Bab 598: Hati-hatilah dengan Langkahmu
Mu Ying hanya kecewa akan kepergian Guan Yumo. Meski citranya sudah hancur di mata pria itu, dan tak tahu bagaimana interaksi mereka di masa depan, ia tetap merindukannya.
Usai sarapan, Mu Ying kembali ke kamar dan menelepon Qin Qian.
Kali ini Qin Qian tidak sedang bekerja, sedang menyeduh kopi. “Nona Besar, ada urusan apa lagi?”
Mu Ying bersandar di sofa, menatap langit-langit. Suara lemahnya terdengar, “Kau sudah tak tahan denganku?”
Qin Qian menangkap keanehan nada bicaranya. Ia meletakkan cangkir, bertanya penuh perhatian, “Ada apa?”
“Guan Yumo pulang tengah malam tadi.”
“Tengah malam?” Qin Qian tertawa kecil, berkata ambigu, “Kalau bukan ada urusan, pasti merindukan... dagingmu.”
“Tebakanmu benar, tapi yang pertama.”
“Urusan?”
“Ia tahu aku memberi informasi rahasia pada Jiang Jun. Sudah menebak perasaanku. Dengan senjata diarahkan ke kepalaku, ia menuduhku berkhianat dan menipu.”
“Ya ampun!” Qin Qian menutup mulut, menahan teriakan. “Syukurlah kau masih bisa bicara denganku dalam keadaan utuh.”
“Kau tak perlu khawatir, ia takkan benar-benar membunuhku. Bagaimanapun juga, ia masih membutuhkan istri seperti aku. Kalau tidak, mana mungkin ia menikahiku.” Mu Ying berkata dengan santai.
Qin Qian masih merasa ketakutan tertunda, “Kau ini… Bukankah ada banyak pria hebat yang bisa kau sukai, kenapa malah memilih pria seperti ini?”
Mu Ying menjawab, “Mungkin aku kemasukan hantu yang mengacaukan aperture hati.”
Qin Qian menegur, “Masih bisa bercanda… Lalu apa kau baik-baik saja sekarang?”
Mata Mu Ying masih menatap langit-langit, tatapannya terlihat membeku. “Baik-baik saja, hanya perasaan hatiku yang agak lesu. Makanya aku meneleponmu.”
“Kelesuanmu ini karena rencana awalmu untuk secara perlahan-lahan menyusup ke hati Guan Yumo dengan berpura-pura tak mencintainya sudah gagal?”
“Ya. Sekarang ia sudah tahu aku bukan perempuan bodoh seperti dugaannya. Mulai sekarang, ia akan selalu waspada padaku. Jadi mustahil aku bisa memasuki hatinya...”
Qin Qian mendesah pasrah, “Lebih baik kau lepaskan saja dia. Dengan syaratmu, mencari pria hebat lain bukan hal sulit. Ngapain memaksakan diri mencintai pria yang hatinya sudah ada yang punya.”
“Kalau bisa kulepaskan, mana perlu kau ingatkan? Aku juga tahu aku bisa menemukan pria hebat untuk kunikahi!” Terdengar kelelahan dalam suara Mu Ying.
Qin Qian berkata dengan serius, "Dulu aku tidak berani mengatakannya, sekarang setelah kau sudah ditembus oleh Guan Yumo, aku akan mengatakan satu kalimat yang menghantam semangatmu... Sebenarnya Guan Yumo tidak pernah bisa melupakan Gu Qingyou, ini membuktikan perasaannya sangat dalam terhadapnya. Kau juga pernah bilang, jika bukan untuk Gu Qingyou, Guan Yumo tidak akan bertarung sampai mati untuk menjabat sejak awal... Jadi, menurutku sangat sulit bagimu untuk mendapatkan hati orang ini, jujur saja, menurutku ini sama sekali tidak mungkin!"
Mu Ying perlahan menutup matanya. "Mungkin atau tidak, bagaimana kita tahu tanpa berusaha?"
Qin Qian mendesah lagi, "Menurutku ini kebandelanmu."
"Jiang Jun dulu begitu mencintai Su Mo, bukankah akhirnya jatuh cinta pada Gu Qingyou?" Mu Ying membantah.
"Ini berbeda. Saat itu Jiang Jun mengira Su Mo sudah mati, perasaannya pelan-pelan memudar. Hanya kebencian yang membuatnya terus mengingat Su Mo, tapi sebenarnya dia sudah bersiap menyambut hidup baru. Kebetulan Gu Qingyou menyusup masuk di waktu itu... Jadi bisa dibilang mereka bertemu di waktu yang tepat dengan orang yang tepat, atau takdir yang telah ditetapkan. Tapi keinginanmu bersama Guan Yumo itu dipaksakan, karena Guan Yumo belum melepaskan kekasih hatinya, dan tidak berniat untuk melepaskannya." Qin Qian menganalisis dari posisi orang luar secara rasional.
