Bab 615 Lihat kau masih peduli atau tidak
Setelah merenung sepanjang malam, akhirnya dia menemukan cara menghadapi.
Dia tahu cara ini pasti akan berhasil pada akhirnya, hanya dia harus hati-hati, karena jika penyamarannya tertembus, dia tahu konsekuensinya, sangat mungkin ia akan benar-benar diusirnya, tapi kini dia sudah tak punya cara yang lebih baik.
Saat sarapan, Kakak Teng khawatir dia tidak tahu, sengaja mengingatkan, "Nyonya, semalam meski Tuan Guan tidak kembali ke kamar tidur, tapi ia sangat memperhatikan Anda. Ia beristirahat di kamar tamu, namun beberapa kali mengunjungi kamar Nyonya sepanjang malam, takut Anda demam lagi. Hampir subuh, Tuan Guan baru pergi."
Bagaimana mungkin dia tidak tahu?
Saat ia mengunjunginya, dia sebenarnya tidak tertidur, hanya memejamkan mata, berpura-pura lelap.
Ketika telapak tangan dinginnya menempel di dahinya yang hangat, dia merasakan kepuasan dan kebahagiaan, di relung hati semakin yakin harus mendapatkan perlindungan dan kasih sayang pria ini seumur hidup.
"Ya, aku tahu ia peduli padaku." Katanya dengan riang.
Kakak Teng menyadari perasaannya jelas membaik, tak bisa menahan helaan napas lega. "Nyonya, sarapannya dimakan lebih banyak ya."
Seharian kemarin hampir tidak makan, dia benar-benar lapar. Dengan senyum manis menyerahkan mangkuk ke Kakak Teng, "Tolong ambilkan bubur lagi."
"Baik, baik." Kakak Teng gembira bukan main.
……
Usai sarapan, dia pergi ke Pelatihan Perusahaan Yilin.
Dia tahu pasti Xu Zhan akan menjemput pacar modelnya lagi. Benar, saat latihan usai senja hari, dia bertemu Xu Zhan.
Hanya saja kali ini bukan kebetulan, melainkan sengaja menunggunya.
Xu Zhan kembali menyuruh pacar modelnya menunggu di mobil. Senyum sembrono di wajah, mata phoenix-nya yang indah menatapnya, terlihat cukup memikat.
Tentu, ketampanannya mustahil menyaingi Guan Yumo.
“Hari ini bukan kebetulan, kan？Sepertinya Nyonya Direktur Guan sengaja menungguku di sini.” Ia membuka mulut.
Dia menunjukkan kepedihan dan kesepian. “Tuan Xu, tahukah kau tempat yang tidak ada wartawan, tapi bisa kubeli mabuk?”
“Sepertinya hubunganmu dengan Direktur Guan tidak harmonis, pantas saja sepanjang hari kemarin tidak datang ke Pelatihan Perusahaan Yilin.” Xu Zhan mengejek.
Dia langsung berbalik hendak pergi. “Jika kau tidak tahu tempat seperti itu, lupakan saja.”
Xu Zhan berkata di belakangnya, “Tentu ada tempat seperti itu. Bisa kuberi tahu, tapi ada satu syarat.”
Dia menghentikan langkah. “Tolong beri tahuku.”
Xu Zhan tersenyum sambil berkata, “Bagaimana jika aku mengajakmu?”
Dengan sengaja dia tidak menjawab.
Xu Zhan melanjutkan, “Biarkan aku menemanimu mabuk.”
Dengan perasaan buruk dia berkata, “Terserah, bawalah aku ke sana sekarang.”
……
Tempat yang dituju Xu Zhan adalah bar yang sunyi.
Tempat yang bagus, persis seperti yang diinginkannya.
“Tempat ini bernama 'Nirwana'. Siapapun dirimu, bahkan Presiden Prancis sekalipun, tak perlu khawatir ketahuan datang ke sini.”
Dia menerima gelas arak yang telah dicampur bartender, lalu memandang Xu Zhan. Di bawah cahaya yang tersembunyi, wajah tampannya penuh pesona. Sayang hatinya tetap tak berdebar, masih merindukan seseorang, bahkan membayangkan Xu Zhan saat ini sebagai orang itu. “Mengapa?”
“Karena bar ini milikku, semua orang yang datang ke sini untuk minum adalah sahabatku, mereka tidak akan mengorbankan siapa pun.” Sambil berkata demikian, Xu Zhan mengangkat gelasnya dan menyapa orang-orang lain di dalam bar.
Orang-orang lain benar seperti mengangkat minuman di tangannya, bersulang dengan Xu Zhan.
Setelah menghabiskan arak dalam gelasnya, matanya seperti diselimuti kabut, memandangnya dengan tatapan samar. “Kenapa kau tidak minum?”
Mu Ying berkata sejujurnya, “Sebenarnya aku tidak terlalu pandai minum alkohol.”
