Bab 642 Pertunangan Tiga Hari Kemudian
Guan Yumo tetap berbicara datar tanpa gejolak emosi, "Semalam aku bersiap kembali ke Paris. Saat menuju bandara, tak sengaja melihat Xu Zhen sedang mengungkapkan cinta di bawah apartemenmu. Aku tahu orang ini punya niat tersembunyi padamu. Jika aku melepasmu begitu saja, itu sama saja mengubur hidupmu."
Tatapan Mu Ying masih menuntut jawaban, "Kau tak perlu peduli! Dengan Kakek Kedua dan kakakku Chi Yifeng, mustahil Xu Zhen bisa menjebakku!"
Guan Yumo menyipitkan mata. "Mereka memang bisa melindungimu, tapi Xu Zhen sangat licik. Aku khawatir kau akan dirugikan."
Mu Ying membalas bertanya, "Kerugian seperti apa yang kau maksud?"
Guan Yumo menyipitkan mata hitam pekatnya dengan kilat licik, "Kau benar-benar tak mengerti, atau mau kujelaskan secara vulgar?"
Mu Ying tentu mengerti yang dimaksud Guan Yumo. Tatapannya bertemu dengannya selama beberapa detik, tak ada rasa malu atau canggung di balik sorot matanya. "Bahkan jika aku kehilangan keperawanan, lalu kenapa? Aku memang bukan perawan sejak awal."
Tatapan Guan Yumo semakin dalam. "Masalah ini tak perlu didiskusikan lagi."
"Mengapa?" tanya Mu Ying lagi dengan nada menyergah.
Guan Yumo mengalihkan pandangannya ke kaca depan mobil, bibir tipisnya berkata datar, "Aku harap kau menjaga batasan dalam berbicara."
"Apa maksudmu aku tak menjaga batasan?" Mu Ying tak kuasa menahan diri.
Guan Yumo memberi perintah dingin, "Mai Li, turunlah sebentar."
"Baik."
Mai Li sepertigus sudah lama ingin melarikan diri. Dia membuka pintu mobil dan buru-buru turun.
Saat hanya tersisa mereka berdua di gerbong, Guan Yumo baru bersuara, "Gadis seharusnya tak terus-menerus membicarakan soal keperawanan."
Mu Ying menyindir, "Kau tak mau aku mengingatkan fakta bahwa kaulah pria pertamaku, kan?"
Guan Yumo langsung menoleh padanya, tatapannya mulai dingin. "Aku harap kau melupakan hal-hal masa lalu!"
"Coba tanya wanita mana yang bisa melupakan pria pertama mereka?" balasnya.
Guan Yumo memandangnya dengan ekspresi serius. "Tak kusangka kau begitu lancar berbicara!"
"Itu karena dulu aku selalu berusaha menjadi gadis penurut di hadapanmu," jawab Mu Ying jujur.
Guan Yumo terdiam.
Mu Ying tak mau kegelapan dingin kembali menyelimuti gerbong, melanjutkan, "Meski kau menghindar, kau harus mengakui kita pernah memiliki hubungan paling intim, dan tak cuma sekali!"
Ekspresi wajah Guan Yumo semakin dingin.
Mu Ying tanpa rasa takut menatap tajam bola matanya yang dalam dan dingin. "Jika kau benar-benar ingin aku menjadi gadis baik atau menganggapku sebagai gadis baik, kau harus bertanggung jawab padaku."
Suara tak senang Guan Yumo terdengar, "Hingga sekarang kau masih bandel."
Mu Ying membantah, "Kau pikir yang kau berikan adalah yang terbaik, tapi pernahkah kau bertanya apakah ini yang kuinginkan?"
Guan Yumo berkata dingin, "Sudah kukatakan, jika kau bersamaku, aku hanya akan memperlakukanmu sebagai wanita untuk melepaskan hasrat. Tak akan ada perasaan cinta antara pria dan wanita. Mengerti?"
Mu Ying memandangi matanya yang gelap seperti tinta, dengan tegas menjawab, "Aku tak peduli meski begitu."
Guan Yumo dengan dingin menarik kembali tatapannya. "Tak ada ruang untuk negosiasi dalam hal ini."
"Mengapa?" Kening Mu Ying berkerut. "Kau bisa memperlakukanku seperti pada Li Nuo. Tak perlu kau beri perasaan, aku hanya ingin berada di sisimu."
Wajah Guan Yumo membeku. "Ini hanya keinginan kekanak-kanakanmu."
"Kau pikir aku belum matang saja!" Terdengar geram parau Mu Ying.
Guan Yumo tetap tak bergeming.
Dengan getir Mu Ying memandangi wajah tampannya, suaranya serak, "Tak ada keinginanku yang lebih matang dari ini!"
