Bab 638 Pertemuan Bak Orang Asing
Mu Ying duduk di kafe tepi jalan ini hingga lampu kota menyala. Dengan tatapan linglung, ia memandangi kota megah yang baru dikenalnya, mengamati bangunan-bangunan Eropa kuno nan megah, sampai bayangan Xu Zhan muncul di hadapannya, menghalangi pemandangan yang sedang dinikmatinya.
"Tuan Xu, apakah benar-benar tak ada urusan?" ujarnya dengan nada pasrah.
Xu Zhan duduk di kursi seberangnya dengan senyum tipis di sudut bibir. "Aku berniat menjemputmu pulang kerja, tapi model cantik di perusahaanmu bilang kau izin sore ini. Ponselmu tak diangkat. Tak kusangka, dalam perjalanan kembali ke hotel malah bertemu di sini."
Mu Ying mengulang pertanyaannya, "Apa kau memang selalu sesantai ini setiap hari?"
Xu Zhan menyipitkan mata berbentuk bunga persiknya yang memikat, menatapnya penuh kasih. "Aku juga sibuk mengurus segudang urusan. Tapi demi sang dewi, tak ada pilihan. Takdirku memang tercipta untuk mengutamakan kecantikan daripada kekuasaan."
Mu Ying: "..." Ia melambai memanggil pelayan hendak membayar.
Saat dompet baru dikeluarkan dari tas, pelayan sudah sopan memberi tahu: "Wanita muda yang duduk di sini tadi sudah membayar."
Mendengar itu, Mu Ying tersenyum. "Sepertinya lain kali aku harus mentraktirnya makan."
Xu Zhan menyambung, "Rupanya yang minum kopi bersamamu tadi seorang perempuan."
Mu Ying mengangkat tasnya, berjalan menyusuri jalanan Milan yang sarat nuansa budaya dengan arsitektur termasyhur dunia.
Xu Zhan mengejar dan berjalan di sampingnya. "Kurasa kau belum makan malam, jika berkenan izinkan aku mentraktirmu?"
"Aku tidak lapar."
"Tapi kau terlalu kurus. Jika tidak makan lebih banyak, sepertinya kau akan jadi model paling kurus di Milan Fashion Week."
Mu Ying tak bisa menahan senyum tipis. Harus diakuinya, humor Xu Zhan selalu bisa membuatnya rileks. "Aku tak mengerti, sudah kutetapkan penolakanku, mengapa kau tetap mengitariku?"
Xu Zhan menjawab, "Karena kau masih lajang. Selama kau lajang, kesempatanku masih ada. Dan aku bukan tipe yang mudah menyerah."
Mu Ying menoleh memandang Xu Zhan. "Izinkan kuingatkan bahwa aku seorang wanita bercerai?"
Xu Zhan menyeringai memikat. "Sepertinya aku juga seorang playboy."
Mu Ying kembali terkikik kecil, lalu menarik kembali tatapannya ke bangunan di sepanjang jalan. "Milan benar-benar kota dengan potensi budaya terbaik yang pernah kukunjungi."
Di bawah cahaya neon yang lembut, profil sempurna Mu Ying dengan kulit putih mulus terpancar bagai dewi.
Tiba-tiba Mu Ying menyadari tatapan intens Xu Zhan. Ia melotot, "Apa maksudmu?"
Xu Zhan tersenyum datar, "Aku berpikir, orang yang tak bisa melihat keindahan dan kelebihanmu pasti akan menyesal di masa depan."
Mu Ying mengabaikannya dan terus berjalan meninggalkan Xu Zhan.
Xu Zhan buru-buru mengejarnya. "Nona Mu, aku benar-benar kelaparan. Jujur saja, seharian ini aku bekerja bahkan belum sempat makan sesuap nasi. Kalau berkenan, temani aku makan ya!"
Mu Ying melirik Xu Zhan yang sudah berada di sampingnya, lalu menjawab praktis, "Boleh saja. Tapi aku sudah berjanji pada sahabatku untuk mentraktirnya makan malam ini. Jika kau tak keberatan membayari dia juga, aku dengan senang hati mau kau yang mentraktir."
Xu Zhan menampilkan senyum memikat khasnya, "Tidak masalah."
……
Mu Ying sama sekali tak menyangka, saat ia menjemput Qin Qian di perusahaan tempatnya bekerja, justru bertemu dengan Guan Yumo di aula lantai satu.
