Bab 772 Kenangan yang Terkubur
Karena akhirnya tak mungkin menyembunyikan dari orang tuanya, An Yaruo memilih jujur pada orang tua.
Pasangan An mengetahui bahwa selama kepergiannya, putri mereka bukan menginap di vila liburan Gu Qingyou, melainkan bersama Que Yan. Sang ayah terus menggelengkan kepala, sementara sang ibu tak henti menitikkan air mata.
“Kau sedang menghancurkan hidupmu sendiri seumur hidup ini...” Ibu An berkata dengan suara terisak.
An Yaruo memeluk ibunya, menghiburnya, "Keadaan sudah begini, aku tak punya pilihan lagi... Ibu, aku akan merawat kedua anak ini dengan baik."
"Tidak boleh! Anak itu juga tanggung jawabnya, kenapa harus kau yang menanggung sendirian?" Ibu An langsung bangkit berdiri.
Ayah An membujuk, "Biarkan anak kita memutuskan sendiri!"
Ibu An menutupi dadanya yang sakit, mencela keras, "Semua karena kau selalu memanjakannya, sampai dia nekat bertindak sendiri tanpa malu-malu... Kau benar-benar pikir dia masih bisa menikah dengan pria baik sambil membawa dua anak?"
Ayah An kehabisan kata.
Ibu An berbalik ingin pergi.
Byur! An Yaruo bersimpuh di lantai kayu.
Mendengar suara itu, Ibu An menoleh, memandangi anak perempuannya dengan tatapan tak percaya.
Bola mata An Yaruo memerah padam, suaranya serak memohon, "Ibu, kumohon jangan cari dia. Aku benar-benar tak sanggup menghabiskan hidup dengan pria seperti itu."
"Bagaimana mungkin aku melahirkan anak sebodoh ini," geram Ibu An, tapi kakinya tak kunjung melangkah pergi.
An Yaruo menunduk, air mata mengalir sunyi di wajahnya. "Aku tahu salah... Mulai sekarang tak akan lagi membuat kalian sedih..."
Ayah An segera menopangnya. "Sudah, kondisi tubuhmu juga tidak baik, cepatlah bangun..."
……
Meski prosesnya getir, akhirnya An Yaruo berhasil meyakinkan Ibu An.
Malam itu juga, Ibu An langsung membuat sup ayam untuk An Yaruo dan membawanya ke kamar An Yaruo. "Kalau kau tidak merawat diri sendiri dengan baik, aku akan menagih utang ke Que Yan!"
An Yaruo tersenyum, lalu cepat-cepat menghabiskan semuanya.
Baru setelah itu Ibu An merasa puas, pergi meninggalkan kamar tanpa sepatah kata.
Setelah Ibu An pergi, An Yaruo menyandarkan diri di tepi ranjang, memandangi kegelapan malam di luar jendela dengan diam.
Di pinggiran kota Lyon ini, langit dipenuhi bintang bertaburan.
Cahaya gemilang itu tanpa sengaja mengingatkannya pada cincin berlian pemberian Que Yan. Seketika ia mengeluarkan cincin dalam kotak beludru dari laci meja samping tempat tidur.
Ia diam-diam mengagumi keindahan cincin berlian ini, perlahan merasakan mata perih.
Dulunya ia mengira di hari pernikahan mereka, ia akan dengan tangan sendiri menghiasi jarinya dengan cincin ini...
Kini, semua itu sudah tak mungkin terwujud...
Ia tidak akan menyalahkannya, tidak akan membencinya, karena dia tak bersalah.
Sebagai penerus Grup Que, takdirnya memang tak mungkin menikahi wanita biasa seperti dirinya. Janji seumur hidup yang diucapkannya justru merupakan bentuk tanggung jawab dan penghargaan padanya...
Jadi sebenarnya, dia sudah melakukan yang terbaik.
Hanya sayangnya, dirinya adalah tipe wanita yang menganggap cinta segalanya. Tekadnya untuk menjaga kemurnian perasaan tanpa setitik noda, akhirnya membuat hubungan mereka mustahil bersatu.
"Dia tahu mungkin di masa depan akan ada saat di mana dia menyesali keputusan seperti ini, tapi dia sangat paham, keputusan ini adalah yang benar..."
Dua orang yang tidak cocok bersama, pada akhirnya tidak akan menghasilkan akhir yang baik.
Berharap di hari-hari mendatang, dia dan dia bisa memulai kehidupan baru, saling menjaga diri dengan baik.
Memikirkan ini, An Yaruo memasukkan kembali cincin ke dalam laci meja samping tempat tidur, sekaligus mengubur kenangannya dengan Que Yan.
