Bab 771: Bagaimana Ini Harus Dilakukan?

　　　　Bab 771 Bagaimana Ini Harus Dilakukan? 　　　　Dia mungkin akan sedih, menangisi, mungkin untuk sementara tidak bisa move on dari luka itu, tapi dia tahu keputusan yang diambilnya sekarang benar. 　　　　Dan dia tetap akan mendoakannya dalam hati, berharap masa depannya sesuai harapannya. 　　　　Janin di perutnya, dia tidak akan melahirkannya... 　　　　Karena jika di kemudian hari benar-benar tidak bisa memberikan keluarga yang hangat pada anak, dia tidak ingin menyebabkan dua anak... 　　　　Untuk Keke, dia pasti akan membesarkannya dengan baik, ia tidak perlu khawatir. 　　　　Hanya saja, dunianya tanpanya ternyata jauh lebih menyiksa dan mengecewakan dari yang dibayangkan. 　　　　Dalam pikirannya terus memutar gambar mereka dulu bersama, di relung hati ternyata masih ada rasa enggan melepas yang begitu dalam... 　　　　Benar. 　　　　Dia tidak pernah menyukai siapa pun, sejauh ini hanya mencintainya. 　　　　Dia benar-benar selalu berharap bisa berdampingan sampai ubanan dengannya... 　　　　Sayang, mereka akhirnya tidak bisa sampai ke tahap itu. 　　　　Dia tahu ia juga tidak salah, tidak ada alasan baginya untuk meninggalkan karier demi dirinya... 　　　　Jadi sebenarnya dialah yang tidak cocok untuknya. 　　　　Karena dia sangat iri pada cinta Jiang Jun dan Qingyou, dia ingin pasangannya bisa seperti Jiang Jun yang menganggap Qingyou sebagai prioritas utama dalam hidup... 　　　　Tapi ada berapa Jiang Jun di dunia ini? 　　　　“Meski tak bisa berpisah dengan baik, aku tetap berharap di masa depan ia bisa hidup baik... Semoga kariernya pada akhirnya dapat mencapai harapannya.” 　　　　Memikirkan ini, An Yaruo yang bersandar di tepi ranjang dengan berat hati menundukkan kelopak matanya. 　　　　…… 　　　　Keesokan harinya. 　　　　An Yaruo menitipkan putri kecilnya pada orang tua untuk dirawat, lalu pergi ke rumah sakit tempat Su Yize bertugas. 　　　　Su Yize yang duduk di belakang meja kerja mengenakan jubah putih, terkejut melihat kedatangannya dan sedikit mengerutkan alis, “Kukira kemarin kau pulang karena sudah mengubah pendirian.” 　　　　An Yaruo menggelengkan kepala, melaporkan sejujurnya, “Aku hanya ada urusan pribadi, jadi pulang dulu... Hari ini aku ada waktu.” 　　　　Su Yize mengangguk, “Jadi, kau tetap memutuskan untuk operasi?” 　　　　“Ya, bisakah aku dioperasi hari ini?” tanya An Yaruo dengan tegas. 　　　　“Tentu, tapi apa kau benar-benar sudah mempertimbangkan matang?” Su Yize bertanya serius. 　　　　An Yaruo menjawab tenang, “Meski keputusanku terburu-buru, bukan berarti tak kuperhitungkan baik-baik.” 　　　　“Baik, sebagai dokter, aku menghormati kehendak pasien.” Usai berkata, Su Yize mulai mengisi berkas medis An Yaruo. 　　　　An Yaruo teringat belum berterima kasih, “Aku berterima kasih sudah memberitahunya bahwa aku hanya kurang gula darah.” 　　　　Su Yize berucap datar, “Aku tidak menipunya. Kau memang mengalami hipoglikemia.” 　　　　An Yaruo tersenyum tipis. “Meski begitu, kau tetap membantuku.” 　　　　Saat itu, Su Yize mengangkat kepala dan menatapnya dalam-dalam. “Tak kusangka ayah si anak ternyata Que Yan... Pantas saja kau pingsan di acara pernikahan.” 　　　　An Yaruo menggigit bibir bawahnya dengan lembut, baru kemudian berkata, "Aku dan dia sudah berpisah... sudah tidak ada hubungan lagi." 　　　　"Tapi sepertinya dia benar-benar peduli padamu. Malam itu saat bertanya tentang kondisimu, aku bisa melihat dia sangat memperhatikanmu," Su Yize berkata sejujurnya. 　　　　An Yaruo tersenyum kecil. "Apa gunanya diperhatikan? Pada akhirnya dia tetap menikahi wanita lain." 　　　　"Ayahku punya hubungan baik dengan Ayah Que, makanya waktu itu aku hadir di pernikahan Que Yan... Sepengetahuanku, pernikahan ini sepenuhnya adalah pernikahan politik keluarga." Su Yize menjelaskan. 　　　　An Yaruo mengangkat pandangannya, menatap Su Yize. "Kau ingin bilang dia dipaksa oleh keadaan?" 　　　　