Xu Zhan berkata dengan santai, “Ketakutan di wajahmu sudah mengungkapkan itu.”
“Aku baru diizinkan menyentuh alkohol setelah berusia delapan belas tahun. Setelah itu, di acara apa pun, aku selalu diingatkan akan statusku sebagai putri keluarga Mu. Hanya boleh minum dengan elegan, dan itu pun sedikit-sedikit.”
“Aku percaya.”
Mu Ying merasa nyaman mengobrol dengan Xu Zhan karena ia selalu mengikuti alur pembicaraannya. Ia lalu tersenyum kepadanya dan menghabiskan bir dalam gelasnya sekali teguk.
Setelah menghabiskannya, barulah ia sadar isi gelas itu bukan bir, melainkan sejenis arak beraroma buah yang manis dan mudah diminum.
Ia terkejut, “Ini?”
Xu Zhan tersenyum, “Aku sengaja menyuruh bartender meracikkan ini untukmu. Tidak melukai tubuh, tapi kadar alkoholnya cukup untuk membuatmu mabuk.”
“Tak kusangka kau begitu perhatian.” Setelah mengucapkan itu, ia yang tidak kuat minum alkohol mulai merasakan pusing yang sedikit mengganggu.
Xu Zhan menyuruh bartender menuangkannya segelas lagi, saat bersulang dengannya, barulah ia tersenyum dan berkata, "Semakin lama kau bersamaku, kau akan sadar bahwa keputusanmu meninggalkanku demi memilih Guan Yumo adalah kesalahan."
Ia meneguk habis arak ke dalam perutnya, sensasi pusing langsung meningkat. Dengan tatapan berkabut ia memandang Xu Zhan, bergumam pelan, "Kalau aku mabuk, kau takkan berbuat macam-macam padaku, kan?"
Xu Zhan menopang pinggangnya khawatir ia terjatuh. "Baru sekarang kau bicara soal ini? Bukankah sudah terlambat?"
Bersandar di pangkuan Xu Zhan, tatapannya yang berkabut menatap ke atas. "Aku percaya... kau seorang pria terhormat... takkan melakukan apa-apa..."
Xu Zhan menatapnya dari atas, senyum tipis mengembang. "Nyatanya, penampilanmu sekarang justru membuatku sangat ingin 'melakukan sesuatu'."
……
Tubuhnya limbung oleh mabuk, sama sekali tak ingat bagaimana akhirnya ia pulang.
Keesokan harinya saat terbangun di ranjang lebar Apartemen Guan Yumo, ingatannya masih kosong.
Tapi ia yakin Xu Zhan pasti tak berbuat nakal. Entah mengapa, keyakinan itu begitu kuat dalam hatinya.
Benar saja, Kakak Teng memberitahu bahwa semalam ia diantar pulang oleh Tang Kai. Barulah ia tahu, setelah pingsan Xu Zhan menyerahkannya pada asistennya itu.
Saat bangkit dari ranjang, Kakak Teng menyodorkan semangkuk sup penghilang mabuk.
"Nyonya, arak merusak tubuh... Meski sedang sedih, jangan minum sembarangan."
Rupanya sang pelayan mengira tuannya sedang dilanda kesedihan hingga nekat mabuk-mabukan.
"Faktanya tentu tidak, karena ini adalah rencananya, dan saat ini rencana itu bisa dibilang sedang berjalan dengan stabil."
Setelah menghabiskan sup penghilang mabuk, kepalanya sudah tidak terlalu sakit, tapi masih agak pusing, membuatnya tak tahan mengusap pelipis.
Xiao Luo yang berdiri di samping melihat itu, dengan hati tersayat berkata, "Menurutku ini semua salah Tuan Guan... Apakah dia benar-benar sibuk sampai tidak punya waktu untuk menemani Nyonya?"
Kali ini Kakak Teng tidak menegur Xiao Luo. "Nyonya, kondisi Nyonya tidak nyaman, hari ini sebaiknya tidak usah bekerja, istirahatlah baik-baik di rumah."
"Tidak apa, Pekan Mode sudah semakin dekat. Aku harus datang ke perusahaan untuk latihan setiap hari." Setelah berkata demikian, dia membuka selimut dan turun ranjang, langsung menuju kamar mandi.
Ketika keluar dari kamar, wajahnya sudah segar kembali.
Kakak Teng menyiapkan sarapan untuknya. Setelah mabuk sebenarnya tidak ada nafsu makan, tapi agar Kakak Teng tidak khawatir, dia memaksakan diri menyuap semangkuk bubur ke perut, lalu pergi ke Yilin.
Malam ini dia akan kembali mabuk-mabukan, sampai Tang Kai memberitahukan hal ini padanya.
Jika dia datang mencarinya, rencananya bisa dibilang sudah setengah sukses.
Biarkan saja dia berkencan dengan Li Nuo beberapa hari ini, bagaimanapun juga, pada akhirnya dia akan menjadi miliknya.
