Bab 749: Dia Meminta 100 Juta darinya
"Que Yan, jangan main-main denganku. Aku sangat paham, selama itu keputusanmu, orang tuamu takkan bisa ikut campur." An Yaruo menahan napas, berkata demikian.
Kesunyian tiba-tiba menyergap di antara mereka.
"Kau beri aku sejumlah uang, serahkan anak padaku, sejak saat ini kita tak bersinggungan." An Yaruo memecah kesunyian. "Tak perlu khawatir Qingyou akan mencarimu, karena aku akan menjelaskan padanya."
Que Yan membuka suara dengan tenang, "Aku harap kau mempertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan, karena perasaan mungkin bisa dipupuk perlahan..."
Kali ini An Yaruo tak menunggu Que Yan selesai bicara, langsung memotong, "Satu miliar... Asalkan kau beri satu miliar, aku akan membawa Keke dan takkan pernah muncul di hadapanmu."
Que Yan menatapnya dalam-dalam. "Yaru, kuharap kau tahu, aku tak ingin merusak hubungan kita. Kenyataannya, meski tak bisa jadi suami-istri, kuharap kita tetap bisa berteman."
An Yaruo hanya menggeleng sambil tersenyum.
Que Yan bersuara berat, "Haruskah seginikah kekakuan ini?"
"Kurasa tak perlu berteman." Jawab An Yaruo, lalu berkata tanpa ekspresi, "Karena aku tak tahu bagaimana menjelaskan statusmu pada anak di kemudian hari."
Mendengar itu, Que Yan menyipitkan matanya.
"Maaf jika ini keterlaluan, mencabut hakmu sebagai ayah. Tapi kuharap kau pikirkan juga anakku. Bagaimanapun, jika kau terus muncul dalam hidupku, cepat atau lambat dia akan tahu kau ayahnya. Saat itu dia pasti bertanya, mengapa ayahnya tak mau dia?" Gumam An Yaruo melanjutkan.
Wajah Que Yan berubah muram. "Kau hanya bertekad bulat untuk memutus semua hubungan denganku."
“Ya.” Dia mengakui. “Aku tidak punya keinginan untuk berteman denganmu.”
Que Yan diam-diam memandangnya.
“Kau tak perlu khawatir, aku tidak akan menyalahkanmu, karena mencintai seseorang memang tidak bisa dipaksakan.” Dia mengangkat pandangan menatapnya. “Hanya saja aku tidak mengerti, saat itu Qingyou dan yang lainnya menganggap kau mencintaiku.”
Que Yan masih tetap diam.
An Yaruo melanjutkan, “Sepertinya secerdas Qingyou pun bisa salah menilai... Untung kau orang kaya, kalau tidak, merawatmu seperti ini benar-benar merugikanku!”
“Di masa depan kau akan menemukan orang yang lebih baik dariku.” Akhirnya Que Yan berbicara.
“Masa depanku tak perlu kau repotkan, tapi yang pasti aku tidak akan kesepian hingga akhir hayat.” An Yaruo tersenyum, berkata dengan datar.
“Aku akan memberimu 200 juta, cukup untuk kebutuhanmu dan anak di kemudian hari.” Akhirnya, Que Yan berkata demikian.
“Kalau begitu, terima kasih. Awalnya aku merasa meminta 100 juta darimu sudah keterlaluan, tapi kau sendiri yang menawarkan 200 juta, aku akan terima dengan senang hati.” Senyuman An Yaruo masih tetap ada, tapi hidungnya mulai terasa pedih.
“Uangnya akan aku transfer ke rekeningmu.”
“Baik, beri tahu aku setelah transfer dilakukan. Tapi sebelumnya aku akan pindah dari keluarga Que.” Setelah berkata demikian, An Yaruo bangkit dari sofa dan bersiap pergi.
Que Yan tidak menghentikannya.
……
An Yaruo tidak tahu bagaimana caranya kembali ke kamar putri kecil dari kamar Que Yan. Yang dia tahu, saat memutar gagang pintu kamar putri kecil, wajahnya sudah basah oleh air mata.
Kemudian dia menyandar di pintu, membiarkan air mata mengalir diam-diam.
Sebenarnya dia selalu tahu bahwa ia tak mencintainya, hanya Qingyou yang memberinya harapan, membuatnya mengira ia benar-benar mencintainya...
Beruntungnya, tadi dia tidak menunjukkan sisi rentan ini di hadapannya, lagipula di depan ia, dia selalu tampil begitu percaya diri dan sombong.
Namun, di relung hati sungguh terasa pedih...
Andai tahu hari ini akan berakhir seperti ini, sejak awal seharusnya dia tidak mengungkapkan perasaan padanya. Dengan begitu, setidaknya tidak akan mengalami momen dipermalukan seperti sekarang...
