Bab 780: Sekali Lagi Memohon Maafnya
"Meski An Yaruo menyembunyikannya dengan baik, Gu Qingyou tetap bisa melihat kesepian di relung hatinya." "Benarkah tidak ada sesaat pun kau menyesal?"
Tatapan An Yaruo tetap lembut memandangi beberapa anak yang sedang bermain, dengan tenang menjawab, "Tidak ada penyesalan, hanya penyesalan."
"Aku percaya hubungan Que Yan dan Huo Yutong sampai saat ini masih tanpa perasaan. Asalkan kau mau... Que Yan tetap akan segera bercerai dengan Huo Yutong dan bersamamu." Gu Qingyou berkata serius.
An Yaruo menggelengkan kepala. "Bahkan jika kami bersama seperti ini, tak akan bahagia. Karena dia tidak mencintaiku, yang dia cintai adalah kariernya."
Gu Qingyou tak tahan menghela napas. "Kalau memang tidak mungkin bersama lagi, lebih baik jangan dipikirkan lagi, hanya menambah kesedihan."
"Aku hanya butuh waktu untuk move on, tapi aku masih sadar." Terbenam dalam kesedihan, bola mata An Yaruo perlahan kehilangan fokus.
Gu Qingyou memeluk An Yaruo dengan lembut, memberikan penghiburan. "Aku akan selalu mendukung setiap keputusanmu, seperti dulu kau mendukungku."
An Yaruo menyandarkan kepala di bahu Gu Qingyou, tak tahan tersenyum, "Jadi, nanti meski sendirian aku tak akan kesepian. Karena ada kamu... ada kalian, aku akan baik-baik saja."
"Jangan bicara begitu, kau tak akan sendirian... Pada akhirnya akan ada pria yang pantas kau cintai muncul, merawatmu seumur hidup." Gu Qingyou berkata sungguh-sungguh.
Ekspresi wajah An Yaruo terlihat getir. "Benarkah orang seperti itu ada?"
Gu Qingyou melepaskan An Yaruo dengan lembut, menatapnya dengan serius. "Tentu saja, Tuhan tidak akan menzalimimu seperti ini, karena orang baik akan mendapat balasan baik. Kalimat itu masih yang pernah kau ucapkan padaku dulu."
An Yaruo tersenyum lembut, namun kilatan air mata samar terlihat di matanya. "Nanti aku tidak akan turun... Aku tidak sanggup menahan."
Ya, dia tidak bisa menghadapinya, bahkan sekadar makan semeja pun.
Tak ada yang tahu betapa kesepian dan pedihnya hatinya saat ini. Begitu kuatnya kerinduannya untuk terus bersamanya, menikmati kehangatan dalam pangkuannya...
Jika terus berhadapan dengannya, dia sungguh takut tidak bisa bertahan.
Gu Qingyou tentu memahami perasaan An Yaruo saat ini. Dia mengangguk. "Nanti akan kukatakan kau tidak enak badan. Turunlah setelah Que Yan pergi untuk makan."
"Baik."
……
Que Yan yang tidak melihat An Yaruo di meja makan ternyata tidak bisa lagi membuat ekspresi rileks di wajahnya.
Meski tahu alasan tidak enak badan yang disebutkan Gu Qingyou hanyalah alasan, di relung hati ia paham mungkin dia hanya tak ingin melihatnya lagi.
Dulu ia tak pernah menyangka akan tiba hari dimana dirinya tak lagi dicintainya... Baru sekarang ia sadar, ternyata dulu hanyalah arogansinya sendiri.
Benar-benar dirinya telah kehilangan dia...
Mustahil lagi diberi kesempatan...
Ia telah benar-benar kehilangannya.
Baru di detik ini ia merasakan dengan jelas: rupanya kehilangannya begitu menyiksa, rupanya tanpa dirinya, karier yang selama ini dibanggakan pun menjadi tak bermakna...
"Rupanya jika waktu bisa diputar kembali, ia rela melepaskan usaha keluarga Que, asalkan dia tetap ada di sisinya."
"Sayangnya penyesalan ini semua sudah terlambat..."
"Kini apapun yang ia katakan padanya, tak mungkin lagi dia memaafkannya."
"Buktinya meski mereka sudah memiliki anak kedua, tak juga diberi kesempatan..."
"Lagi pula buat apa ia masih menahan diri di sini mengganggunya?"
"Dunianya sudah benar-benar menjauhinya, tak mau lagi kehadirannya menyela."
