Bab 718
“Orang-orang sering kali mengincar apa yang tidak bisa mereka dapatkan, sambil melewatkan apa yang sudah dimiliki di sekitarnya. Jadi meski saat itu kau menyadari peduli pada Xiao Ying, kau tetap menganggap perasaan ini sebagai hubungan kakak-adik. Yang masih kau rindukan adalah perasaan Gu Qingyou... Tapi tanpa Jiang Jun, bahkan jika kau benar-benar bisa bersatu dengan Gu Qingyou, aku yakin kalian tidak akan bahagia, karena hatimu sudah diam-diam ditempati Mu Ying.” kata Munyi.
Guan Yumo tersenyum pada saat ini, sorot matanya memancarkan secercah kehangatan. “Beruntungnya sekarang belum terlambat, dan lebih beruntung lagi dia masih menantiku di tempat semula.”
Munyi berkata dengan tulus, “Mu Ying benar-benar gadis baik, pantas kau perhatikan.”
Guan Yumo mengangguk, namun senyuman di wajahnya perlahan memudar. “Hanya saja Mu Lao sepertinya sudah bulat tekad tidak mau membiarkan Mu Ying bersamaku. Untuk ini, dia sudah menyiapkan seluruh Grup Mu untuk berhadapan denganku.”
“Bagian mana yang membuatmu menangkap kesimpulan ini?” Munyi bertanya ragu.
“Dua detail.” Guan Yumo menganalisis dengan rasional, “Pertama, saat Xiao Ying meyakinkan Mu Lao untuk menyetujui hubungan kami, Mu Lao menghantamnya dengan tongkat. Pukulan itu begitu keras hingga membuat bahu Xiao Ying memar, membuktikan betapa beratnya serangan Mu Lao saat itu, dan betapa mendalamnya amarahnya. Kedua, kedatangan Chi Yifeng ke perusahaan untuk menghentikan pernikahan kami sebenarnya agak tidak normal. Karena Xiao Ying pernah bilang bahwa dia sudah meyakinkan kakaknya. Jadi kemungkinan besar Chi Yifeng datang ke Paris atas arahan Mu Lao. Artinya, Mu Lao tidak akan berhenti begitu saja. Dia pasti akan melakukan segala cara untuk memisahkan Xiao Ying dariku di waktu mendatang.”
“Sebenarnya ini tidak sulit diatasi.” Munyi meneguk sampanye di tangannya dengan tenang, “Sang kakek terutama tidak percaya pada perasaanmu terhadap Mu Ying. Asalkan kau bisa membuktikan keseriusanmu pada Mu Ying dalam beberapa hari ke depan, beliau tidak akan terus mengejar masalah ini.”
“Kuharap begitu. Aku juga tidak ingin berkonfrontasi dengan keluarga Mu dan membuat Xiao Ying sedih.” Guan Yumo menghela napas panjang.
Munyi bangkit dari kursinya, menepuk bahu Guan Yumo. “Tenang saja, pada akhirnya semua kesalahpahaman ini pasti bisa diredam.”
……
Lima hari kemudian di pagi yang cerah, Mu Ying dan Qin Qian kembali dari jalan-jalan di pantai. Tak disangka mereka melihat Guan Yumo yang sedang duduk santai di ruang tamu dengan pakaian kasual sambil membalik-balik koran.
Mu Ying langsung membeku di tempat.
Guan Yumo seperti merasakan tatapan Mu Ying, mengangkat wajah tampannya, menatap dalam-dalam ke arahnya.
Mu Ying tak bisa lagi mengendalikan diri, berlari menghampirinya.
Guan Yumo sudah bangkit dari sofa, saat Mu Ying menerobos masuk ke dalam pelukannya, ia langsung merangkulnya erat.
Qin Qian melihat adegan ini, paham situasi dan segera meninggalkan ruangan bersama orang-orang lain di ruang tamu.
Setelah lama berpelukan, Mu Ying tak tahan menggebrak tinju perlahan di dada Guan Yumo, kesal berkata, "Kenapa tak bilang padaku sebelum datang?"
"Aku mau memberimu kejutan." Guan Yumo mencium dahinya.
Mu Ying langsung memeluk Guan Yumo lagi lebih erat. "Akhir-akhir ini kau juga tak meneleponku, aku kira kau benar-benar menandatangani perjanjian pernikahan lalu meninggalkanku..."
"Aku takut berkomunikasi denganmu. Takut begitu mendengar suaramu, aku tak bisa menahan diri untuk langsung datang ke pulau ini. Tapi aku harus menyelesaikan urusan Yuan Zhong dulu." Guan Yumo terus mencium pipi Mu Ying.
"Kalau memang begitu, apa setiap kali kita berpisah nanti tak boleh bertelepon lagi?" gumam Mu Ying.
