Bab 597: Mau membunuhku saat lengah?
Setelah mengantar Mu Xiao kembali ke kamar, Mu Ying bertanya bingung, "An Shen, apa pesan Kakek kedua untukku?"
An Shen segera membisik di telinga Mu Ying, "Sebenarnya Tuan Ye sudah datang tadi, tapi di pintu mendengar percakapanmu dengan Tuan Guan, percakapan yang... kau paham maksudku. Tuan Ye sangat khawatir kalian anak muda tidak bisa kontrol diri, mengingat kau sedang hamil. Jadi beliau menyuruhku mengingatkanmu... Tapi beliau takut pesanku tidak kau dengarkan, makanya datang sendiri."
Mu Ying terdiam di tempat, tak bersuara.
Melihat itu, An Shen tertawa, "Malu ya?"
Mu Ying melototi An Shen kesal, "Sudahlah... Bilang pada Kakek kedua, aku sudah paham."
An Shen memandang bayangan Mu Ying yang pergi, tersenyum penuh kasih.
Kembali ke kamar, Mu Ying cepat-cepat menutup pintu, bersandar di gagangnya, membelai dada.
Benar-benar nyaris bikin jantung copot.
Untung Kakek kedua hanya dengar percakapan depanku dengan Guan Yumo, bukan yang belakangan. Kalau sampai dengar, akibatnya...
……
Mendengar gemericik air pancuran, Mu Ying berganti piyama lalu duduk di sofa. Tiba-tiba, ia menghela napas panjang.
Dia sangat paham wanita seperti apa yang diinginkan Guan Yumo. Ia sudah bertekad menjadi wanita seperti itu, hanya sesekali main-main jurus bunga agar tanpa disadarinya ia bisa jatuh cinta padanya atau tak bisa lepas darinya...
Tapi sekarang, rencananya tampaknya akan gagal...
Hari ini, topengnya dipaksa dirobek olehnya. Memalukan dan sakitnya dihina itu, kalau saja ketahanan psikologisnya tidak terlatih sejak kecil, mungkin saat ini ia sudah menangis tersedu-sedu.
Tak perlu lagi berharap bisa menarik perhatian Guan Yumo lewat interaksi sehari-hari di masa depan. Ia sangat paham, sejak ia ketahuan punya perasaan padanya, Guan Yumo akan menjauh. Begitu statusnya sebagai putri konglomerat Grup Mu tak dibutuhkan lagi, ia akan langsung dibuang!
Tragedi masa depannya sudah bisa diprediksi. Tapi sekarang, kalau mau menarik diri, sudah terlambat...
Tentu saja, ia juga tak berniat mundur. Apapun yang akan Guan Yumo lakukan padanya di kemudian hari, setidaknya saat ini semua orang harus memanggilnya "Nyonya Guan".
Qin Qian bilang ia mencintainya sampai sakit parah. Sebenarnya ucapan Qin Qian itu benar. Benar-benar ia mencintainya sampai tak tersembuhkan.
Bahkan sebutan kecil seperti ini pun, ia ingin menjaganya baik-baik.
Saat pikirannya sampai di situ, Guan Yumo tepat keluar dari kamar mandi.
Ia mengenakan robe tidur putih, tetap tampan bak model alamiah. Seolah apapun yang dikenakan tak bisa menutupi aura gemilangnya.
"Kenapa belum tidur?" tanya Guan Yumo padanya.
Mu Ying melirik mantel jas yang tadi menempel di tubuhnya namun kini telah digantung rapi di gantungan baju, bersuara datar, "Tadi Kakek datang, terburu-buru menyampirkan mantel jasmu. Kenapa aku tidak merasakan senjata di sakunya?"
Guan Yumo mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, jelas hendak melakukan panggilan telepon. Namun sebelum menekan nomor, ia meliriknya, "Ada apa? Mau membunuhku saat lengah?"
Mu Ying tersenyum tipis, "Jika kubunuh kau, bukankah itu sama dengan menyiksa diriku sendiri?"
Guan Yumo menarik bibirnya, entah sinis atau terhibur. "Tentu tidak ada di saku jas. Senjata selalu berada di tempat yang mudah kujangkau."
Mu Ying bertanya serius, "Apakah setiap pemimpin Dark Angel selalu seperti ini?"
Guan Yumo telah tersambung ke telepon, tak menjawabnya. Berbicara dengan orang di ujung sambungan, "Ya, besok aku akan datang langsung. Cukup siapkan personel di sana."
