Bab 737 Perubahan Kecil
Mendengar ini, seluruh tubuh Mu Ying sejenak membeku di tempat.
Detik berikutnya, Mu Rong mendorong kasar Gu Qingyou ke depan, membuatnya berdiri sejajar dengan Mu Ying, lalu ia sendiri berdiri di belakang mereka, mengarahkan senjata ke arah kedua wanita.
"Aku tahu dengan kepintaranmu, Guan Yumo, kau sudah menyiapkan pasukan untuk menyergap dari laut di belakangku. Tapi kuberi tahukan—sebelum pasukanmu sampai, yaitu sekarang, buatlah keputusan: Saat ini juga, kau mau Gu Qingyou yang hidup, atau Mu Ying?" Senyum Mu Rong mengembang sempurna, sama sekali tak mempedulikan nyawanya sendiri.
Mu Ying sama sekali tidak menyangka, dugaan yang pernah dibuat sebelumnya benar-benar terjadi. Dalam sekejap mata otaknya kosong, dia menatap kosong ke arah Guan Yumo.
"Aku hitung sampai lima, Tolong Direktur Guan beri aku satu nama. Misal kau pilih Mu Ying, aku akan bunuh Gu Qingyou. Kau pilih Gu Qingyou, aku akan bunuh Mu Ying. Jadi akhir cerita tergantung nama yang kau sebut dalam lima detik ini. Mana yang lebih penting antara kekasih baru dan lama, Direktur Guan, pertimbangkan baik-baik!" Mu Rong masih mempertahankan senyuman puas diri.
Guan Yumo memandang muram ke seberang, ekspresi dinginnya tak berubah sedikit pun meski mendengar ucapan Mu Rong.
Mu Ying baru tersadar, hendak membuka mulut mengatakan sesuatu. Tapi Gu Qingyou sudah lebih dulu bersuara dengan tenang, "Ji Yuchen, pilihlah Xiao Ying. Karena takdir yang membawamu menemui kami, sudah seharusnya kau selamatkan Xiao Ying. Jika yang menemukan kami adalah Jun, pasti aku akan meminta Jun menyelamatkanku."
Mu Ying mendengar itu segera gelengkan kepala ke arah Guan Yumo, "Mo, tak mau kau selamatkan aku... Qingyou punya dua anak, nyawanya lebih berharga dariku..."
"Lima." Mu Rong sangat paham tak boleh ada penundaan, mulai menghitung.
Ini membuat Gu Qingyou dan Mu Ying panik, mereka terus-menerus membujuk Guan Yumo untuk menyelamatkan pihak lain.
"Mo, bisa bersama kau seumur hidup ini sudah cukup... Tolong selamatkan Qingyou. Jika tidak, masa tuaku akan penuh kepedihan, tak akan ada kebahagiaan bersamamu..."
“Ji Yuchen, tak ada yang lebih penting di dunia ini daripada orang yang kau cintai. Kumohon lindungi orang yang kau sayangi, jangan biarkan masa depanmu tenggelam dalam kepedihan……”
Permohonan terus-menerus dari keduanya membuat tatapan Guan Yumo sedalam kolam di bawah air terjun, muram dan gelap.
Saat ini, hitungan Mu Rong sudah mencapai dua. Sebelum menyebut satu, dia mengingatkan, “Jika aku sampai menghitung satu dan Direktur Guan masih belum bisa memberi jawaban, aku akan sembarangan menembak satu orang... Direktur Guan, semoga kau tak menyesal nanti!”
Bibir tipis Guan Yumo terkunci rapat bagai garis lurus, seluruh tubuhnya memancarkan aura bahaya yang bengis.
Sekarang tak ada yang tahu siapa yang akan dipilih Guan Yumo di detik berikutnya, tapi satu hal yang pasti: Mu Rong pasti tak akan berakhir baik.
“1.” Mu Rong akhirnya memuntahkan angka terakhir, lalu perlahan menarik pelatuk. “Direktur Guan, beri tahu jawabannya.”
Saat ini, Mu Ying dan Gu Qingyou sama-sama memejamkan mata karena ketakutan, tapi tubuh mereka tetap tegak, tak ada tanda-tanda gentar atau mundur.
Mu Rong kehilangan kesabaran dan bersiap sepenuhnya menekan pelatuk. Di saat genting ini, Guan Yumo akhirnya menggeram dari sela gigi, “Gu Qingyou!”
Mu Rong terpaku sejenak, seolah tak menyangka pilihan jawaban ini, lalu berkata sambil tertawa, “Xiao Ying, sungguh sia-sia kau berkorban untuk pria ini. Lihatlah, pada akhirnya dia tak pernah mencintaimu... Kekasih baru tetap tak bisa mengalahkan mantan!”
"Mu Ying tidak membuka mata, namun karena perkataan Mu Rong, matanya terasa perih tanpa alasan."
