Bab 663 Berharap Orang yang Kau Pikirkan di Kepala adalah Aku
Namun saat Mu Ying berbalik, Guan Yumo tiba-tiba merengkuh pergelangan tangannya. Seolah baru tersadar saat ini.
"Maaf, tadi sedang memikirkan sesuatu." Suara lembutnya memberi penjelasan.
Mu Ying melepaskan genggaman Guan Yumo. "Kalau begitu kau teruskan saja, aku pulang dulu!"
"Ada apa?"
Guan Yumo dengan keras kepala menarik tubuh Mu Ying ke pelukannya, membelenggunya.
Mu Ying bergulat dalam dekapan. "Lepaskan aku."
Guan Yumo mengerutkan alis, tak senang. "Xiao Ying, aku tak suka kau marah-marah tanpa alasan." Setelah berkata, ia melepaskannya.
Mu Ying memandangnya dengan melotot, ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa membuka mulut, akhirnya hanya bisa menggebrak tinju ke dada pria itu beberapa kali pukulan.
Tentu saja kekuatan fisiknya sangat ringan.
Guan Yumo membiarkannya menghajar, sampai dia memukul sampai tak tega dan tenang sendiri, barulah ia menatapnya dengan keras. "Kau semakin seenaknya!"
Mu Ying menunduk, pada akhirnya tak bisa mengendalikan diri, suara pahitnya terdengar. "Kau tak punya nurani."
Guan Yumo yang selalu tak tega melihat wajahnya yang menderita, kekerasan tadi perlahan berubah lembut, bahkan suaranya dipenuhi kesabaran. "Apa maksudku tak punya nurani?"
Mu Ying memalingkan wajah ke samping, enggan menatapnya maupun menjawab.
Guan Yumo seketika menariknya ke dalam pelukan, mendesah pelan. "Bukan sengaja tak menjawabmu, tadi pikiranku sedang fokus pada hal krusial."
Mu Ying berusaha melepaskan diri, sayangnya pria itu mengencangkan pelukan. "Sebenarnya ada apa denganmu?"
Barulah Mu Ying berkata. "Tak perlu cari alasan sedang berpikir, kau jelas-jelas sedang memikirkan seseorang! Lebih baik kau jujur saja, toh perasaanku tak kau pedulikan!"
Tatapan Guan Yumo tiba-tiba muram, tiba-tiba ia tertawa.
Mu Ying semakin emosi. "Lepaskan aku!"
Namun Guan Yumo malah mengikat tubuhnya lebih erat hingga menempel rapad, lalu dengan mata berbinar penuh minat ia menatapnya santai. "Rupanya tong cuka sudah terbalik..."
Mu Ying yang malu dan kesal, tak tahan lagi menggebrak kepalan kecilnya ke dada pria itu.
Guan Yumo tetap tak bergeming, lengannya masih melingkari pinggangnya erat, membuatnya tak bisa bergerak sedetik pun.
Setelah semua perlawanan sia-sia, Mu Ying akhirnya menyadari kesenjangan tenaga antara pria dan wanita membuatnya mustahil melepaskan diri. Diamnya akhirnya pecah oleh keluh kesah, "Pagi tadi kita masih bersama, sekarang kau malah memikirkan orang lain. Meski aku tahu dari awal hatimu masih ada dia, tetap nekad bersamamu – pernahkah kau pertimbangkan perasaanku?"
Padahal tadi di rumah dia masih tersayat hati melihatnya bekerja sampai larut, sengaja datang menjenguk...
Senyum tipis kembali mengembang di bibir Guan Yumo.
Mu Ying mengira sikapnya biasa saja, kembali berjuang mati-matian melepaskan pelukan di pinggangnya.
Tanpa diduga, tangan kokoh Guan Yumo mengendali bahunya, kepala menunduk hendak merebut bibirnya.
Mu Ying yang menyadari gerakannya segera memalingkan wajah, menggagalkan niat itu.
Sayang, kekuatan fisiknya tak sebanding. Bibir montok kemerahan itu akhirnya takluk di bawah gempuran hunggar.
Ia merampas setiap hela nafasnya, membuat otaknya blank seketika.
Baru ketika nafasnya mulai tersengal, pria itu melepaskan cengkeramannya.
Sementara di saat ini mana mungkin dia masih punya tenaga untuk melawan, di bawah ciuman dalamnya yang menggila, seluruh tubuhnya hanya bisa mempertahankan posisi berdiri dengan susah payah, dada bergelombang hebat akibat kebutuhan mendesak untuk bernapas.
Saat itu, Guan Yumo memeluk pinggangnya, menghukum dengan menggores hidungnya, suara rendahnya bergema,"Siapa yang bilang aku sedang memikirkannya?"