"Cukup!" Guan Yumo menutup mata, bersandar di kursi seolah hendak beristirahat. "Aku harus ke Paris. Sesampainya di sana langsung ke kantor pusat untuk urusan dengan Jason. Turun dari mobil!"
"Bagaimana jika aku tak mau turun?" Tantang Mu Ying dengan emosi.
Guan Yumo menjawab dengan datar, "Kalau begitu aku akan menyuruh Mai Li 'mengundang'mu turun dari mobil."
Mu Ying berkata dengan luka di hati, "Mengapa kau bisa begitu kejam padaku?"
Bulu mata panjang Guan Yumo bergetar halus, tapi pada akhirnya tak memberi jawaban.
Mu Ying menarik napas dalam-dalam, menahan rasa sakit di dada. "Baik, jika kau benar-benar bisa sekejam itu, tolong tolak aku dengan tegas, tak boleh ada sedikit pun belas kasihan atau kelembutan hati! Karena mulai sekarang, ke mana pun kau pergi, aku akan ikut!"
Guan Yumo perlahan membuka mata, tubuh tegaknya duduk lebih tegap, menatapnya tajam. "Kapan kau bisa lebih matang sedikit?"
"Sudah kubilang, tak ada ide yang lebih matang di otakku selain keinginan untuk bersamamu," ujar Mu Ying kata demi kata dengan jelas.
"Kalau begitu, keinginan seperti ini harus kau hapus!" Guan Yumo menyemburkan kata-kata dingin dari bibir tipisnya.
Melihat kilatan kesuraman di mata Guan Yumo, Mu Ying sudah punya firasat buruk, tapi tetap tak gentar, "Aku takkan pernah menghapusnya!"
"Kalau begitu datanglah ke pesta tunanganku dengan Li Nuo." Guan Yumo saat ini mengintai Mu Ying bagai elang, menangkap setiap perubahan ekspresi di wajahnya.
Tubuh Mu Ying gemetar seketika, suaranya lirih, "Tunangan?"
Guan Yumo menyipitkan mata seperti garis pisau, menatapnya tak berkedip. "Kenapa? Bukannya bilang mau ikut kemana pun aku pergi?"
Detak jantung Mu Ying seolah berhenti berdenyut, darahnya membeku seketika. "Kau... kau dan Li Nuo akan bertunangan?"
Guan Yumo berkata dengan tenang, "Dark Angel dan Keluarga Li telah mencapai kerjasama. Jika bukan karena urusan Dark Angel dan perusahaan yang terlalu banyak belakangan ini, aku dan Li Nuo sudah lama menikah!"
Mu Ying membeku memandanginya. "Tapi kau sudah berjanji pada Kakek Kedua, dalam satu tahun kau takkan mengumumkan perceraian kita..."
Guan Yumo menjawab, "Janji itu akan kutepati, tapi tak menghalangi pertunangan dan pernikahanku dengan Li Nuo. Karena kami hanya akan mengundang kerabat dan sahabat dari kedua pihak."
Mu Ying terpaku.
Suara kejam Guan Yumo terus berbunyi, "Tiga hari setelah pertunangan adalah hari pernikahanku dengan Li Nuo. Jika kau ingin ikut, maukah hadir di pesta pernikahan kami?"
Rasa sakit menyesakkan dada Mu Ying. Ia tahu ucapan pria ini bukanlah kebohongan. Terjebak dalam kebingungan, ia tak kunjung bersuara.
Guan Yumo menarik tatapannya. "Jika tak mau menghadiri pesta pertunangan atau pernikahanku, turun dari mobil!"
Mu Ying tersentak. Matanya nanar menatap wajah pria itu. Saat tak melihat reaksi apapun, tangannya perlahan meraih gagang pintu.
Di balik kaca jendela, terpantul wajahnya yang tiba-tiba kehilangan warna.
Sebelum menarik gagang pintu mobil untuk turun, suara parau wanita itu bertanya, "Apakah Kak benar-benar berniat menghabiskan sisa hidup bersama Li Nuo?" Panggilan lamanya kembali digunakan.
Guan Yumo menjawab dengan nada dingin, "Bagi aku, dia wanita penurut yang takkan merepotkan."
"Lalu... apakah Kak akan memberinya anak?" Suaranya bergetar.
Kesunyian menjadi jawaban pria itu untuk Mu Ying.
Getirnya realitas menusuk hati Mu Ying, namun tak ada yang bisa diubahnya.
Setelah menutup mata sejenak dengan berat, ia membuka pintu mobil dan melangkah keluar bagai mayat berjalan.
Jika tak pergi sekarang, apa ia harus ikut ke Paris menghadiri pesta tunangannya, lalu pesta pernikahannya nanti?
