Bab 725 Darah yang Tumpah pun Akan Merah Langit Ini
Bibir Guan Yumo merekah, "Keluarga Mu memiliki aset besar, banyak musuh, banyak yang bernafsu merebut usaha ini... Kalian kira selama ini tenang, padahal pohon ingin diam tapi angin tak berhenti. Seluruh keluarga Mu mungkin sudah lama terjerat gelombang intrik, hanya Mu Lao danmu yang tak menyadari!"
Chi Yifeng terperangkap dalam kesunyian.
Guan Yumo kembali berkata, "Kau lihat mega senja yang berkilau di ujung langit itu?"
Barulah tatapan Chi Yifeng mengikuti arah pandangannya.
Guan Yumo menyembunyikan senyumannya, mata memancarkan cahaya muram. "Mega senja hari ini diwarnai darah Mu Lao, dan darah terakhir sang pembunuh Mu Lao pun akan mewarnai langit ini."
Chi Yifeng berkata demikian, "Kecuali kau menemukan si pembunuh ini, jika tidak kau adalah tersangka utama!"
Guan Yumo tersenyum simpul, "Rupanya aku salah menilai Tuan Chi. Sengaja menuduhku seperti ini, maksudmu agar aku yang mencari si pembunuh?"
"Jangan kira ini berarti keraguananku padamu sirna. Hanya saja bukti untuk menuduhmu masih kurang."
Suara dingin Chi Yifeng menggema.
Tatapan Guan Yumo dalam-dalam tersembunyi. "Uruslah pemakaman Mu Lao. Aku yang akan menangani kasus ini, pasti akan memberimu jawaban yang memuaskan."
Chi Yifeng tak menjawab, berbalik pergi.
……
Mu Ying terbangun pukul 10 malam, seluruh kediaman keluarga Mu masih terang benderang oleh lampu-lampu.
Tidur panjang ini membuatnya tenang kembali. Saat petugas kamar mayat datang merias jenazah Mu Lao dan mengusung peti mati, Mu Ying tak lagi meneteskan air mata.
Guan Yumo tetap merangkul bahunya, memberi penghiburan.
"Apa polisi menemukan jejak mencurigakan dari rekaman kamera pengawas?" tanya Mu Ying pada kakaknya setelah petugas pergi.
Chi Yifeng menjawab jujur, "Rekaman hanya menunjukkan aktivitas anggota keluarga Mu, tak ada orang luar..."
Mu Ying terkejut, "Bagaimana mungkin, pembunuh tak mungkin bisa kamuflase."
"Ada dua kemungkinan: pertama, pembunuh menghindari semua kamera pengawas yang berarti ia seorang pembunuh berkemampuan tinggi. Kedua, pelakunya mungkin orang yang bisa bergerak bebas di lingkungan keluarga Mu, sehingga tak takut terekam kamera." Chi Yifeng menganalisis.
"Menurutku mustahil anggota keluarga Mu. Pelayan semuanya orang kepercayaan kita, apalagi keluarga dekat tak mungkin melukai Kakek Kedua." Mu Ying berkata tulus.
Chi Yifeng menggeleng. "Saat ini belum ada bukti, semuanya masih mungkin."
Mu Ying menoleh ke Guan Yumo yang masih diam. "Pendapatmu?"
Guan Yumo seakan tenggelam dalam perenungan, sorot matanya mengerut. Dengan datar ia berkata, "Bunuh-bunuhan memiliki keistimewaan sebuah motivasi. Jika pelakunya benar orang internal Grup Mu, maka kita cukup mencari siapa yang paling diuntungkan dari kematian Mu Lao. Dialah tersangka utama!"
Mu Ying berpura-pura merenung, lalu tiba-tiba menatap Chi Yifeng. "Kalau bicara keuntungan terbesar... itu pasti Kakak. Setelah Kakek Kedua meninggal, Kakak akan jadi Penerus seluruh Grup Mu. Semua keputusan perkembangan keluarga Mu ke depan ada di tangannya."
"Xiao Ying, Kakak tak pernah tertarik sedikit pun pada kekayaan dan pengaruh keluarga Mu." Suara Chi Yifeng terdengar dingin.
"Aku tahu. Makanya pertama-tama kusingkirkan Kakak dari daftar tersangka. Tapi selain Kakak, siapa lagi yang diuntungkan dalam urusan ini..." Mu Ying mengerutkan alis.
Chi Yifeng tiba-tiba melotot ke arah Guan Yumo. "Jadi kemungkinan besar ini ulah pembunuh."
Guan Yumo tidak memberikan komentar.
Mu Ying menggelengkan kepala sambil menahan sakit. "Siapa sebenarnya yang tega membunuh Kakek Kedua? Apa tujuan orang ini?"
