Bab 710 Kita bersiap untuk menikah kembali...
Mu Ying tersenyum lembut. “Sudah kukatakan sejak dulu, kekhawatiranmu berlebihan.”
Qin Qian mencubit hidung Mu Ying. “Aku tahu... Aku tahu kau sekarang sangat bahagia.”
Saat itu, Linda membawa Xue'er ke ruang tamu kecil. “Nona Mu, anaknya sudah bangun. Mungkin karena tak melihatmu sejenak, ia terus menangis.”
Mu Ying segera menyambut dan mengambil anak itu dari pangkuan Linda.
Melihat adegan ini, Qin Qian menggelengkan kepala. “Ini salahmu yang terlalu lama di dekat anak. Sekarang begitu tak melihatmu sebentar saja, langsung memberontak.”
Benar saja, begitu kembali ke pangkuan Mu Ying, anak itu segera berhenti menangis. Bibirnya yang mengerut perlahan mengendur, dan dalam beberapa menit pun tertidur.
Mu Ying memandangi wajah mungil anak di pangkuannya yang semakin menggemaskan dengan puas. "Dulu aku mengira Xixi, putri Jiang Jun dan Qingyou, adalah sayang tercantik di dunia. Sekarang aku rasa putriku yang paling cantik."
Qin Qian tak bisa menahan diri mengulurkan tangan menggoda mulut kecil Xiao Xue'er. "Benar-benar semakin cantik, menggabungkan semua kelebihanmu dan Direktur Guan."
"Hanya saja..." Mu Ying tampak ragu-ragu ingin bicara.
Qin Qian bertanya penuh perhatian, "Ada apa?"
Mu Ying termenung memandangi anaknya beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Hanya... dia begitu menggemaskan. Aku sangat ingin menunjukkan ke Kakek Kedua, karena beliau paling suka anak-anak. Tapi aku tak berani membawanya menemui Kakek..."
Qin Qian mengerutkan alis. "Bukankah Kakakmu selalu membantu menyembunyikan urusanmu dengan Direktur Guan?"
Mu Ying menggelengkan kepala dengan muram. "Kakek Kedua bukan orang yang mudah dibohongi. Saat aku dan Guan Yumo berpisah dulu, pasti beliau sudah tahu... Mungkin hanya belum tahu aku punya anak, masih mengira kami berpisah."
"Ini sebenarnya bisa diatasi. Setelah masa nifasmu selesai, kamu dan Direktur Guan kembali ke New York, jelaskan semua situasi ke Mu Lao. Beliau selalu paham urusan terang, pasti tak akan menghentikan hubungan kalian," kata Qin Qian.
"Aku tidak yakin. Tapi aku merasa Kakek tak akan mempercayai Mo lagi. Beliau pasti takkan menyerahkanku ke Mo..." ujar Mu Ying dengan ekspresi penuh arti.
“Masalah ini tak perlu kau khawatirkan, aku akan menemanimu pulang ke New York dan menjelaskan secara pribadi pada Mu Lao.” Guan Yumo muncul di ruang tamu kecil, tepat mendengar percakapan mereka, lalu berkata demikian.
Qin Qian cukup paham situasi, mengundurkan diri dari ruang tamu kecil, meninggalkan waktu dan ruang untuk mereka berdua.
Mu Ying memandang Guan Yumo. "Kali ini berbeda dengan sebelumnya, Kakek Kedua tak akan mudah mempercayaimu..."
Guan Yumo mengambil Xiao Xue'er dari pangkuan Mu Ying, membuat kedua tangan Mu Ying bisa beristirahat. "Percaya atau tidak, dia tak mungkin menghalangi kita untuk bersama." Ia menatap lembut anak perempuannya yang sedang dipeluk, namun suaranya terdengar dingin menusuk.
Mu Ying berkata serius, "Biarkan aku menghadapi Kakek Kedua sendirian kali ini!"
"Aku tak ingin dia membuatmu kesulitan." Suara Guan Yumo berat penuh kesungguhan.
Mu Ying memohon, "Tidak mungkin, dia paling menyayangiku. Paling-paling hanya akan memaki beberapa kali. Tapi jika kau ikut pulang, pasti akan terjadi situasi saling berhadapan. Aku tak mau dua orang yang kucintai menjadi musuh."
Guan Yumo terdiam dalam kesunyian.
Mu Ying menggenggam lengan Guan Yumo, melanjutkan, "Percayalah, aku bisa meyakinkan Kakek Kedua. Lagipula kakakku pasti akan membantuku."
"Kita sama-sama tahu betapa keras kepala Mu Lao. Kali ini mungkin dia akan membelenggumu di rumah." Akhirnya Guan Yumo menatap Mu Ying, berkata dengan khidmat.
