Bab 599 Tinggal Serumah

　　　　Bab 599 Tinggal Serumah 　　　　Mu Ying bekerja sama dengan dokter, akting murahannya dengan mudah berhasil membohongi Mu Xiao. 　　　　Mu Xiao yang biasanya terlihat sangat tegas pada Mu Ying, sebenarnya paling menyayangi dirinya. Langsung menelepon Guan Yumo secara pribadi, memintanya pulang untuk menemani Mu Ying. Dalam telepon itu ia menegur Guan Yumo karena dianggap terlalu tidak peduli, hingga menyebabkan anak Mu Ying mati dalam kandungan. 　　　　Guan Yumo datang ke rumah sakit keesokan paginya. Di hadapan Mu Xiao dan beberapa orang tua keluarga Mu lainnya, ia menggenggam tangan Mu Ying sambil menghibur, "Janin yang hilang biarlah, kita masih muda, nanti bisa punya lagi." 　　　　Wajah Mu Ying basah oleh air mata, ia memeluk Guan Yumo sambil berkata penuh penyesalan, "Maaf, aku gagal melindungi anak kita..." 　　　　Melihat pemandangan ini, Mu Xiao dan para orang tua keluarga Mu lainnya diam-diam meninggalkan kamar pasien. 　　　　Ketika kamar mewah yang luas itu benar-benar sunyi, Mu Ying perlahan mendorong Guan Yumo. "Menyusahkanmu datang jauh-jauh begini," ujarnya sambil mengusap jejak air mata di sudut mata. 　　　　Guan Yumo mengerutkan alis, "Haruskah kau bicara sinis seperti ini padaku?" 　　　　Mu Ying memalingkan wajah ke samping, menatap jendela kaca. "Maaf, perasaanku sedang tidak baik, mungkin kau tidak bisa memahami, terbaring di sini tidak bisa kemana-mana, ini juga membuat sedih." 　　　　Guan Yumo menatapnya, "Bertahanlah sebentar, setelah kau pulang dari rumah sakit, Kakek pasti akan memintaku untuk membawamu ke Prancis, saat itu kau akan bebas." 　　　　Mu Ying tidak berkata apa-apa lagi. 　　　　…… 　　　　Setelah "memulihkan diri" dua hari di rumah sakit, Mu Ying akhirnya bisa pulang. 　　　　Guan Yumo secara pribadi menjemputnya, bahkan memberinya seikat bunga segar. 　　　　Saat ini, ia duduk di dalam mobil memeluk buket bunga, menunduk menghirup aroma harumnya. "Selera kamu cukup baik, bunga yang dipilih sangat indah, juga tipe yang kusukai." 　　　　"Setelah kembali ke Prancis, aku akan mengaturmu tinggal di pusat kota Paris." Bibir Guan Yumo bergerak datar. 　　　　Baru saat itu pandangan Mu Ying berpindah dari bunga, menoleh padanya. "Jadi kamu akan meninggalkanku sendirian di sana?" 　　　　"Aku juga akan tinggal di sana, dalam waktu dekat akan ada banyak acara resmi, aku perlu kau menemaniku hadir." 　　　　"Kamu... kamu juga tinggal di sana?" 　　　　"Kenapa, setelah kejadian kemarin, kau sudah begini takut padaku?" Guan Yumo meliriknya, pandangan kembali tertuju ke kaca depan mobil. 　　　　Mu Ying memandang ke jendela mobil. "Aku tidak menyangka kamu akan tinggal bersamaku, kukira setelah meninggalkan New York, jalan pamer kemesraan kita sudah selesai." 　　　　Suara Guan Yumo tetap datar tanpa gelombang, "Kemesraan akan terus diperlihatkan pada Kakek kedua kamu, sampai kerja sama Dark Angel dengan kaum kami keluarga Mu tercapai." 　　　　“Mu Ying mengerutkan alis, tak kuasa menahan diri untuk menoleh, memandang wajah Guan Yumo yang fokus menyetir. "Bisakah kau memberitahuku, sebenarnya apa kerja sama yang kau inginkan antara Dark Angel dengan kaum kami keluarga Mu?"” 　　　　“Kau tak perlu tahu.” 　　　　“Sebagai nilai guna keberadaanku untukmu, bukankah seharusnya aku mengetahui situasi sebenarnya?” Mu Ying sungguh penasaran alasan Guan Yumo menikahinya, mengapa sejak beberapa tahun lalu ia sudah memilih dirinya? 　　　　Guan Yumo menjawab dengan datar, "Percayalah, urusan seperti ini lebih baik tidak kau ketahui." 　　　　…… 　　　　Keesokan paginya, pelayan di kediaman Mu menempatkan dua koper Mu Ying di bagasi mobil. 　　　　Mata Mu Ying memerah, ia memeluk Mu Xiao dengan haru. "Kakek kedua, tenang saja... Aku akan merawat diri dengan baik..." 　　　　“Di tempat Yumo, ingatlah untuk mengubah sifat nona besar-mu. Tak semua orang bisa menerima sikap semaumu." Meski nada bicara Mu Xiao masih tegas dan berwibawa, di sudut mata tuanya yang cokelat terlihat kilauan air mata. 　　　　