……
"Usai makan siang perayaan ulang tahun Xixi, An Yaruo menunggu Gu Qingyou di sofa lantai dua."
"Tadi di balik jendela kaca, An Yaruo melihat Que Yan yang menyetir mobil pergi sendiri. Saat itu, hatinya terasa hampa bagai dikorek habis sesuatu."
"Que Yan makan tanpa sepatah kata, langsung pergi setelahnya... jelas terlihat suasana hatinya tidak baik," Gu Qingyou melaporkan jujur pada An Yaruo.
"Mungkin hanya sisa keterikatan, tapi hari-hari seperti ini pada akhirnya akan ia lalui juga." Bola mata An Yaruo kemerahan, tatapannya kosong menatap jendela kaca besar.
"Ya... jangan kau pikirkan lagi. Ayo turun makan!" Gu Qingyou menghibur.
An Yaruo menggelengkan kepala. "Tak ada nafsu."
"Tak ada nafsu pun harus makan. Bagaimana nanti kalau perut Sayang kelaparan?" bujuk Gu Qingyou.
Barulah An Yaruo perlahan bangkit dari sofa, ditopang Gu Qingyou.
Tiba-tiba Qin Qian muncul di hadapan mereka.
“Ponsel Direktur Que tertinggal……Aku rasa mungkin tadi diberikan ke Keke untuk main, jadi lupa.” Qin Qian menyerahkan ponsel bisnis Que Yan ke tangan An Yaruo.
An Yaruo ragu-ragu menerima ponsel itu, bergumam pelan, “Barang penting seperti ponsel, kenapa dia bisa lupa juga?”
“Iya, Que Yan sejak dulu bukan orang yang ceroboh, dia selalu sangat hati-hati.” Gu Qingyou juga menunjukkan keraguan.
“Kalau gitu aneh…Ini memang ponsel Direktur Que.” kata Qin Qian.
Tiba-tiba Gu Qingyou menatap An Yaruo dan berkata, “Jangan-jangan dia sengaja meninggalkan ponsel ini, ada pesan yang mau disampaikan untukmu?”
Ekspresi An Yaruo menunjukkan ketidakpercayaan, tapi akhirnya membuka ponsel itu setelah didesak Gu Qingyou dan Qin Qian.
Gu Qingyou dan Qin Qian tak ingin ikut campur urusan privasi mereka, dengan kesepahaman mundur beberapa langkah membiarkan An Yaruo memeriksa sendiri.
Saat An Yaruo bingung cara membuka ponsel itu, sidik jarinya tiba-tiba sudah membuka kunci secara otomatis.
Baru sekarang dia tahu, rupanya ponselnya sudah memasukkan sidik jarinya sejak kapan…Tapi dia benar-benar tak tahu kapan dia mengizinkannya mengakses ponselnya.
Begitu terbuka, sebuah pesan langsung muncul di layar.
“Banyak hal yang ingin kukatakan, tapi aku tahu kau tak mau melihatku…Tapi bisakah kau beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa keberadaanmu di duniaku bukanlah hal tak penting? Hanya saja dulu kupikir kau tak akan meninggalkanku, jadi aku fokus mengejar karier. Andai tahu kau akan pergi dengan tekad sekuat ini, lebih baik aku tak usah meraih semua pencapaian karierku sekarang ini.”
Saat selesai membaca SMS ini, bola mata An Yaruo telah berkemerahan dan terus terasa perih.
"Aku tidak mau kita berakhir seperti ini... Besok malam pukul delapan, aku akan menunggumu di lantai atas hotel tempat pertemuan pertama kita... Aku akan membuktikan bahwa kaulah yang terpenting di duniamu."
Saat membaca sampai di sini, air mata An Yaruo telah meluap dari orbit matanya, menetes perlahan.
Gu Qingyou dan Qin Qian melihat situasi ini, segera mendekat. "Ada apa?"
An Yaruo terpana menyerahkan ponsel berisi pesan itu kepada mereka.
Qin Qian terkejut menutupi mulutnya. "Rupanya Direktur Que sengaja meninggalkan ponsel untukmu..."
Gu Qingyou membaca dengan seksama, matanya juga mulai berkaca-kaca. "Sepertinya Que Yan benar-benar peduli padamu, kalau tidak dia tidak akan meminta maaf seperti ini..."
"Tapi bisakah aku mempercayainya?" suara An Yaruo tersekat oleh isak.