Gu Qingyou secara refleks membuka mata, melotot pada Guan Yumo, alis indahnya berkerut, "Ji Yuchen, kau gila?"
"Kalau dia tak mencintaimu, baiklah aku bawa kau pergi... Menemani sang kepala keluarga di alam baka, ini juga bentuk bakti dari Mu Rong!" Usai bicara, Mu Rong mengarahkan senjata ke Mu Ying, jari mulai menyentuh pelatuk.
Gu Qingyou segera berusaha mendorong Mu Ying, namun suara tembakan sudah bergema—Byur!—menggelegar di wilayah laut yang hening, membuat telinga Gu Qingyou berdenging, secara insting menutup mata.
Saat dirinya terjatuh ke pangkuan hangat yang familiar, Gu Qingyou perlahan membuka mata. Ia mengira ini halusinasi, tapi saat pupilnya fokus, Jiang Jun benar-benar ada di depan matanya. "Jun..."
Jiang Jun merangkul erat Gu Qingyou, terus membelai rambutnya, "Sudah aman... Mu Rong sudah mati..."
"Tapi Xiao Ying..."
Gu Qingyou menoleh, baru menyadari hanya mayat Mu Rong yang tergeletak di lantai kayu. Mu Ying kini berada dalam dekapan Guan Yumo, diikat erat oleh lengannya.
Gu Qingyou menjerit gembira, "Xiao Ying selamat... Dia selamat!"
Jiang Jun mencium dahi istrinya. "Bodoh, mana mungkin kami membiarkannya celaka?"
Gu Qingyou baru benar-benar bersandar di pangkuan Jiang Jun, menutup matanya dengan ketakutan tertunda. "Aku tadi benar-benar mengira... Apakah kau yang datang tepat waktu?"
"Sebenarnya aku datang bersama Guan Yumo. Untuk tidak memberi tekanan pada Mu Rong dan memberi waktu pada penghadang mencari posisi strategis, aku sengaja tidak keluar..." Jiang Jun menjelaskan dengan lembut.
Mu Ying hingga saat ini masih belum pulih, terus-menerus bernapas berat dengan dada naik turun tak beraturan, wajahnya pucat bagai kertas.
Guan Yumo menempelkan dagunya erat-erat di dahi Mu Ying, menghangatkan tubuh dinginnya dengan suhu tubuhnya sendiri. "Jangan takut, semuanya sudah berlalu..."
Setelah lama terdiam, Mu Ying sepertinya baru berani mempercayai bahwa dirinya masih hidup. Dia mengangkat kepala dengan kaku, memandang Guan Yumo. "Aku... benar-benar masih hidup?"
Guan Yumo menatap bola matanya yang masih bengong akibat trauma. "Ya. Kau sekarang aman, Qingyou juga selamat..."
"Benar, Xiao Ying... Kita semua baik-baik saja..." Gu Qingyou ikut menenangkan Mu Ying yang masih terguncang.
Melihat Gu Qingyou dalam keadaan utuh, detak jantung Mu Ying perlahan mulai stabil. "Syukurlah... Kita semua selamat..." Suara parau Mu Ying terdengar.
Menyadari Mu Ying masih trauma, Guan Yumo seketika mengangkat tubuhnya secara horizontal. "Aku akan antar Xiao Ying pulang dulu."
Jiang Jun dan Gu Qingyou mengangguk setuju.
Sementara Mu Ying benar-benar terkejut, saat diangkat oleh Guan Yumo, di depan matanya sudah gelap gulita, lalu pingsan.
……
Mu Ying sadar di kamar hotel, saat bangun, Guan Yumo sudah berada di sisinya, sedang memeluknya.
Mu Ying terduduk linglung mengangkat kepala, bertanya, "Aku kenapa?"
Guan Yumo mencium dahi Mu Ying, baru menjawab, "Kau terkejut, tadi pingsan..."
Alis indah Mu Ying berkerut, "Rupanya tadi bukan mimpi."
Guan Yumo berbisik penuh kasih, "Ini memang mimpi, karena sudah berlalu."
Mu Ying menatap bola mata hitam pekat Guan Yumo, tiba-tiba perlahan menutup kelopak matanya.
Guan Yumo melihatnya, bertanya, "Ada apa?"
Mu Ying berkata demikian, "Tidak apa, tapi aku ingin tidur lagi... Setelah bangun, aku mau ke rumah duka melihat paman."
"Baik, tidurlah lagi sebentar."
Mu Ying tidak menjawab, lalu menutup mata.
Guan Yumo menatap Mu Ying, agak merasa emosi Mu Ying saat ini terlihat sedikit tidak biasa.
Perlu diketahui, biasanya saat takut, dia pasti akan memeluknya. Tapi sejak membuka mata, tatapannya padanya terasa hambar, dan tangannya tetap terkulai alami, tidak seperti biasanya yang selalu memeluk dan bergantung padanya.
Ini membuat Guan Yumo tak kuasa mengerutkan kening.