"Tak akan ada lagi momen perpisahan." Guan Yumo mencium tulang selangkanya.
"Benarkah?" Mu Ying sedikit mendongakkan kepala karena sensitifnya area tulang selangka.
Tangan besar Guan Yumo mengekang pinggul Mu Ying mendekatkan ke tubuhnya, membuatnya merasakan panas membara dari tubuhnya. Ia terus melanjutkan ciuman dari tulang selangka ke bawah, perlahan-lahan.
Saat tubuhnya merasakan sensasi mati rasa akibat aliran listrik, Mu Ying baru menyadari apa yang sedang dilakukan Guan Yumo. Dia menepuk punggung pria itu. "Kau gila? Ini ruang tamu..."
"Aku tahu."
"Kau tahu tapi masih..."
Guan Yumo menelan semua ucapan Mu Ying yang hampir terucap dengan sebuah ciuman.
Dalam aspek ini, Mu Ying selalu kaku. Tak lama, tubuhnya sudah menyerah sepenuhnya pada keinginannya.
Di saat Mu Ying lunglai, Guan Yumo mengangkatnya dan bergegas menuju kamarnya di lantai dua.
Begitu menaruhnya di ranjang, Guan Yumo langsung menciumnya sambil melepas pakaian.
Mu Ying tak bisa menyangkal bahwa relung hatinya juga mendambakannya. Karenanya, dia melilitkan tangan di leher pria itu dan aktif menyambut baik. Sayang...
Di saat itu, Mu Ying mendorong Guan Yumo dengan kuat karena kesakitan.
Guan Yumo jelas tak menyangka akan situasi ini. Seluruh wajah tampannya berkerut.
Mu Ying cepat-cepat menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang terbuka. Sepasang mata hitam pekatnya memandang wajah menyakitkan Guan Yumo dengan penuh penyesalan. "Maaf, aku tak tahu setelah melahirkan anak pertama kali akan...sakit sekali. Aku...aku sekarang tidak bisa..."
Mata Guan Yumo memerah darah. Dia mengangkat Mu Ying beserta selimut dari ranjang.
Mu Ying mengira akan dibawa mandi. Tak disangka, pria itu mendudukkannya di pangkuannya, menyembunyikan wajah di lehernya, dan mulai menggigit-gigit lagi dengan lembut.
Tubuh Mu Ying secara alami juga merasakan kerinduan, tapi mengingat nestapa tadi, dua tangannya menolak dada Guan Yumo dengan kuat.
Guan Yumo hanya bisa berbisik di telinganya dengan sabar, "Aku janji sebentar saja..."
"Tapi..."
Kalimat Mu Ying belum sempat utuh terucap, bibir membara Guan Yumo sudah menutupi bibirnya, memotong perkataan yang hendak dilanjutkannya...
……
Mu Ying menyadari, saat di ranjang, jangan pernah percaya ucapam pria.
Karena jika kau percaya, akhirnya kau akan dilahap hingga tak tersisa tulang pun.
Sepanjang pagi, Mu Ying tak keluar dari kamar. Ini jelas bukan "sebentar" yang dimaksud Guan Yumo.
Hingga kini Mu Ying bahkan tak punya tenaga untuk bangkit, kepalanya terkulai di lengan pria itu, dipeluk erat-erat, nyaris tak tersisa energi untuk bicara.
"Kau penipu..." gerutunya kesal.
Guan Yumo mencium rambutnya yang basah keringat. "Baik, aku penipu."
Barulah Mu Ying berhenti mencela. "Bopong aku mandi..."
"Tidur sebentar."
"Tak mau. Qianqian mungkin masih menungguku makan di bawah kantor. Aku masih ingin menjaga muka."
Guan Yumo menunduk sedikit, dagunya mendekati dahi Mu Ying, senyum tipis di sudut bibir. "Turun sekarang juga akan sama jelasnya."
Mu Ying menjerit kesal, "Ini semua salahmu!"
Guan Yumo mencium ujung hidungnya. "Baik, salahku... Aku bopong kau mandi, lalu kau tidur nyenyak."
“Ya.” Mu Ying menjawab dengan berat mengantuk.
Guan Yumo seketika mengangkat Mu Ying beserta selimut, berkata, “Kau bisa saja membiarkanku terendam di Bak Mandi.”
Guan Yumo menundukkan mata menatapnya. “Aku khawatir kau akan tertidur.”
“Aku tidak akan, aku tidak akan tidur, aku...” Mu Ying tak bisa melanjutkan kalimatnya karena ternyata sudah tertidur.
Guan Yumo tak tahan tersenyum, bibirnya mematuk bibir Mu Ying sebentar, tetap membopongnya ke kamar mandi.