Saat itu ia sedang memasuki gerbang perusahaan, sementara Guan Yumo dan rombongannya baru saja keluar dari dalam.
Ia jelas tak menduga akan bertemu dengannya, sampai-sampai langsung berhadapan muka secara tak terduga.
Seketika itu juga, secara refleks ia membeku sejenak.
Guan Yumo jelas juga terkejut bertemu dengannya, namun berbeda dengan reaksinya, pria itu memandangnya layaknya orang asing. Tatapannya tenang melintas begitu saja di tubuhnya, sambil terus menjawab dengan suara datar kepada penanggung jawab perusahaan yang sedang berbicara dengannya.
Mu Ying baru tersadar beberapa saat kemudian. Meski wajahnya sesaat memucat, ia tetap berpapasan dengan tenang melewati rombongan itu.
Karena penampilan Guan Yumo yang tampan dengan postur tubuh tinggi semampai, ditambah statusnya sebagai orang yang bahkan bos perusahaan ini harus menjilatinya, Mu Ying mendengar banyak wanita di sekitarnya membahasnya. Tentu yang paling banyak diperbincangkan adalah ketampanan luar biasanya.
Mu Ying tidak tahu bagaimana dia masuk ke lift, hanya tahu ketika berdiri sendirian di dalamnya, hati yang dikiranya takkan bereaksi lagi ternyata tetap sesak sejenak.
Ya, dua manusia yang dulu begitu akrab kini menjadi orang asing. Tiga bulan lalu saat masih mencintainya dalam-dalam, tak terbayang akan ada hari seperti ini.
Tiba-tiba kenangan bersama mereka berdua mengalir bagai ombak. Baru kini ia sadar, ingatan yang dikira sudah terkubur ternyata masih tertoreh dalam-dalam di pikirannya.
Ia terpaku beberapa saat. Untunglah pintu lift berbunyi "Ding", menyadarkannya dari lamunan.
Setelah menenangkan hati dan hendak keluar, tiba-tiba Qin Qian menyusup masuk dari luar.
Melihatnya, Qin Qian menunjukkan ekspresi gembira, "Nona Besar, kenapa kau di sini?"
Dikira bisa bersikap baik, tapi saat ini dadanya sesak hingga tak bisa bicara. Baru tahu mencintai seseorang tak semudah melepaskannya.
Sekalipun kau paksa diri melupakan, sekalipun kau kubur semua kenangan, sekalipun kau ingatkan terus bagaimana dia melukaimu - saat melihatnya, pertahananmu tetap jebol...
Qin Qian melihat wajah pucatnya kaget, segera merangkulnya. "Ada apa?"
Dia sangat ingin bersuara menanggapi sahabatnya, tenggorokannya tersekat-sekat, membuatnya akhirnya hanya diam.
Qin Qian tiba-tiba teringat sesuatu, tubuhnya terhenti sejenak, lalu bertanya pelan, "Kau bertemu Guan Yumo?"
Ia memandang sahabatnya, suaranya akhirnya menerobos dari leher, tapi tetap lemah. "Xu Zhan mengundang kita makan, aku khawatir nanti kau harus naik taksi, jadi kusuruh dia menjemputmu."
Meski Mu Ying tak menjawab, Qin Qian tetap mudah membaca situasi dari ekspresinya persis seperti dugaan hatinya. Ia terbata-bata, "Semalam sebenarnya aku ingin bicara... Tak tahu kenapa kebetulan begini, perusahaan yang ingin investasi proyek energi baru dengan kita adalah 'Yuan Zhong'. Kabarnya Guan Yumo sedang urusan bisnis di Italia, bos kita mengundangnya untuk inspeksi..."
Mu Ying menundukkan kelopak mata. "Sudah..."
Qin Qian seketika diam.
Saat pintu lift terbuka, entah karena takut bertemu Guan Yumo lagi, Mu Ying terhenti sejenak sebelum keluar.
Aula perusahaan kini telah kembali sepi, rombongan itu tak ada lagi di sana.
Qin Qian menghela napas lega. "Mu Ying, jika kau tak mau makan di luar, aku bisa bilang pada Tuan Xu..."
Mu Ying menarik napas dalam. "Tidak perlu, ayo pergi!"
