Bab 776 Tak Tahan Mencarinya
Kejadian setelahnya, karena An Yaruo tak sadarkan diri, dia sama sekali tidak tahu apa-apa.
Saat terbangun, dirinya sudah berada di kamar pasien VIP Rumah Sakit Jiang Group.
Tubuhnya terasa sangat lemah, bahkan menggerakkan kelopak mata pun sulit, samar-samar hanya melihat semua orang berdiri di tepi ranjang.
Gu Qingyou, Jiang Jun, Qin Qian, Tan Yan, bahkan Nyonya Jiang Dong dan Bibi Shu...
An Yaruo membuka mulit dengan susah payah, suaranya parau dan lemah, "Kenapa kalian semua ada di sini..."
Gu Qingyou melihat An Yaruo mulai tersadar, segera duduk di tepi ranjang, menggenggam tangannya, suara lega berkata, "Syukurlah, Yaru kau akhirnya bangun……"
An Yaruo perlahan mengingat situasi sebelum pingsan, tangannya buru-buru mengelus perut bagian bawah. "Anak……"
Gu Qingyou segera menghibur, "Jangan khawatir, anaknya baik-baik saja……"
"Benarkah?"
Teringat rasa sakit tumpul sebelum pingsan, An Yaruo mengelus perutnya sendiri, meski merasakan janin dalam keadaan baik, tetap tak merasa aman.
"Tentu, Dokter Su segera mengantarmu ke rumah sakit, bahkan secara pribadi melakukan operasi untukmu, kau dan anaknya selamat……" Gu Qingyou berbisik.
An Yaruo sedikit terkejut, "Operasi?"
Gu Qingyou mengangguk. "Dokter Su baru saja melakukan operasi cerclage serviks untukmu, menyelamatkan anakmu……"
An Yaruo tak paham arti cerclage serviks, wajahnya menunjukkan keraguan.
Qin Qian menjelaskan, "Cerclage serviks secara sederhana adalah menutup mulut rahim, agar kau tak mudah keguguran…… Karena rasa sakit mendadakhmu tadi sudah menjadi pertanda keguguran."
An Yaruo erat mengelus perutnya sendiri. "Mengapa dia begitu rentan……"
Suara Gu Qingyou tersekat, "Karena kau tak merawat dirimu sendiri……"
An Yaruo tiba-tiba menyadari mata Gu Qingyou memerah, di balik sorotannya masih ada jejak tangisan, bertanya lemah, "Ada apa?"
Bibi Shu di tepi ranjang bersuara, "Kau benar-benar membuat kami ketakutan……"
“Mendengar kabar itu, An Yaruo semakin bingung.
Gu Qingyou menggenggam erat tangan An Yaruo, menjawab dengan suara tersekat, "Setelah operasi oleh Dokter Su, entah mengapa kau terus tak sadarkan diri... Baru beberapa jam kemudian, jarimu baru bergerak sedikit... Kau tahu bagaimana rasa takut kami saat itu?"
"Sudah, biarkan Yaru beristirahat... Nanti saat kondisi tubuhnya membaik, kau bisa jelaskan perlahan." Jiang Jun menopang bahu Gu Qingyou, memberikan hiburan padanya.
Gu Qingyou mengangguk, mengembalikan tangan An Yaruo ke dalam selimut. "Istirahatlah baik-baik... Dokter Su mengatakan kau perlu bedrest total selama beberapa minggu ke depan."
"Baik."
Kelelahan fisik membuat An Yaruo tak punya tenaga untuk bertanya lebih lanjut.
Tak lama kemudian, semua orang di kamar pasien pun pergi meninggalkannya, mengembalikan kesunyian seperti semula.
Dengan mata terpejam, An Yaruo teringat penjelasan Gu Qingyou tadi tentang kondisinya yang sempat koma tanpa penyebab jelas.
Mengapa dirinya bisa tak sadarkan diri?
Apakah tekadnya sempat goyah?
Tidak, dia sudah mempersiapkan diri untuk memulai hidup baru, bahkan bertekad merawat kedua anaknya dengan baik... Sama sekali tidak ada pikiran negatif dalam benaknya...
Atau jangan-jangan selama ini dia membohongi diri sendiri? Sebenarnya belum bisa melupakan Que Yan, sehingga merasa kehidupan sekarang tak bermakna... Lalu memilih terlelap dalam koma?
Rasa pedih yang kini menggerogoti hatinya—apakah juga karena masih memikirkannya?
Benarkah dia tak sanggup melupakan pria itu?
……
Lyon.
Que Yan bersandar di kursi kulit asli kantornya, memejamkan mata untuk istirahat sebentar.
