Bab 581 Menghadiri Pernikahan (2)
Di dalam Kastil Sola telah dihias menjadi lingkungan pernikahan yang romantis, namun tetap mempertahankan kesan megah dan khidmat kastil tua. Di ujung karpet merah berdiri seorang pendeta berbaju putih yang sedang membacakan doa sebelum upacara pernikahan.
Jiang Jun dan Gu Qingyou berdiri di sudut paling tersembunyi kastil, menghadiri pernikahan ini tanpa menarik perhatian.
Ketana lagu prosesi pernikahan klasik bergema, Mu Ying yang mengenakan gaun pengantin putih berpotongan satu bahu merangkul lengan saudara laki-lakinya Chi Yifeng berjalan anggun di atas karpet merah.
Seharusnya Mu Ying merangkul tangan ayahnya, namun karena ayahnya telah tiada, dan saudara laki-laki lebih tua berperan sebagai ayah, maka Chi Yifeng secara pribadi menyerahkan tangan Mu Ying ke mempelai pria.
Guan Yumo sebagai pengantin pria, mengenakan tuksedo hitam dengan potongan sempurna, kerahnya dihiasi dasi kupu-kupu putih, elegan dan tampan luar biasa. Seluruh tubuhnya memancarkan kesan orang yang sangat berpendidikan, seolah terlahir sebagai bintang yang bersinar terang.
Sama sekali tidak terasa bahwa ia tak mencintai pengantin wanita. Tatapannya penuh kasih saat memandang Mu Ying membuat semua tamu undangan perempuan iri padanya.
Chi Yifeng menyerahkan tangan Mu Ying ke genggaman Guan Yumo, lalu memeluknya sebentar sambil berpesan agar merawat Mu Ying dengan baik.
Dengan ketulusan yang tetap, Guan Yumo berkomitmen pada Chi Yifeng bahwa ia pasti akan memberikan kebahagiaan seumur hidup untuk Mu Ying.
Kemudian, Mu Ying yang merangkul lengan Chi Yifeng berjalan bersama menuju ujung karpet merah di bawah mimbar pendeta.
Gu Qingyou menyaksikan adegan ini tiba-tiba teringat momen pernikahannya dulu dengan Jiang Jun yang berjalan ke arah pendeta. Tanpa sadar ia mengepalkan tangan Jiang Jun.
Meraskan tekanan itu, Jiang Jun bertanya, "Ada apa?"
Gu Qingyou mengalihkan tatapan ke pasangan pendatang baru yang sangat serasi di atas karpet merah, menarik napas dalam. "Bukan apa-apa, hanya... momen seperti ini selalu mudah mengharukan, bukan?"
Jiang Jun tersenyum kecil. Tanpa berkata-kata, ia menggenggam erat tangan Gu Qingyou, membungkusnya dengan kehangatan telapak tangannya.
Dalam pikiran Gu Qingyou terus bermain seperti tayangan slide saat dia dan Jiang Jun berjalan di karpet merah, seolah setiap langkah Guan Yumo dan Mu Ying di atas karpet merah membawa stigma dari pernikahan dirinya dengan Jiang Jun.
Namun, tatapan kosongnya tidak menyadari bahwa pandangan mempelai pria saat ini mengarah padanya. Ketika dia menyadari, tatapan mereka telah bertemu selama satu detik. Dia panik, untungnya mempelai pria segera mengalihkan pandangannya ke pendeta dengan khidmat.
Gu Qingyou baru menghela napas lega, tapi saat itu wajah Jiang Jun sudah mulai muram.
Benar, meski semua orang tidak menyadari bahwa mempelai pria sempat satu detik memandang Gu Qingyou di bawah panggung, Jiang Jun dengan mudah menangkapnya.
Gu Qingyou tentu tidak melihat perubahan wajah Jiang Jun. Dia hanya heran: Bagaimana mungkin Guan Yumo memperhatikan mereka di sudut terpencil ini? Lagipula, apa maksud tatapan Guan Yumo tadi? Tatapan kompleks itu sama sekali tidak bisa dia pahami.
Selanjutnya mempelai saling mengucapkan janji, bertukar cincin nikah, lalu mempelai pria mencium pengantin wanita. Semuanya berjalan lancar...
Setelah upacara pernikahan usai, kegelapan malam telah menyelimuti tepi Danau Joseph. Gemerincing kecapi dan piano menyatu, menandai dimulainya pesta makan malam.
Jiang Jun memberitahu Gu Qingyou, dia akan menyapa Mu Lao sebentar, lalu mereka akan meninggalkan pesta makan malam dan kembali ke hotel untuk beristirahat.
Gu Qingyou selalu merasa suasana hati Jiang Jun sudah tidak sebaik saat pertama datang ke pernikahan, tapi dia tidak tahu alasannya. Karena Jiang Jun ingin cepat kembali ke hotel, dia pun setuju. Lagipula dia sudah tulus mendoakan pasangan pengantin, dan tak perlu lagi berlama-lama di sini khusus memberi hormat dengan arak. Apalagi, dia tak ingin bertemu Guan Yumo.
Namun saat menunggu Jiang Jun, Gu Qingyou tidak menyangka Chi Yifeng akan mendatanginya.