Tentu saja, tadi ia tidak mengejeknya, hanya saja dia merasa dirinya sangat memalukan.
Untung reaksinya cepat, meminta 100 juta darinya untuk membentuk citra diri sebagai wanita materialistis. Dengan begini ia takkan memberinya lebih banyak rasa kasihan yang justru akan mempermalukannya.
Hanya saja hasil seperti ini membuatnya bingung bagaimana menjelaskan pada orang tua...
Setahun yang lalu datang ke Prancis bersama orang tua, awalnya dia berencana memulai hidup baru. Tak disangka tiba-tiba mengetahui fakta Que Yan menjadi vegetatif...
Maka tanpa peduli penentangan orang tua, dia bersikukuh merawat Que Yan.
Saat itu orang tuanya baru saja tahu dia melahirkan anak Que Yan. Di relung hati sudah menyimpan kekecewaan atas sikap acuh tak acuh Que Yan, sama sekali tak ingin dia memiliki hubungan lagi dengan Que Yan. Tapi dia tetap tak mendengarkan...
Setahun terakhir, orang tuanya menelepon berkali-kali menyuruhnya meninggalkan Que Yan dan memulai baru. Untuk meyakinkan orang tua, sekaligus menghindari kekhawatiran mereka, terpaksa dia bilang setelah Que Yan siuman, mereka akan menikah...
Orang tua baru tidak menghalanginya lagi, mengira dia dan Que Yan saling mencintai, sementara mereka tidak punya alasan untuk menghentikan cinta sejati.
Jadi... sekarang bagaimana caranya dia harus memberi penjelasan kepada orang tua?
Fakta Que Yan siuman cepat atau lambat akan sampai ke telinga orang tua, bagaimana dia menjelaskan alasan mereka tidak menikah pada orang tua?
Kalau jujur memberitahu orang tua, mungkin mereka akan sekuat tenaga menagih hutang pada Que Yan.
Tapi dia sendiri sangat paham, urusan ini bukan kesalahan Que Yan, lagipula di dunia ini segala sesuatu bisa dipaksakan, hanya perasaan yang tak bisa dipaksakan...
Sudahlah, nanti cari alasan saja, mengelak dengan baik pada orang tua, atau mulai sekarang hidup sesuai pengaturan orang tua - mungkin mereka tidak akan terlalu tangisi dirinya...
Memikirkan ini, An Yaruo mulai menyusun barang-barangnya.
Putri kecil di ranjang masih tertidur lelap, belum tahu orang tuanya akan segera berpisah.
Semalam An Yaruo tidak tidur, dia menyiapkan koper-koper dengan rapi, memutuskan akan pergi saat fajar.
Pagi hari ketika Nina masuk, melihat beberapa koper yang sudah disiapkan An Yaruo, langsung kaget lalu buru-buru memberitahu orang tua Que Yan.
Pasangan suami istri Que segera datang ke kamarnya. Melihat beberapa koper yang sudah ditata, ekspresi ibu Que Yan terlihat terkejut, "Yaru, ini..."
An Yaruo tersenyum berkata, "Kondisi tubuh Que Yan juga hampir pulih, dan aku harus kembali ke hidupku sendiri. Aku mau pulang ke orang tuaku!"
“Aku dengar dari Nina kalau Que Yan memanggilmu ke kamarnya semalam, apa dia mengatakan hal yang tak pantas padamu?” Ibu Que Yan bertanya dengan nada ingin membela.
An Yaruo tersenyum tipis, menggelengkan kepala, “Kami hanya membicarakan beberapa hal sebentar, dia tak mengatakan apa-apa... Tapi Paman dan Bibi tak perlu khawatir, pembicaraan kami semalam berjalan lancar.”
Ekspresi curiga muncul di wajah Ibu Que Yan. “Apakah dia tak mau menikahimu?”
An Yaruo segera menjawab, “Tentu tidak, dia bersedia menikahiku, tapi aku yang tak mau.”
“Mengapa?”
“Aku tak tahu harus menjelaskannya bagaimana... Tapi, kami tidak bertengkar, kami berpisah dengan damai.”
“Yaruo...”
An Yaruo segera memeluk Ibu Que Yan. “Semoga Paman dan Bibi selalu menjaga kesehatan... Begitu Keke bangun, kami akan pergi...”
Ibu Que Yan perlahan melepaskan pelukan, “Aku tak mengizinkanmu pergi.”
An Yaruo tersenyum, “Tolong jangan mempersulitku.”
Ibu Que Yan seketika kehilangan kata-kata.
Di saat yang sama, Nina masuk dari luar melapor, “Tuan Nyonya... Orang tua Nona An sudah datang.”