Ia tak biasa tidur siang, namun sejak mengambil alih Grup Que hari-hari ini, karena beban jadwal harian yang padat, akhirnya memilih tidur sebentar di siang hari tanpa mengizinkan gangguan siapapun.
Tiba-tiba, ia tersentak bangun dari tidur pulas, seakan baru melewati mimpi buruk, keringat dingin mengucur deras di dahinya.
Tatapannya panik mencari-cari bayangan An Yaruo, baru menyadari dirinya masih berada di kantor, bukan dalam situasi mimpi. Seketika ia menghela napas lega, mulai mengingat-ingat mimpi tadi.
Hingga saat ini, rasa ketakutan tertunda masih menyelimutinya.
Ya, ia ternyata bermimpi melihat Yaru terbaring tak sadarkan diri di ranjang pasien. Tak peduli sekeras apa ia memanggil, sang wanita tetap tak kunjung sadar...
Saat itu ia menangis di tepi ranjangnya, berbisik bahwa asalkan dia mau bangun, ia rela meninggalkan segalanya...
Que Yan tak tahu arti mimpi ini, namun kerinduannya pada An Yaruo begitu membara...
Kerinduan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, berharap bisa melihatnya segera.
Usai mengusap keringat dingin di dahinya, Que Yan memanggil Xu Ran masuk.
Xu Ran melihat wajah Que Yan yang pucat, bertanya penuh perhatian, "Direktur Que, apakah istirahat Anda kurang nyaman?"
Que Yan duduk tegak, seolah masih terperangkap dalam ketakutan dari mimpi itu. Tangannya tergenggam erat menopang dahi, mata terpejam, mencoba menenangkan hati yang bergejolak. "Apa yang dilakukan Yaru dua hari terakhir ini?"
Xu Ran merasakan ada sedikit keanehan pada Que Yan, tetapi tidak berani menanyakannya. "Nona An tidak ada yang istimewa, setiap hari fokus merawat anak... Oh, hari ini adalah hari ulang tahun anak Qin Qian, Nona An seharusnya hadir di acara ulang tahun yang diadakan Keluarga Qin untuk anak tersebut..."
"Ya, kirimkan foto-fotonya di lokasi ke aku." Memikirkan situasi dalam mimpi, Que Yan saat ini hanya ingin melihat An Yaruo dalam keadaan baik-baik.
"Baik." Xu Ran segera menelepon.
Namun setelah mendapatkan foto-foto di lokasi, Xu Ran ragu-ragu apakah akan menunjukkannya kepada Que Yan.
Que Yan yang sudah menyesuaikan mentalnya, melihat ekspresi bingung Xu Ran, bertanya dengan suara berat, "Ada apa?"
Suara Xu Ran terdengar plin-plan, "Foto-foto di lokasi... foto-foto ini..."
Que Yan mengerutkan alis tak sabar. "Kirimkan."
"Baik."
Dengan berat hati, Xu Ran mengirimkan foto-foto tersebut ke ponsel Que Yan.
Saat membuka ponsel, Que Yan sama sekali tidak menyangka foto pertama yang dilihatnya adalah gambar Su Yize sedang memeluk An Yaruo.
Kerutan di kening Que Yan semakin dalam. "Su Yize masih mengganggunya?"
Xu Ran sedikit mengangkat kepala, menjawab, "Sepertinya kebetulan lagi... Su Yize adalah teman baik Tan Yan, dia juga diundang ke acara ulang tahun."
Que Yan membenci kebetulan seperti ini. "Mengapa Su Yize memeluknya?
Xu Ran berbisik gugup, "Saat itu Nona An tiba-tiba tidak enak badan, Dokter Su segera mengantar Nona An ke rumah sakit..."
Que Yan menggenggam ponselnya erat-erat, hingga jari-jari panjang beruas jelas kehilangan warna darah. "Mengapa kondisi tubuhmu bisa separah ini, sampai beberapa kali harus dirawat di rumah sakit?"
Tegurannya saat ini lebih terasa seperti rasa tersayat hati.
Kemudian, meletakkan ponsel dan menekan tombol telepon internal di meja kerja.
Tak lama, sekretaris masuk dari luar dengan kepala tertunduk hormat. "Direktur Que, ada yang perlu diperintahkan?"
Tatapan Que Yan gelap, suaranya berat. "Tunda semua urusan bisnis saya selama tiga hari ke depan. Saya ada urusan pribadi yang harus diselesaikan."
"Baik."
Setelah sekretaris mundur, Que Yan bangkit dari kursi kulit asli, mengambil mantel jas yang tergantung di kursi. "Siapkan pesawat, sekarang juga ke Kota C."
"Baik." Xu Ran segera menangani perintah itu.