Padahal rencana awalnya adalah pergi diam-diam bersama Jiang Jun. Kedatangan Chi Yifeng justru membuatnya kembali menjadi pusat perhatian tamu. Banyak tamu yang sudah mengenalinya, ditambah ciuman tadi dengan Jiang Jun, semua orang kini yakin mereka hadir di pernikahan ini. Banyak yang mencari-cari bayangan Jiang Jun.
Chi Yifeng sama sekali tidak peduli dengan keributan yang ditimbulkannya. Tegak berdiri di hadapannya dengan tatapan yang dalam. "Kau hari ini sangat gagah."
Gu Qingyou menyunggingkan senyuman elegan. "Terima kasih pujiannya."
Terhadap Chi Yifeng dia tidak merasa bersalah. Karena perjodohan mereka di masa kecil bukanlah sesuatu yang sengaja dilupakannya. Karena itulah kini dia bisa menghadapinya dengan lapang dada.
"Namun, dia menyimpan rasa terima kasih pada Chi Yifeng. Meskipun Chi Yifeng pernah bermaksud bekerja sama dengan Grup Feist untuk menjatuhkan Jiang Jun, tapi dia sangat paham bahwa Chi Yifeng selalu sama dengan Sheng Jingchuan - mereka semua menganggap Jiang Jun bukan pasangan hidup yang baik untuknya. Padahal sebenarnya mereka hanya tidak mengenal Jiang Jun dengan baik."
"Dia masih ingat jelas, saat itu digunakan pedang oleh Xia Qingchen di lehernya. Walau akhirnya Jiang Jun yang menyelamatkannya, tapi jika saat itu Chi Yifeng tidak melindunginya mati-matian dan menahan waktu Xia Qingchen, mungkin dia sudah mati..."
"Sekarang dia hanya berharap Chi Yifeng bisa melupakannya, dan di masa depan bertemu wanita yang benar-benar cocok untuknya, menjalani hari-hari tenang penuh kebahagiaan."
"Bukan pujian, ini kenyataan." Kata Chi Yifeng dengan tulus.
Gu Qingyou tersenyum, tidak lagi malu-malu, mengangguk sekali.
Gaun pesta yang dipakainya hari ini sebenarnya sudah set keempat yang dicobanya di depan cermin lantai. Dibanding tiga set sebelumnya, memang agak kalah. Tapi saat itu Jiang Jun juga memintanya ganti lagi. Kemudian dia marah pada Jiang Jun, akhirnya Jiang Jun tak punya pilihan selain mengizinkannya memakai gaun ini.
Dan Chi Yifeng juga bisa melihat bahwa gaun konservatif Gu Qingyou sama sekali tidak mencolok di antara tamu wanita yang hadir dalam pernikahan hari ini. Dia tahu pasti ini permintaan seseorang, lagipula jika yang berdiri di sampingnya hari ini adalah dirinya, dia juga akan mengajukan syarat serupa pada istrinya. Namun aura Gu Qingyou sangat istimewa, justru gaun konservatif ini semakin menonjolkan kesantunan dan keanggunannya.
"Itu... Aku akan mencari Jun. Orang di sini terlalu banyak, dia mungkin tidak bisa melihatku." Gu Qingyou mencari alasan untuk pergi.
Bukan berarti dia tidak mau berbicara dengan Chi Yifeng, tapi tamu yang berkerumun memang sangat banyak. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian.
Chi Yifeng jelas tahu apa yang dikhawatirkan Gu Qingyou, tapi dia tetap diam.
Gu Qingyou membungkuk hormat pada Chi Yifeng, lalu berjalan menuju arah kepergian Jiang Jun tadi.
Tak ada yang tahu, saat nyaris berpapasan dengan Chi Yifeng, sesaat dia ingin mengulurkan tangan untuk menahan Gu Qingyou. Namun akhirnya, Chi Yifeng memilih mengangkat sampanye di tangannya dan menghabiskannya sekaligus.
Lega karena tak lagi menjadi pusat perhatian, Gu Qingyou menghela napas. Di tengah kerumunan, matanya langsung menangkap sosok Jiang Jun yang sedang berbincang dengan Lao Mu.
Jiang Jun patuh. Di tangannya bukan sampanye, melainkan minuman blueberry non-alkohol dengan rasa mirip anggur merah yang pernah mereka cicipi sebelumnya. Dia terlihat luwes mengobrol dengan Lao Mu.
Gu Qingyou hanya memandangnya dari jauh, tatapannya dipenuhi rasa cinta yang tak terbendung. Guan Yumo, Chi Yifeng... semuanya telah ia lupakan.
Jiang Jun seolah merasakan tatapan membara itu. Ia menoleh persis ke arahnya, lalu menyerahkan gelas anggur kepada pelayan. Setelah memberi salam kepada Tuan Mu, di hadapan semua orang, ia menghampiri wanita itu.
Pada detik ini, tanpa alasan jelas, semua yang hadir menahan napas. Seolah mereka sedang menyimak apa yang akan Jiang Jun katakan padanya.
Jiang Jun merangkul pinggangnya, suara penuh kelembutan bertanya, "Angin di sini kencang, dingin tidak?" Tanpa menunggu jawaban, mantel jasnya sudah terlepas dan menempel di bahu wanita itu.