Mu Ying lama tidak bicara. Akhirnya, saat Qin Qian hendak bertanya apakah dia masih ada, barulah dia lesu bersuara, "Tapi aku tetap tidak bisa melupakan..."
"Tidak bisa melupakan pun harus dilepaskan."
“Kau belum pernah mencintai seseorang, kau tak tahu betapa sulitnya melepas orang yang kita cintai...”
“Lihat, kau pun tahu betapa sulit melepas orang yang dicintai, tapi kau masih berharap Guan Yumo akan melepas Gu Qingyou?”
“Aku...” Mu Ying akhirnya tercekat.
Qin Qian menasihati dengan sungguh-sungguh, “Dengarkan aku, lepaskan orang ini, jangan terus berfantasi padanya, jika tidak masa depan akan membawamu lebih banyak penyiksaan dan luka...”
“Percayalah, aku pernah mencoba, tapi tak sanggup... Aku hanya ingin bersamanya, bahkan sekadar memandangnya dari jauh.” Hanya di hadapan sahabat terbaiknya, Mu Ying berani memperlihatkan isi hati secara terbuka.
Qin Qian tak tahan marah, ucapannya menjadi tajam menusuk, “Jadi selama bisa bersamanya, meski dia tak mencintaimu, kau rela menerima?”
“Ya.”
“Jika kau bersikeras, aku hanya bisa mengingatkanmu satu kalimat: Kau akan menyesali keputusan hari ini, karena suatu hari nanti dia akan memberimu keputusasaan.”
“Jika benar ada hari itu, itu pun baik, setidaknya aku bisa melepaskannya...”
“Wanita ini... Aku tak mau bicara lagi denganmu, hati-hatilah dengan langkahmu.” Meski tersayat hati melihat Mu Ying, Qin Qian tak bisa melanjutkan, dia yang pertama menutup telepon.
Mu Ying perlahan menurunkan ponsel dari telinganya.
Bola mata yang terpejam mengeluarkan air mata di sudutnya.
……
Waktu bergulir dua minggu, tiba hari Mu Ying harus pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilan.
Mu Ying menelepon Guan Yumo lagi, Guan Yumo mengatakan semua sudah diatur, menyuruhnya tenang menjalani pemeriksaan kehamilan.
Dia pun pergi ke rumah sakit ditemani Bibi An.
Tapi dia tidak menyangka, hari ini ternyata adalah hari di mana Guan Yumo merencanakan "keguguran" untuknya.
Di dalam ruang pemeriksaan, dokter berkata padanya, "Nanti aku akan bilang ke Bibi An bahwa anak dalam perutmu sudah berhenti berkembang dan perlu dilakukan operasi 'keguguran', kau harus kerja sama."
Mu Ying sedang terbaring di ranjang pasien, bersiap untuk memeriksakan tubuhnya seperti sebelumnya. Mendengar perkataan dokter itu, dia refleks bangkit dari ranjang.
Dokter yang melihat reaksi Mu Ying langsung kaget, bertanya dengan berbisik gugup, "Apakah Tuan Guan tidak berdiskusi dengan Anda?"
Mu Ying melotot ke arah dokter. Baru setelah melihat tatapan takut sang dokter, dia menyadari reaksinya terlalu berlebihan. "Graaah! Sudah... Sudah didiskusikan. Lakukan saja seperti yang kau katakan!"
"Baik, saya akan menyiapkan laporan pemeriksaan."
"Baik."
Setelah dokter pergi mengambil laporan, Mu Ying menunduk, memandang perut bagian bawahnya dengan tatapan linglung.
Ada apa dengannya?
Padahal jelas tak ada apa-apa di perutnya. Mendengar kata "keguguran", saat itu ternyata dia benar-benar merasa sedih.
Apakah karena belakangan ini sering mengelus perut di depan orang lain, berpura-pura menyayangi dan menanti-nantikan anak dalam kandungan, malah membuatnya benar-benar mengira ada embrio kecil di perutnya?
Memikirkan ini, Mu Ying menggelengkan kepala, merasa hina akan kepolosannya sendiri.
Setelah itu dokter keluar dari ruang pemeriksaan sambil membawa laporan, Mu Ying duduk memeluk lutut di ranjang pasien, mendengar dengan jelas dokter berkata pada Nyonya An, "Maaf, dari hasil pemeriksaan kehamilan kali ini, kami menemukan janin di perut Nona Mu tidak berkembang normal..."