Mu Ying menahan tatapan tegas Guan Yumo. "Jika dia benar-benar melakukannya, datanglah menyelamatkanku. Dengan kemampuanmu, tak mungkin tak bisa membawaku pergi dari kediaman keluarga Mu?"
Guan Yumo menarik kembali tatapannya. "Kau benar-benar bersikeras seperti ini?"
Mu Ying mengangguk. "Aku lebih memilih dipukul dan dimaki Kakek Kedua daripada membuatnya sedih lagi."
Guan Yumo merenung sejenak. "Aku bisa berjanji, tapi kau tak boleh bawa si kecil menemui Mu Lao."
"Mengapa?" Mu Ying bingung.
"Jika Mu Lao menggunakan anak itu untuk mengancammu, kau pasti akan kompromi. Aku tak mau dia memaksamu berpisah dariku dengan alasan anak." Ekspresi Guan Yumo dingin, nada bicaranya datar.
Mu Ying tersadar. "Benar! Aku hampir lupa hal itu. Tepat, aku tak bisa membawa anak pulang."
Kerutan di wajah Guan Yumo melunak. "Sudah, bawa anak tidur ke kamar!"
"Ya."
……
Hari-hari bersama Guan Yumo membuat Mu Ying merasa waktu berlari lebih cepat.
Tak terasa masa nifas Mu Ying telah usai. Kini dia bersiap kembali ke New York menemui Mu Lao.
Anak sementara dititipkan di pulau itu di bawah asuhan Qin Qian dan Linda. Karena Mu Ying sangat menyukai pulau kecil ini, dia berencana tinggal lebih lama sepulang dari New York. Sedangkan Guan Yumo juga ada urusan di Paris beberapa hari ini, dan akan menjemputnya secara pribadi di New York nanti.
Pesawat pribadi Guan Yumo langsung mengantar Mu Ying ke New York. Hampir setahun tak bertemu, saat melihat Mu Lao, air mata Mu Ying langsung bercucuran.
"Kakek Kedua..."
Mu Lao duduk dengan tegap di sofa, tubuhnya gemetar menahan diri, tongkat di tangannya digenggam erat-erat. "Aku kira kau sudah berniat tidak akan kembali seumur hidup!"
Mu Ying mencoba mendekati Mu Lao, tapi Mu Lao mengetuk lantai dengan tongkatnya dengan keras. "Kau tetap diam di tempat!"
Mu Ying pun tidak bergerak lagi, berdiri dengan penurut.
Mu Lao bangkit dari sofa kulit biru tua sambil bersandar pada tongkat, mata keriputnya melotot ke arah Mu Ying. "Katakan, apakah kau sudah melahirkan anak Guan Yumo?"
Mu Ying diam seribu bahasa.
Mu Lao terhuyung-huyung menghampiri Mu Ying, lalu memukul tubuh Mu Ying dengan tongkatnya sekuat tenaga.
Mu Ying menjerit kesakitan dan hampir jatuh, untung Bibi An di sampingnya segera merangkulnya, memohon dengan sedih, "Mu Lao, jangan hukum Xiao Ying lagi. Lihatlah dia baru saja melahirkan, fisiknya masih lemah. Jika dipukul lagi, pasti akan timbul efek samping buruk nanti."
Seluruh wajah Mu Lao suram, dadanya naik turun tak beraturan karena marah. "Katakan, untuk apa kau kembali kali ini?"
Bibi An cepat membujuk agar Mu Ying tidak dipukul lagi, "Cepat jujur beri tahu Mu Lao..."
Mu Ying merasakan bahunya hampir terbelah, sakit hingga alisnya berkerut kencang. "Aku... aku datang untuk memberi tahu Kakek Kedua, selama hampir setahun ini, aku selalu bersama Guan Yumo. Sekarang aku sudah melahirkan anaknya, kami bersiap untuk menikah lagi..."
"Apa?!" Mu Lao gemetar hebat karena marah, hampir terjatuh.
Melihat itu, Mu Ying mengabaikan rasa sakit di tubuhnya, buru-buru maju untuk memapah.
Mu Lao yang ditopang pelayan segera melepaskan genggaman tangan Mu Ying dengan kasar, mengatupkan gigi sambil berkata, "Sampai sekarang, kau masih terlibat dengan orang itu?"
Mu Ying menunduk, tak kuasa menahan isak tangis. "Kakek, sebenarnya dia tidak jahat padaku. Selama ini dia selalu baik... Ucapan waktu itu hanya karena dia belum memahami isi hatinya sendiri. Perasaannya padaku tulus..."