Mu Ying menjawab patuh, "Aku sudah mengerti." 　　　　Bibi An menggenggam tangannya, mata juga berkaca-kaca. "Kamu baru saja keguguran, ingat harus banyak istirahat. Kalau tidak, nanti tubuhmu bisa bermasalah..." 　　　　Mu Ying juga memeluk Bibi An. "Ibu juga tak perlu khawatir... Mo sangat baik padaku, dia akan merawatku." 　　　　Bibi An menyeka air mata di pelipis. "Baiklah, kalian sudah menikah, wajar harus tinggal bersama... Lebih baik ke Prancis daripada terus di sini, sementara Tuan Guan tak bisa lama-lama di Amerika..." 　　　　"Kalau gitu aku pergi ya!" Mu Ying melambaikan cakarnya, sebenarnya hatinya juga dipenuhi rasa berat meninggalkan rumah, tapi dia memang bukan tipe orang yang murung. 　　　　Mu Xiao dan Bibi An mengangguk serempak. 　　　　Mu Ying segera menghampiri Guan Yumo, berbisik lembut, "Ayo kita pergi!" 　　　　Guan Yumo mengangguk, tak lupa berkata pada Mu Xiao, "Tenanglah, aku akan merawat Xiao Ying dengan baik." 　　　　Mu Xiao melambaikan tangan, memberi isyarat agar mereka pergi. 　　　　Guan Yumo melepas mantel jasnya, menyelimutkannya di bahu Mu Ying, baru kemudian memeluknya menuju mobil. 　　　　Mu Xiao terus memandang mobil yang menjauh sampai air mata berlinang. "Gadis ini di rumah saja sudah merepotkanku, sekarang pergi... rasanya seluruh rumah tiba-tiba sunyi..." 　　　　Bibi An menyangga lengannya, menghibur, "Anak sudah besar, suatu hari nanti pasti akan meninggalkan rumah... Tapi melihat Tuan Guan sangat menyayangi Xiao Ying, Yang Mulia tak perlu khawatir." 　　　　Mu Xiao menarik napas dalam, mengangguk. "Sekarang aku tidak khawatir dengan Mu Ying lagi. Kapan Yifeng mau menikah ya..." 　　　　Bibi An menjawab, "Tenanglah Tuan Mu, saya yakin jodoh Tuan Chi pasti akan datang..." 　　　　"Aku hanya takut dia terus memikirkan hal sepele..." 　　　　…… 　　　　Mu Ying tertidur di pesawat, saat terbangun pesawat hampir mendarat. 　　　　Melihat Guan Yumo di sampingnya masih tertidur – atau mungkin sedang beristirahat dengan mata terpejam – Mu Ying perlahan mengambil selimut. 　　　　Mai Li melihat gerak-geriknya, mendekat dan bertanya pelan, "Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" 　　　　Mu Ying seketika memberi isyarat 'ssst' ke Mai Li, menggelengkan kepala menunjukkan dia tak apa-apa, lalu memberi isyarat agar Mai Li tak membangunkan Guan Yumo. 　　　　Mai Li seketika mundur ke sudut pesawat pribadi. 　　　　Mu Ying berjalan ke depan jendela besar pesawat pribadi, memandang dari atas seluruh langit Paris di bawah kakinya. 　　　　Paris adalah kota yang romantis dan penuh cinta, ini membuatnya tanpa alasan berharap, lama menatap Menara Eiffel yang menjadi simbol cinta ini, perlahan ia terbuai. 　　　　…… 　　　　Apartemen Guan Yumo di pusat kota Paris bisa dibilang rumah megah. 　　　　Karena terletak di lantai atas gedung pencakar langit 60+ lantai, luasnya sekitar lima ratus meter persegi, dekorasi minimalis tapi tak sederhana, semua fasilitas dilengkapi lengkap. Yang paling disukai Mu Ying adalah kolam renang di luar kamar utama, karena ia gemar berenang. 　　　　Di apartemen ada seorang pelayan berusia lima puluhan dan seorang pembantu muda. Jelas saat Guan Yumo tinggal di sini, merekalah yang merawatnya. 　　　　Saat ini, mereka menunduk hormat memanggilnya, "Nyonya." 　　　　Mu Ying belum terbiasa dengan panggilan seperti ini, merasa dirinya jadi terlihat tua. Tapi juga tak tahu harus minta dipanggil apa. Lagipula jika menyuruh mereka memanggil "Xiao Ying" sepertinya tidak menghormati Guan Yumo. Akhirnya ia hanya tersenyum menerima sebutan ini, memutuskan setelah nanti lebih akrab dengan mereka, baru mengganti panggilan yang cocok. "Halo." 　　　　Saat itu Guan Yumo sudah bersiap pergi, ia baru saja menerima telepon. "Aku harus ke kantor pusat. Lihat apa yang perlu ditambahkan, beri tahu Kak Teng." 　　　　Mu Ying mengangguk, "Baik."