Bab 759: Ia Mau Menikahi Perempuan Lain?
Que Yan menjawab datar, "Kau di mana sekarang?"
Di ujung sana, Huo Yutong menjawab, "Aku sudah berada di Lyon. Sayangnya Paman dan Bibi bilang kamu sedang menangani urusan bisnis di Nice. Awalnya aku ingin mengajakmu makan malam bersama."
Que Yan berkata tanpa ekspresi, "Urusan bisnisku di Nice belum selesai. Mungkin baru bisa pulang besok."
"Tentu tidak masalah, pekerjaan lebih penting!" Huo Yutong terlihat sangat bermurah hati.
"Terima kasih atas pengertianmu." Setelah mengucapkan itu, Que Yan bersiap memutuskan sambungan.
Namun tepat sebelum menutup telepon, Huo Yutong tiba-tiba berkata, "Sebenarnya, aku sangat terkejut kamu menerima pernikahan politik keluarga... Meski hatiku sangat senang, baru sekarang aku sadar ternyata dulu aku tak benar-benar mengenalmu."
Alis Que Yan berkerut. "Apa maksudmu?"
Huo Yutong tersenyum, "Que Yan yang kukenal dulu adalah pria bebas merdeka yang menganggap uang seperti kotoran. Dia hanya mementingkan kualitas hidupnya. Inti dirinya tak mungkin melakukan hal tak disukai demi uang. Tapi sekarang dia mau menikahi wanita yang tak dicintai demi uang."
"Itu Que Yan masa lalu. Que Yan sekarang adalah dirinya yang sebenarnya." Begitu jawaban Que Yan.
"Sepertinya setelah mengalami kehidupan baru, kamu sama sekali tak menginginkan hidup yang datar dan biasa." Ucap Huo Yutong masih dengan senyuman.
Que Yan tak menjawab.
"Sudahlah, aku tak akan mengganggu pekerjaanmu lagi... Sampai jumpa besok!" Huo Yutong cukup paham situasi.
Que Yan langsung memutuskan telepon, lalu mencari bayangan An Yaruo.
Di depan sebuah taman bunga, terlihat An Yaruo menggendong putri kecil sembari mengagumi violet yang mekar subur.
Kaki memanjang Que Yan melangkah mendekati mereka.
"Putri kecil itu langsung tak peduli bunga begitu melihat Que Yan, menyuruh serahkan pelukan padanya."
Senyuman puas merekah di wajah tampan Que Yan sambil menggendong putri kecil itu. "Sudah panggil Ayah?"
Dengan patuh putri kecil itu memanggil, "Ayah."
Que Yan tak tahan mencium pipi mungil putih sempurna sang putri setelah mendengar panggilan jelas menggema itu. "Tak sia-sia Ayah selalu ingin menggendongmu saat di Lyon."
"Katanya anak perempuan adalah kekasih di kehidupan sebelumnya ayahnya, kalimat ini benar sekali." An Yaruo tak bisa menahan ejekan.
Que Yan menoleh ke An Yaruo, bibir menghiasi senyuman tipis, "Terima kasih telah melahirkanku putri secantik ini."
Senyuman lembut merekah di wajah cantik An Yaruo. Ia berdiri di samping Que Yan lalu memeluknya dari samping. "Kalau kau suka anak, kita bisa punya lagi nanti."
Mata amber Que Yan memancarkan tatapan menggoda. "Ya, satu pasti tak cukup."
An Yaruo masih malu, pipinya memerah. "Ngomong-ngomong, tadi saat kau menerima telepon wajahmu tak begitu baik, apa perusahaan ada masalah?" Cepat ia mengalihkan topik.
"Tak ada, hanya membahas urusan bisnis penting." Jawab Que Yan.
"Syukurlah... Sebelum waktunya habis, temani aku ke supermarket. Malam ini kumasak nasi sapi kari untukmu, ini hidangan terbaik yang menunjukkan kemampuan memasakku." Kata An Yaruo dengan bangga.
Saat ini cahaya senja tepat menyinari wajah An Yaruo, membuat bola matanya yang jernih berkilauan, dan pemandangan di balik sorotannya seolah menjadi pemandangan terindah di dunia. "Aku benar-benar peduli padamu, Yaru." Que Yan terbuai dalam sorotan mata mempesona ini, tak sadar mengucapkan.
An Yaruo tak bisa menyembunyikan senyuman karena ucapan Que Yan ini. "Aku juga sangat peduli padamu, Que Yan."
Que Yan lalu menundukkan kepala, mencium An Yaruo dalam-dalam.