……
Gu Qingyou tiba di keluarga An dua hari kemudian.
"Saat tahu kau dirawat di rumah sakit, aku langsung ingin ke Lyon menjengukmu, tapi dua hari itu Jun baru saja memiliki acara penting yang mengharuskanku mendampinginya."
Gu Qingyou dan An Yaruo berjalan-jalan di jalan setapak sepi di luar rumah keluarga An, menghirup udara segar di pagi hari.
"Aku hamil." An Yaruo tahu Gu Qingyou pasti akan menanyakan alasan rawat inapnya, beruntung dia lebih dulu mengaku.
Mendengar ini, langkah Gu Qingyou terhenti sejenak, lalu tetap menyusul An Yaruo melanjutkan jalan. "Apakah Que Yan tahu tentang ini? Aku dengar dia menjengukmu di rumah sakit."
An Yaruo menggelengkan kepala, "Dia tidak tahu... Dokter yang memeriksaku sangat profesional, dia menyimpan catatan medisku dengan baik."
"Oh?" Gu Qingyou penasaran mengapa dokter itu mau membantu.
"Dia orang yang mengantarku ke rumah sakit saat aku pingsan di pernikahan." Jawab An Yaruo.
"Begitu rupanya."
"Awalnya aku janji operasi keguguran dengannya, tapi dua hari lalu saat pemeriksaan, dia bilang kondisiku tidak memungkinkan untuk keguguran, jika dipaksa bisa mandul nantinya."
"Apa?" Langkah Gu Qingyou terhenti.
An Yaruo menoleh ke belakang, tersenyum melihat reaksi Gu Qingyou. "Kau jangan khawatirkan aku, aku sudah memutuskan untuk menahan anak ini."
Tatapan Gu Qingyou terlihat muram. "Ini juga bukan keputusan yang baik."
An Yaruo mengangguk, "Aku tahu, tapi apa masih ada pilihan untukku?"
Gu Qingyou mendekati An Yaruo, memeluknya dengan perih di hati. "Benarkah kau sudah memutuskan untuk tak akan tersentuh lagi dengan Que Yan di masa depan?"
An Yaruo menyandarkan bahunya pada Gu Qingyou, saat ini memang merasa lemah butuh sandaran. "Aku sudah meyakinkan Ayah dan Ibu untuk tidak mencari Que Yan, jadi tolong jangan juga kau urusi ini."
Gu Qingyou perlahan melepas pelukan, suaranya serak. "Dulu kukira akulah wanita bodoh yang menolak kebaikan Jiang Jun, tapi tak kusangka kau lebih bodoh... Saat itu setidaknya ada Su Mo yang menjadi penghalang antara kami, tapi antara kalian tidak ada siapa-siapa. Que Yan setia padamu."
Tatapan An Yaruo redup, menundukkan kelopak mata. "Status kami menentukan tak mungkin bersatu. Aku tak bisa memintanya mengorbankan karier untukku."
"Dia bisa menikahi wanita lain demi karier, itu membuktikan perhatiannya padamu tak seberapa." Kata Gu Qingyou dengan kemarahan.
An Yaruo menggeleng, berkata lembut, "Sudahlah, semuanya sudah berlalu. Aku dan dia takkan berurusan lagi..."
"Lalu apa rencanamu ke depan?" Tanya Gu Qingyou penuh perhatian.
An Yaruo baru mengangkat kepala, memandang ke kejauhan. "Untuk sementara belum tahu, tapi kupikir kapal sampai ke jembatan pasti akan lurus sendiri."
“Kehamilan tidak bisa disembunyikan, perutmu akan membesar hari demi hari... Dan jika Que Yan tahu kau punya anak, dia pasti tak akan lagi memberimu kebebasan ini.” Gu Qingyou mengingatkan.
“Aku tahu, jadi sedang memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah ini.” Ekspresi wajah An Yaruo menunjukkan kesedihan.
“Sementara ikutlah aku ke Kota C... Jauh darinya, sampai melahirkan anak.” Kata Gu Qingyou.
Wajah An Yaruo merekah sukacita. “Benar! Kenapa aku tidak kepikiran? Aku bisa ke Kota C... Di sana ada dirimu dan Direktur Jiang, semua akan mudah kulakukan.”
Gu Qingyou mengangguk. “Hanya Keke yang mungkin harus sementara dirawat orang tua, lagipula sebagai ibu hamil merawat anak sendiri akan sangat melelahkan.”
“Tak apa, aku tak mau berpisah dari Keke.” An Yaruo bersikeras.
