Bab 757 Suka Orang yang Disukai atau Usaha Keluarga Que?
Melihat tamunya adalah orang tuanya sendiri, Que Yan melambaikan tangan menyuruh sekretarisnya mundur, sekaligus menunda diskusi dengan bawahan, bangkit dari belakang meja kerja.
"Ayah, Ibu kenapa ada waktu datang ke perusahaan aku hari ini?" Que Yan menunjukkan senyuman.
Ayah Que melirik sekeliling ruangan, lalu berkata, "Belum pernah mengunjungi perusahaanmu, baru tahu skala usahamu sudah sebesar ini, cukup baik."
Ibu Que meletakkan termos penghangat di atas meja. "Tubuhmu baru sembuh sudah langsung bekerja, Ibu khawatir dengan kondisimu, jadi membuatkan sup sendiri, datang menjenguk... Jangan lupa minum nanti."
"Terima kasih, Ibu."
Que Yan segera merangkul ibu nya, duduk di sofa.
Ayah Que mengikuti duduk berseberangan di sofa, namun saat duduk, mendesah keras.
Melihat hal ini, Que Yan tertanya sambil tersenyum, "Ayah, ada apa?"
Ayah Que memandangi anaknya, berkata dengan tulus, "Ayah sudah tua, mengurus usaha keluarga Que sekarang semakin tidak mampu. Ayah benar-benar berharap kau bisa menggantikan posisi Ayah, agar Ayah bisa menikmati masa tua dengan tenang."
Que Yan mengerutkan kening, "Kenapa, kondisi Ayah belum pulih?"
Ayah Que menjawab, "Tidak ada penyakit parah, hanya lelah, sangat ingin beristirahat."
Ibu Que Yan membuka mulut, "Mana ada yang tidak parah... Kali ini dokter pribadi memeriksa Ayahmu, katanya Ayahmu menderita tiga tinggi (hipertensi, hiperlipidemia, hiperglikemia). Jika terus bekerja keras seperti ini, mungkin akan terkena penyakit serius. Dokter meminta Ayahmu berhenti mengurusi urusan pekerjaan..."
Mendengar ini, alis Que Yan semakin berkerut. "Sejak aku sadar, tak ada yang memberitahuku kondisi Ayah sedemikian buruk..."
Ibu Que segera menggenggam tangan Que Yan, bertanya dengan suara penuh kasih sayang, "Anakku, meskipun perusahaanmu sekarang berskala besar, tapi tetap tak bisa dibandingkan dengan usaha keluarga Que... Ayah dan Ibu berharap kau meninggalkan perusahaan ini, atau serahkan pada orang terpercaya untuk mengelolanya, lalu pulang untuk mewarisi bisnis keluarga."
Que Yan menatap bola mata penuh harap Ibu Que, namun tak menjawab.
Ayah Que menasihati dengan khidmat, "Kau harus tahu jerih payah Ayah mengelola usaha keluarga ini semua untukmu... Setahun terakhir kau tak tahu berapa banyak anggota keluarga Que yang melihatmu tak sadar, ingin merebut kewenangan dari tanganku... Dan Ayah mempertahankannya dengan sangat sulit."
“Tapi mewarisi usaha keluarga Que berarti harus menikahi istri yang ditunjuk keluarga mereka. Ini tidak bisa aku terima,” kata Que Yan dengan khidmat.
Ibu Que Yan mendengar itu, bertanya dengan nada menguji, "Mengapa tidak bisa menikahi wanita lain? Apakah hatimu sudah terikat pada seseorang?"
Ayah Que Yan juga bertanya dengan suara berat, "Apakah orang yang kau sukai adalah Yaru?"
Wajah Que Yan langsung menjadi dingin. "Tentu saja aku tidak menyukai Yaru. Jika tidak, aku takkan berpisah dengannya. Bahkan jika belum menemukan orang yang kusukai, aku tak berniat menikahi wanita sembarangan."
Ibu Que Yan menatapnya dengan curiga. "Jika kau menyukai Yaru, aku bisa menyuruh orang menjemputnya... Kau tahu, Ayahmu dan aku memang sangat menyukai Yaru."
Mendengar itu, Que Yan bangkit dari sofa dan kembali ke belakang meja kerjanya.
Melihat hal ini, orang tua Que Yan pun ikut berdiri dari sofa.
Que Yan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kulit, tatapannya datar mengarah pada orang tuanya. "Di hadapanku, tak perlu kalian berpura-pura menyukai Yaru... Kita semua tahu, kalian takkan pernah mengizinkanku menikahi Yaru."
Kedua orang tua Que Yan membeku seketika.