An Yaruo pun tak lagi menghindar, mengulurkan tangan melilit leher Que Yan.
Di tengah keramaian jalanan negeri asing ini, tak ada yang memperhatikan mereka, namun ciuman mereka terasa begitu penuh perasaan...
……
Keesokan harinya, Que Yan kembali bergegas ke Nice sejak pagi.
Saat An Yaruo terbangun, Que Yan sudah tak ada di sampingnya, hanya putri kecil yang masih tertidur pulas.
An Yaruo memandangi posisi yang kosong di sebelahnya, rasa kecewa menggelayuti hatinya.
Ia tak tahu berapa lama lagi harus menjalani hari-hari seperti ini, namun ia benar-benar mulai tak sanggup menahan perpisahan seperti ini...
Karena setiap kali berpisah, kerinduannya pada Que Yan semakin menjadi.
Baru sekarang ia menyadari, rupanya ia begitu dalam mencintainya.
Tak pernah ada detik dimana ia tak ingin bersamanya...
Hatinya dipenuhi oleh bayangannya semata.
Baru sebentar berpisah, ia sudah membayangkan apa yang sedang dilakukannya saat ini...
Ia sungguh berharap Tuhan mempersingkat masa perpisahan mereka, berharap Tuhan menganugerahinya kemurahan ini...
"Tepat pada saat ini, sebuah telepon memotong pikiran An Yaruo yang sedang melayang."
"Meski baru berpisah dengan Que Yan, namun memikirkan mereka akan bersatu selamanya tak lama lagi, perasaannya saat ini masih terbilang baik. Jarang-jarang ia mengangkat telepon dari orang asing."
"Halo."
"Aku Mu Ying. Ada informasi yang ingin kusampaikan."
Tak menyangka penelponnya adalah Mu Ying, An Yaruo terkejut. "Untuk apa kau menelepon?" ujarnya sambil mengerutkan alis.
"Meski kini ia tahu semua yang dilakukan Mu Ying di masa lalu adalah untuk Guan Yumo, dan Mu Ying bukanlah bajingan terkutuk, sebenarnya masih ada kebaikan di relung hatinya, An Yaruo tetap tak bisa sebesar hati Gu Qingyou dalam berteman dengannya. Suaranya terdengar dingin."
Mu Ying tak bertele-tele, "Kudengar sebuah kabar. Mengingat kau sahabat dekat Qingyou, jika terjadi sesuatu padamu, Qingyou mungkin akan merasa tak nyaman... Jadi kuputuskan untuk memberitahumu."
"Langsung saja kalau ada yang mau kau katakan." Kening An Yaruo semakin berkerut.
Mu Ying langsung melontarkan, "Kutahu kau menyukai Que Yan. Dari Qingyou, kabarnya kalian sudah bersatu. Tapi karena penolakan keluarga Que, hubungan kalian agak tersendat... Tapi harus kusampaikan, dari temanku kudengar Que Yan sudah merencanakan pernikahan politik dengan putri Grup Huo di Kota C, Huo Yutong. Konon kedua pihak sedang mempersiapkan pernikahan... Kau tahu soal ini?"
An Yaruo sama sekali tak percaya, tertawa getir, "Ini sama sekali tak mungkin... Bagaimana mungkin Que Yan akan menikah secara politik dengan orang lain?"
Dia hampir ingin memberitahukan Mu Ying tentang kepergian Que Yan yang baru saja meninggalkannya tadi.
"Kau tidak percaya?"
"Tentu saja."
Mu Ying terkecil tipis, "Maaf, ini memang tak bisa kau sangkal... Karena sahabatku tak pernah menggosip sembarangan di hadapanku, ucapannya bisa dibilang 100% kredibel. Jadi, lebih baik kau waspada menanggapi masalah ini, jangan sampai ditipu habis-habisan tapi tak menyadari..."
Jika yang menelepon adalah Gu Qingyou, An Yaruo pasti akan menanggapinya serius. Tapi karena yang menelepon Mu Ying, An Yaruo hanya tersenyum kecut. "Aku sangat paham bagaimana kepribadian Que Yan, tak usah kau provokasi..."
Mu Ying ikut tersenyum tipis, "Benarkah? Apa kau benar-benar mengenal Que Yan? Mungkin... yang kau kenal hanyalah Que Yan versi lama. Ingatlah, setelah lolos dari jurang maut, manusia bisa berubah. Banyak hal yang dulu tak dianggap, kini setelah mendapat kehidupan baru, akan mulai dipedulikan..."