Mu Ying tak tahu tujuan Guan Yumo, namun mendengar instruksi penyiapan personel, otaknya langsung terbayang adegan perkelahian dunia gelap. Hatinya berdesir khawatir, "Kau... besok mau berkelahi?"
Guan Yumo tetap menghindari pertanyaan, "Tak keberatan aku merokok?"
Mu Ying menggelengkan kepala.
Guan Yumo duduk di sofa, langsung menyalakan sebatang rokok. Saat korek api beradu menyala, nyala birunya menerangi garis wajah tampannya. Begitu tutup korek api terkunci, asap telah mengepul dari mulutnya.
“Mu Ying tidak bisa merokok, dan kebanyakan orang di sekitarnya juga tidak merokok, jadi sangat sensitif terhadap bau asap, langsung batuk beberapa kali.”
Guan Yumo melihat, bangkit dari Sofa dan pergi ke balkon.
Asap rokok membuat leher Mu Ying agak tidak nyaman, dia minum seteguk air, rasa tidak nyaman baru mereda, lalu dia menoleh ke bayangan tegap di balkon.
Angin merekahkan tali robe tidur putihnya, semakin menambah kesepian bayangan tubuhnya yang sunyi.
Dia menduga saat ini mungkin ia sedang memikirkan Gu Qingyou lagi, sementara Gu Qingyou sekarang mungkin sedang terbaring dalam pangkuan Jiang Jun, tidur dengan nyenyak.
Tanpa sadar dia mendesah dalam relung hati, mendekati balkon.
“Jika besok benar-benar mau berkelahi, harap hati-hati.” Mengucapkan kalimat ini, dia langsung berbalik kembali ke kamar.
Tentu saja Guan Yumo tidak menjawab ucapannya, asap tebal menyelimuti separuh wajah tampannya, hanya berkata, “Bawakan asbak rokok untukku.”
“Baik.”
……
Saat fajar, Mu Ying terbangun oleh kicau serangga dan burung di taman.
Begitu membuka mata, insting pertamanya adalah melihat sekeliling, tapi Guan Yumo sudah tidak ada.
Mu Ying tidak tahu kapan Guan Yumo kembali dari balkon dan tidur semalam, tapi di saat setengah sadar, tanpa sengaja membuka mata, melihatnya terbaring di sampingnya, bahkan lengannya masih memeluknya.
“Mu Ying merasa heran mengapa Guan Yumo memeluknya, tapi mengingat pria itu selalu memisahkan cinta dan seks, tak aneh jika ia memeluknya. Lagipula, tubuhnya masih muda, sementara dia pria penuh vitalitas. Bahkan jika semalam ia menidurinya, itu tak akan mengherankan.
Maka dia menutup mata, membiarkan dirinya dipeluk begitu. Secara misterius, malah tertidur nyenyak semalaman.
Setelah bersiap, dia membuka pintu kamar. Melihat Xiao You bersandar di tembok sambil menguap diam-diam, dia bertanya, "Di mana Mo?"
Xiao You kaget, seketika tersadar. Melihatnya bagai melihat hantu, langsung bersemangat. "Ya... Nona, Tuan Guan sedang di bawah kantor menemani Kakek Mu main catur!"
Mu Ying kesal, "Apa perlakuanku sehari-hari padamu sangat buruk sampai kau takut begini?"
Xiao You segera menunduk, membisu.
Baru kini Mu Ying sadar, ternyata dia tak disukai pelayan. Padahal dia hanya kadang ketat, tak pernah menzalimi mereka!
Tapi sudahlah, dia tak perlu peduli pendapat pelayan tentangnya.
Turun ke bawah, Mu Ying justru tak melihat Guan Yumo yang seharusnya menemani kakek main catur. Cepat dia tanya, "Kakek, di mana Mo?"
Mu Xiao masih asyik menganalisis papan catur, setengah hati menjawab, "Sudah pergi."
"Pergi?" Mu Ying terkejut.
Mu Xiao baru mengangkat kepala, meliriknya. "Katanya tak mau membangunkanmu, jadi tak pamit... Tapi semalam sudah dia bilang hari ini akan pergi."
“Mu Ying tidak bersuara.”
Mu Xiao menepuk tangan Mu Ying dengan tangan berkerutnya. “Suami ini adalah pilihanmu sendiri. Kau hamil di luar nikah, keluarga Mu terpaksa menikahkanmu dengan pria ini... Meski ia berkuasa dan bisa memberimu hidup berkecukupan, pria seperti ini takkan punya banyak waktu untuk menemanimu... Karena sudah memilih, janganlah kau menyesal sekarang.”