Que Yan melanjutkan, "Beruntungnya aku tidak mencintai Yaru. Jika benar mencintainya, mungkin kalian sudah mulai berencana menghadapi keluarga An dan Yaru."
Pada detik ini, raut wajah orang tua Que Yan berubah nyata - canggung dan kaku karena kebohongan mereka terbongkar, tapi tatapan penuh kasih pada Que Yan tetap tak berubah.
“Kalau kau bicara terus terang, Mama juga tak akan sembunyikan... Benar, sebaik apa pun Yaru, Mama tak mungkin izinkan Yaru masuk keluarga Que. Karena jika kau menikahi Yaru, kau takkan punya hak waris usaha keluarga Que. Mama sama sekali tak izinkan kau mengorbankan usaha keluarga Que demi seorang wanita.” Ibu Que Yan membuka pembicaraan.
Que Yan menundukkan kelopak mata, memandangi dokumen di atas meja kerjanya. “Kalian pulang dulu... Untuk sementara, aku hanya ingin mengurus perusahaanku. Urusan usaha keluarga Que biarlah Ayah yang masih mengurus beberapa tahun lagi!”
Ayah Que Yan berkata, “Kondisi tubuh Ayah sudah sangat lemah. Jangankan beberapa tahun, setahun pun bekerja keras lagi, mungkin tubuhku sudah tak sanggup... Pernikahan politik dengan putri kelompok lain tidak semenakutkan bayanganmu. Seperti aku dan ibumu dulu, hanya bertemu sekali langsung menikah, bukankah akhirnya bisa hidup puluhan tahun bersama?”
Ibu Que Yan ikut membujuk, “Mama sudah susah payah menyembunyikan fakta bahwa kau pernah menikah dengan Yaru. Tahukah kau, jika hal ini diketahui keluarga Que, hak warismu sudah hilang... Jadi sebagai anggota keluarga Que, jangan bermimpi punya kebebasan memilih pernikahan, kecuali kau benar-benar tak mau mewarisi usaha keluarga!”
Que Yan langsung melepas dokumen di hadapannya, terlihat tak berminat melanjutkan percakapan dengan orang tuanya.
Ayah Que Yan menutup dokumen yang dibuka Que Yan, bertanya, “Kau benar-benar mau tinggalkan usaha keluarga Que, hanya demi bisa bersama orang yang kau suka di masa depan?”
Que Yan diam. Garis rahang tajamnya kini terlihat dingin membeku.
"Baik, jika kau benar-benar tak mau mewarisi usaha keluarga Que, maka aku terpaksa menyerahkan usaha keluarga ini pada pamamu untuk diurus, dan nanti akan diwariskan ke sepupumu... Karena kalau kau tak peduli dengan usaha keluarga, untuk apa aku mempertahankannya untukmu?"
Que Yan akhirnya mengangkat kepala, tatapan datarnya menyoroti ayahnya. "Ayah harus memaksaku seperti ini?"
"Ternyata kau masih peduli dengan usaha keluarga Que." Suara Ayah Que berat.
Que Yan menarik kembali tatapannya, berkata dingin, "Sebagai bagian dari keluarga Que, benarkah tak ada pilihan sama sekali?"
Ibu Que dengan lembut berkata, "Nak, pernikahan politik antar keluarga kuat adalah kunci kemakmuran abadi... Jika keluarga Que tidak selalu mengikuti hukum ini, mustahil berkembang hingga hari ini."
"Aku butuh waktu untuk mempertimbangkan." Akhirnya Que Yan berkata demikian.
Tapi Ayah Que tampaknya bertekad bulat memaksa jawaban hari ini, langsung bersuara, "Aku hanya memberi waktu satu jam. Jika dalam satu jam kau tetap tak mau mengorbankan cintamu demi usaha keluarga, aku akan menggelar RUPS dan mengumumkan pengunduran diri dari posisi nahkoda keluarga Que, menyerahkan jabatan ini pada pamamu."
Ekspresi Que Yan menunjukkan kemarahan.
Ibu Que panik berkata, "Nak, kau paling paham karakter ayahmu yang tak bisa ditawar... Dengarkan Mama, pernikahan politik pun bisa membawa pernikahan yang baik, seperti aku dan ayahmu. Ini tidak berarti tak akan ada cinta di masa depan."
Que Yan kesal mencengkeram keningnya. "Beri aku waktu berpikir."
Ibu Que Yan segera mengangguk, "Baik... Ayah dan aku akan menunggumu di luar, kamu harus mempertimbangkan dengan baik... Tentu saja, apapun keputusanmu, Mama akan mendukungmu, hanya berharap kamu bisa membuat pilihan yang rasional."
