"Bab 625: Benarkah ia orang yang tidak berguna?"
"Di dalam mobil sunyi sepi, seolah bahkan suara jarum jatuh di lantai kayu pun bisa terdengar."
Mu Ying bersandar di sandaran kursi, sebenarnya sangat ingin bertanya bagaimana ia bisa diberi obat, tapi entah mengapa, dia ingin menunggu kakaknya yang pertama kali berbicara dengannya.
Sayang, hingga mobil berhenti di pinggir jalan bawah gedung Apartemen, ia tetap tidak bersuara.
Seharusnya dia turun dari mobil, tapi setelah ragu-ragu, memandangnya dengan dingin, "Kau tidak punya sesuatu yang ingin kau katakan padaku?"
"Mengapa kau datang ke perusahaan di jam seperti ini?" Akhirnya ia bersuara, tapi suaranya tanpa sedikit pun kehangatan, bagaikan ruang bawah tanah yang dingin.
Dia sedikit mengerutkan alis, "Apa maksudmu?"
Ia menoleh, wajah tampannya seolah diselimuti embun beku, memandangnya dengan kejam. "Bagaimana mungkin kau muncul di saat seperti ini?"
Keningnya semakin berkerut, "Apakah Kakak masih mengira ini konspirasi saya lagi?"
Ia tidak menjawab, tapi ekspresinya yang tidak berubah telah memberitahukan jawaban.
Dengan menyipitkan mata secara samar, "Baik, kalau kau sudah berpikir begitu, aku juga tidak akan menjelaskan apapun. Aku hanya bertanya: selama beberapa hari ini kita tidak bertemu, mungkinkah aku memberi obat dari jarak jauh ke makanan Kakak?"
Di matanya yang dingin terlintas ketajaman. "Aku akan menyelidiki kasus ini sampai tuntas."
"Selidikilah semaumu, tapi sekarang jelaskan semuanya padaku!" Tatapan menyala bagai obor menatapnya. "Benarkah kau mengira aku yang melakukan manipulasi dari belakang?"
"Waktu kedatanganmu yang kebetulan ini membuatku harus berpikir ke arah itu." Ia melaporkan sejujurnya.
“Jika kusebutkan ini semua hanya kebetulan?” Dia menatapnya dengan blak-blakan, namun di kedalaman bola matanya terlihat aliran kekecewaan dan penderitaan. "Hari ini semua model Perusahaan Yilin diliburkan sehari, jadi aku memilih hari ini untuk mengunjungimu di perusahaan. Karena kau pernah bilang aku boleh sesekali menemuimu di kantor. Kalau tak percaya, kau bisa menelepon ke Perusahaan Yilin untuk memastikannya."
Ia menatap mata wanita itu, tertegun lama. "Baik, aku percaya kata-katamu."
Namun dia memalingkan wajah ke sisi lain dengan perasaan tersiksa, matanya berkaca-kaca. "Aku memang mencintaimu, bahkan pernah bertindak gila tanpa harga diri demi dirimu. Tapi aku bukan manusia tanpa batas toleransi! Tak mungkin aku menggunakan cara-cara memalukan dan hina seperti memberimu obat biar bisa memilikimu!"
Dengan melepas sabuk pengaman, ia mengulurkan tangan dan memutar tubuh wanita itu menghadapnya.
Wanita itu menatapnya, cahaya air mata yang penuh kepedihan berkilau di matanya.
Dengan penuh kasih ia mengusap air mata itu, suara lembut nan dalam bergema, "Maaf, urusan ini memang penilaianku yang terlalu terburu-buru."
Perlahan wanita itu melepaskan diri dari pelukannya, untuk pertama kalinya enggan menikmati kelembutan dan perlindungannya. "Bukan Kakak yang terburu-buru menilai, tapi di relung hati Kakak, aku memang wanita manja yang tak punya batas! Untuk mencapai tujuan, aku bisa Tanpa Pandang Cara!"
Tangan yang terhenti di udara perlahan ditariknya kembali. Ia mendesah pelan, "Kau tahu aku tak pernah memandangmu seperti itu."
“Tidak perlu menyangkal lagi…” Dia menggelengkan kepala dengan getir, suara seraknya mengucapkan kata demi kata dengan jelas, “Di relung hati kakak, aku ini gadis buruk. Jangan dibandingkan dengan Gu Qingyou, bahkan dengan Li Nuo pun aku jauh kalah level!”
“Xiao Ying…”
Panggilannya terdengar dari belakangnya.
Dia tidak menghiraukan, langsung mendorong pintu mobil dan turun, menutupi wajah sambil berlari ke gedung apartemen.
……
Dia berharap ia mengejar, karena itu tandanya ia khawatir. Tapi tidak, hingga dia memasuki pintu apartemen, tak ada gerak-gerik di belakangnya.