"Jangan terlalu dipikirkan. Urus dulu pemakaman Kakek Kedua, sisanya dibicarakan nanti." Suara Guan Yumo berat penuh wibawa.
"Hanya bisa begitu..." jawab Mu Ying.
……
Pemakaman Mu Lao digelar tiga hari kemudian. Mengingat status keluarga Mu di New York, seluruh media ternama kota itu berduyun-duyun datang ke TKP.
Keluarga Mu terpaksa menugaskan bodyguard untuk menjaga ketertiban, menghalau semua media di luar area pemakaman.
Sebagai cucu kandung Mu Lao, Mu Ying dan Chi Yifeng mendapat kehormatan mempersembahkan mawar putih pertama ke peti mati sebelum penguburan.
Mu Ying berusaha keras menahan air mata. Namun saat memandang peti mati kakeknya, matanya berkaca-kaca. "Kakek, Xiao Ying bersumpah takkan membiarkanmu mati sia-sia. Aku akan menemukan pembunuhnya dan menjadikannya teman ke liang kuburmu!" Ia mengecup mawar itu seolah sedang mencium sang kakek, lalu membungkuk meletakkan bunga di atas peti.
Chi Yifeng diam saja. Ia merangkul bahu Mu Ying, memberikan penghiburan melalui pelukan hangatnya.
Karena banyaknya orang-orang terdekat keluarga Mu, pemakaman berlangsung sepanjang pagi. Namun media di lokasi belum bubar. Saat Mu Ying kembali ke sisi Guan Yumo, tak disangka seorang wartawan berteriak, "Nona Mu, kabarnya Mu Lao tewas ditembak senjata. Bisakah Anda mengonfirmasi kebenaran info ini?"
Mu Ying yang sedang tenggelam dalam kesedihan kehilangan Mu Lao, mendengar ucapan wartawan yang tidak menghormati almarhum itu, seluruh tubuhnya gemetar menahan amarah.
Guan Yumo memeluk pinggang Mu Ying dengan ekspresi serius, berkata tenang, "Tak perlu mempedulikan omongan orang biasa."
"Saat Kakek Kedua masih hidup, tak ada media yang berani lancang seperti ini..." ujar Mu Ying dengan suara getir.
Qin Qian yang berdiri di samping Mu Ying menghiburnya, "Itu karena kewibawaan Direktur Mu belum terbentuk. Begitu beliau berhasil menegakkan kewibawaannya, mereka takkan berani lagi."
"Direktur Mu?" Mu Ying menatap Qin Qian dengan bingung.
Qin Qian memberi isyarat agar Mu Ying melihat ke mimbar pastor.
Ternyata pastor telah selesai membacakan doa penghormatan. Selanjutnya Chi Yifeng akan mewakili keluarga Mu menyampaikan pidato untuk Mu Lao. "Semuanya, saya Mu Yifeng, nahkoda Grup Mu, pengambil keputusan kaum keluarga Mu. Hari ini saya akan menceritakan perjalanan hidup kakek buyut saya, Mu Xiao..."
Mendengar, Mu Ying merasa hidungnya semakin pedih karena haru. “Kakek Kedua selalu berharap kakak bisa mengganti marga menjadi Mu, tapi kakak tak pernah mau mengambil alih Grup Mu, jadi selalu menolak untuk mengganti marga... Sekarang kakak akhirnya bersedia mengurus Grup Mu, aku yakin jika Kakek Kedua di alam baka mengetahuinya, pasti sangat puas.”
Qin Qian mengangguk, “Presiden Mu pasti akan mengurus Grup Mu dengan sangat baik...”
Saat Mu Ying dan Qin Qian berbicara, Guan Yumo menoleh ke Mai Li dan berkata, “Catat semua wartawan yang bersuara tadi, pastikan mereka semua kehilangan rezeki!!!”
“Baik.” Mai Li segera mundur untuk menangani.
Ketika Mu Ying memandangi Guan Yumo, ekspresi wajah Guan Yumo telah berubah dari dingin tadi menjadi lembut. “Ada apa?”
“Mengapa manusia selalu baru bisa memperhatikan setelah kehilangan? Jika Kakek Kedua masih hidup, aku pasti akan mendengarkan semua perkataannya, takkan pernah memberontak padanya. Aku yakin kakak juga begitu...” kata Mu Ying dengan getir.
“Bodoh...” Guan Yumo mengusap rambut panjang halus Mu Ying dengan penuh kasih. “Inilah situasi hidup-mati, selalu ada banyak penyesalan untuk yang telah tiada... Tapi yang bisa kau lakukan sekarang adalah membuat almarhum di bawah tanah tak lagi khawatir padamu. Jadi, kau harus lebih berani, segera move on dari kepedihan seperti ini.”
