang, sehingga sering ada geng kriminal dari berbagai penjuru yang mencariku untuk menagih utangnya. Guan Yumo lalu mengajakku memotret pose ambigu seperti ini. Dengan foto ini, jika suatu saat debt collector datang saat Guan Yumo tidak ada di sampingku, aku bisa menggunakannya untuk mengusir mereka..."
"Apakah saat itu Guan Yumo sudah terlibat dalam dunia gelap?"
"Dari penampilannya sama sekali tidak terlihat seperti anggota geng kriminal, tapi... memang begitulah adanya. Saat itu namanya cukup dikenal di jalanan."
"Ya."
“Tapi reputasinya saat itu tak cukup untuk menangkis semua geng kriminal penagih utang. Karenanya, demi melindungi aku dan Bibi Shu, ia pernah ditebas hingga meninggalkan bekas luka tipis di pelipisnya yang masih tersisa sampai sekarang...”
Jiang Jun memotong, “Jangan bahas dia lagi...”
“Baik.”
Hembusan napas membara Jiang Jun menyentuh telinganya. “Kalau kau belum lapar, bagaimana kalau kita cari hiburan lagi?”
“Hiburan apa?”
“‘Latihan beban’ yang kita berdua suka.”
Gu Qingyou, “...” bergumam lirih, “Bukankah baru saja...”
“Aku tahu. Tapi kau juga harus pahami, orang yang kelaparan terlalu lama sulit kenyang dalam sekali makan.”