Teng Jie dan yang lain terkejut melihatnya yang terpuruk.
“Nyonya…” Xiao Luo berusaha menyambutnya.
Dia menghapus air mata, berkata tenang, “Aku baik-baik saja… Makan malam sudah kuhabiskan. Jangan ganggu aku, aku mau tidur.”
Teng Jie dan Xiao Luo saling pandang, bingung ada apa.
Dia langsung masuk kamar, menahan napas terengah-engah, bersandar di pintu kayu dengan dada pedih.
Di matanya, sedasar itukah dirinya?
Kalau merasa dia seburuk ini, ngapain juga ia beri perhatian?
Brengsek betul!
……
Tak disangka, sampai akhir pun tak ada satu telepon darinya. Seolah kejadian itu hanya lalu begitu saja, tak perlu penjelasan.
Emosinya meluap, dia izin cuti sehari. Esoknya baru ke perusahaan untuk menemuinya.
Tak kira, malah nemu dia lagi bersama Li Nuo.
"Li Nuo masih tetap berpura-pura seperti biasa, menyambutnya dengan antusias, 'Xiao Ying, kau datang.'"
Dia tak menyangka ia akan membawa Li Nuo ke perusahaan, lagipula semua orang tahu dialah istri-nya. Dengan melakukan ini, ke mana martabatnya ditempatkan?
"Aku ada urusan penting untuk dibicarakan dengan kakakku. Bisakah kau keluar sebentar?" Hari ini dia tak punya mood untuk menemani akting Li Nuo.
Wajah Li Nuo seketika kaku, tersenyum dengan goyah, "Baik, aku akan ke luar."
"Tidak perlu."
Tak ada yang menyangka Guan Yumo akan bersuara di saat ini, menghentikan langkah Li Nuo yang hendak pergi.
Guan Yumo keluar dari balik meja kerjanya, bayangan tubuhnya yang jangkung mendekati Li Nuo, memeluknya perlahan. "Duduklah di sofa, aku dan Xiao Ying akan cepat selesai berbicara."
Li Nuo bermurah hati berkata, "Tidak apa, aku akan ke balkon untuk terkena angin..."
Guan Yumo memberikan tatapan teguh pada Li Nuo. "Tidak perlu."
Li Nuo menunjukkan ekspresi kesulitan, akhirnya sepertinya karena desakan Guan Yumo, barulah ia duduk di sofa.
Barulah saat itu Guan Yumo datang ke hadapannya, suara dingin, "Kau lupa dengan ucapanku?"
Kelembutan dan perhatian Guan Yumo pada Li Nuo menusuk matanya. Ia menatapnya, suara lebih dingin dari dia, "Aku tidak lupa. Tapi kejadian kemarin, Kakak harus memberiku penjelasan. Dari semalam sampai sekarang, Kakak bahkan tidak menelepon sekali pun."
"Pulanglah dulu. Malam ini akan kuberi penjelasan." Begitulah Guan Yumo berkata padanya.
"Dia berkata dengan sinis,"Kak buru-buru pulang, takut aku akan memberitahu Li Nuo tentang urusan semalam ya?"
Guan Yumo diam, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi, namun mata hitamnya mengeram gelap.
Dia tahu suasana hatinya sudah memburuk. Jika terus bersikap seenaknya, amarahnya akan meledak - itu bukan hasil yang diinginkannya.
Perlahan dia mengatur napas,"Kalau begitu... aku tunggu Kak pulang."
Guan Yumo tidak menjawab.
Dia yakin janji pria itu pasti ditepati. Tanpa bicara lagi, tubuhnya berbalik meninggalkan kantor.
……
Tepat pukul delapan malam, sosoknya akhirnya muncul di Apartemen.
Kakak Teng dan Xiao Luo sudah dijadwalkan libur. Tatapannya menyapu tubuh pria itu, dada mendadak sesak oleh rasa sedih dan penderitaan.
Pria itu menghampiri, tangan hangat merangkul bahu rentanya. Desahan panjang keluar,"Aku minta maaf untuk kejadian kemarin. Tapi kau tahu itu cuma kecelakaan. Akan kubuatkan ganti rugi, jangan kau berpikiran aneh-aneh."
Matanya melotot,"Jadi Kak sudah menyelidiki dan urusan ini tidak ada kaitannya denganku?"
Sekali lagi dia mendesah, suara parau bergetar,"Kau tahu di relung hatiku, aku tak pernah menganggapmu sebagai tipe perempuan seperti itu. Waktu itu... cuma emosi semata."
"Tapi menurutku tidak! Di dasar hati Kak, aku memang perempuan hina!" Tatapannya menembus mata bak kolam dalam milik pria itu, hati terasa seperti dicabik-cabik.