Suara Mu Ying yang belum pulih sepenuhnya berkata,"Apakah tidak begitu?"
Di balik sorot mata Guan Yumo tersimpan cahaya licik, meninjauinya dengan teliti,"Bagaimana kau bisa memastikan aku pasti sedang memikirkan orang dan bukan urusan?"
Mu Ying tiba-tiba kehabisan kata.
Minat di mata Guan Yumo semakin menjadi, nada mengejeknya terdengar,"Hanya karena melihatku sendirian di kantor dengan wajah agak muram, langsung berasumsi subjektif aku sedang memikirkan wanita lain?"
Mu Ying menatapnya,"Baik, katakan padaku apa yang sedang kau pikirkan?"
Sekali lagi Guan Yumo tersenyum, lalu melepaskannya, berjalan menjauh."Hati kalian wanita lebih sempit dari bintitan!"
Mu Ying tetap diam.
Guan Yumo sampai di depan meja kerjanya, ekspresinya kembali khidmat, menekan tombol interkom, memerintahkan sekretarisnya untuk mengantarkan dokumen.
Mu Ying duduk di sofa, mengambil majalah secara acak.
Saat sekretaris Guan Yumo masuk dan melihat Mu Ying, dia memberi salam hormat, lalu menyerahkan dokumen ke tangan Guan Yumo.
Setelah Guan Yumo membuka dokumen, ia berkata dengan serius, "Aku sudah memikirkan cara mengajukan pinjaman ke Citibank, dan Citibank pasti akan menyetujui pencairan uang tersebut..."
Mu Ying mendengar mereka sedang berdiskusi serius tentang hal ini, dan mendengar sekretaris mengungkapkan kekaguman pada Guan Yumo yang berhasil menemukan solusi seperti itu. Akhirnya Mu Ying mulai sedikit percaya bahwa tadi Guan Yumo memang sedang memikirkan urusan perusahaan.
Tak lama kemudian, Guan Yumo dan sekretaris selesai berdiskusi. Sang sekretaris minggir dengan sopan. Guan Yumo meletakkan dokumen di samping, lalu bersandar di meja kerjanya sambil memandangnya dari jauh, bibirnya mengangkat seberkas senyum tipis. "Sekarang percaya?"
Mu Ying sama sekali tidak menghiraukan.
Guan Yumo tak kuasa menggelengkan kepala, siluet tinggi tampannya berjalan mendekatinya.
Mu Ying masih tetap berpura-pura membaca majalah, sama sekali tidak memberi respons.
Tak disangka, Guan Yumo tiba-tiba mengangkatnya dari sofa.
Mu Ying tentu saja sudah tidak marah lagi. Ia memeluk leher Guan Yumo, menatapnya dalam-dalam.
Guan Yumo terus membopongnya keluar dari kantor. Saat sudah berada di lift, ia menunduk memandangnya. "Xiao Ying, kau harus tahu, belakangan ini aku sangat sibuk. Sibuk sampai tak sempat memikirkan siapa pun."
Mu Ying menundukkan kelopak matanya, tiba-tiba teringat bahwa memang akhir-akhir ini Guan Yumo sangat sibuk.
Sejak memutuskan untuk bersamanya, Guan Yumo terus menangani segudang urusan: hubungan mereka, Keluarga Li, Yuanzhong, Dark Angel... Semua urusan itu ia tangani sendiri.
Ya, dia yang sibuk seperti ini, mana ada suasana hati untuk merindukan kekasih, apalagi semua tenaganya juga dihabiskan untuknya. Tidak mungkin saat bersama dengannya, dia masih memikirkan orang lain...
Jadi, memang rasa dengkinya yang bermain, kehilangan rasionalitas.
Memikirkan ini, dia menggigit bibirnya dengan lembut, lalu berbicara lirih seperti nyamuk, "Maaf... aku terlalu banyak berpikir..."
Ejekan di balik sorotan mata Guan Yumo semakin mengental. "Mengakui?"
Mu Ying mengangkat pandangan, bertemu tatapannya. Bulu mata hitam yang lentiknya bergetar karena fakta yang diam-diam menyakitkan di kedalaman hati. "Aku hanya... hanya setelah mengalami keindahan dua hari ini, berharap orang yang kau pikirkan adalah aku."
Mendengar ini, Guan Yumo mendesah pelan, hendak berbicara, tapi pintu lift justru terbuka pada saat ini.
Akhirnya Guan Yumo baru berbicara dengan suara datar setelah membopong Mu Ying keluar dari perusahaan dan masuk ke mobil, "Sudah lama aku tidak mengingatnya."
Mu Ying didudukkannya di pangkuan, memandanginya. "Kau serius?"