Su Yize mengerutkan alisnya, "Apakah tidak begitu?" 　　　　"Aku hanya bisa memberitahumu, dia tidak dipaksa. Dia punya pilihan, hanya saja dia tidak memilihku." Setelah mengatakannya, An Yaruo merasakan hidungnya mulai terasa pedih. 　　　　"Baiklah, ini urusan pribadimu, aku tidak pantas ikut campur... Jika kamu tetap ingin melakukan operasi, sekarang bisa periksa dulu. Begitu hasil tes keluar, kita bisa langsung operasi." Su Yize menyerahkan slip pembayaran kepada An Yaruo. 　　　　An Yaruo mengangguk, lalu pergi untuk melakukan pemeriksaan. 　　　　Saat terbaring di ranjang pasien ruang pemeriksaan, tangannya mengelus perut bagian bawahnya yang masih rata. Baru sekarang dia sadar, ternyata ada begitu banyak keengganan dalam dirinya terhadap anak ini. 　　　　Ya, ini kan nyawa kecil yang tak bersalah. Jika bisa lahir, mungkin akan sepintar dan semenggemaskan Keke... 　　　　Sayang, dia tidak bisa membuat keputusan untuk menahannya. 　　　　Dia sudah membebani Keke, dia tidak bisa lagi membebani anak ini... 　　　　Menutup bola mata yang perih, An Yaruo tidak mengizinkan dirinya lagi memiliki keraguan. 　　　　…… 　　　　Pemeriksaan segera berakhir, namun ketika Su Yize melihat hasil pemeriksaannya, alisnya berkerut dalam-dalam. 　　　　An Yaruo melihat reaksi Su Yize, bertanya, "Ada apa?" 　　　　Su Yize menoleh padanya, "Kau pernah melakukan operasi keguguran sebelumnya?" 　　　　An Yaruo terkejut, "Bagaimana kau bisa tahu?" 　　　　Su Yize melaporkan sejujurnya, "Hasil pemeriksaan menunjukkan... dinding rahimmu lebih tipis dari normal, jadi saya yakin sebelumnya pernah melakukan operasi keguguran." 　　　　An Yaruo menunduk, terdiam sejenak baru bersuara, "Itu kejadian beberapa tahun lalu... Saat itu tidak ada alasan untuk mempertahankan anak." 　　　　Benar, anak itu dikandungnya saat baru bersama Que Yan. 　　　　Saat itu, meski sudah menyukai Que Yan, hubungan mereka hanya transaksi berbasis uang. Dia sangat paham tidak akan ada hasil di antara mereka. Ketika tahu dirinya hamil, dia tidak memberi tahu siapa pun termasuk Que Yan, lalu melakukan pengangkatan janin... 　　　　Dia mengira rahasia ini akan kekal, tak menyangka Su Yize bisa mengetahuinya. 　　　　Su Yize meletakkan hasil pemeriksaan, berkata serius, "Mengingat kondisi tubuhmu, saya harus mengingatkan dengan tegas: kondisimu tidak cocok untuk operasi keguguran lagi karena berisiko menyebabkan kemandulan... Tapi jika kau tetap bersikeras, tentu saya akan menghormati keputusanmu dan melakukan operasi." 　　　　“Mandul?” An Yaruo terkejut. “Maksudmu jika aku melakukan operasi keguguran sekarang, aku mungkin tidak bisa hamil lagi di masa depan?” 　　　　Su Yize mengangguk. “Kerusakan akibat keguguran sangat besar... Jika kali ini kau memilih operasi keguguran, dinding rahimmu akan semakin menipis. Menurut penilaianku, akan sangat sulit bagimu untuk hamil lagi nanti.” 　　　　An Yaruo membeku di kursi. 　　　　Su Yize menyatukan kedua tangannya di atas meja. “Aku sarankan kau pulang dulu dan pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan, lagipula kesehatan tubuhmu sendiri yang paling penting.” 　　　　Wajah An Yaruo pucat. “Aku mengerti...” 　　　　…… 　　　　Keluar dari rumah sakit, duduk di taksi menuju rumah, An Yaruo linglung tak karuan. 　　　　Dia benar-benar tidak menyangka, di saat sudah memutuskan untuk tak lagi berhubungan dengan Que Yan, Tuhan malah memberinya pilihan seperti ini... 　　　　Apa yang harus dia lakukan? 　　　　Bersikeras tak mau anak ini, hatinya pasti akan diliputi rasa bersalah di masa depan. Bukankah takdir yang mengatur ini menunjukkan bahwa dia dan bayi ini berjodoh? Bagaimana mungkin dia merenggut nyawa kecil tak bersalah ini dalam kondisi seperti ini? 　　　　Tapi jika memilih mempertahankan kehamilan, bagaimana jika Que Yan mengetahuinya? 　　　　Selain itu, bisakah dia benar-benar merawat dua anak sekaligus dengan baik di masa depan?