Bab 789: Rintangan dengan Kematian
Mendengar jelas percakapan antara Que Yan dan ibunya, air mata telah membasahi wajah An Yaruo.
Sebenarnya dia sangat paham, orang tua Que sangat menyayangi Que Yan. Semua yang mereka lakukan adalah demi Que Yan bisa mewarisi bisnis keluarga. Que Yan sendiri juga selalu menghormati orang tuanya, jarang memberontak terhadap mereka...
Tapi kali ini, demi dirinya, Que Yan justru menyakiti hati ibu secara langsung...
Hatinya benar-benar tersayat.
Karena dia tak mau Que Yan memberontak terhadap orang tua hanya demi dirinya, tapi di sisi lain dia juga tak bisa menolak perasaan mendalam Que Yan...
"Bodoh, ngapain nangis?" Setelah memutuskan sambungan telepon, melihat wajah An Yaruo yang basah oleh air mata, Que Yan dengan hati tersayat mengusap air matanya menggunakan ibu jari.
An Yaruo tak bisa mengendalikan air matanya. Dengan pandangan kabur, dia menatapnya dalam-dalam. "Kau benar-benar mau meninggalkan Que Corporation demi aku?"
Que Yan tak tahan tertawa. Senyumnya santai seolah urusan yang mereka bicarakan sama sekali tak penting. "Apa kau takut aku tak bisa menghidupimu kalau kehilangan Que Corporation?"
"Di saat seperti ini masih bisa bercanda..." An Yaruo berkata tersekat.
Senyum Que Yan justru semakin lebar. "Bagaimana mungkin aku tak bisa bercanda... Saat ini adalah hari paling bahagia dalam hidupku."
An Yaruo merasa hidungnya terasa pedih. "Kenapa bilang begitu?"
Saat ini, Que Yan menghentikan senyumnya. Tatapannya menembus tajam, dipenuhi perasaan yang meluap. "Aku mengira sudah kehilanganmu... Tapi Tuhan mengasihaniku, memberiku kesempatan untuk memilikimu kembali."
Tidak menemukan Que Yan yang biasa terlalu percaya diri, saat ini menggunakan kata "rasa kasihan". Pandangannya kembali samar-samar oleh air mata. "Benarkah kau merasa ini pantas? Demi aku, kau rela meninggalkan Kelompok Que..."
Que Yan menangkupkan wajah An Yaruo dengan tangan gemetar, tak berkedip memandangi bola matanya yang semakin jernih setelah basah oleh air mata. "Sepanjang hidupku, tak pernah ada momen yang lebih pasti dari sekarang - Aku mencintaimu. Jadi aku rela kehilangan apapun, kecuali dirimu..."
……
An Yaruo tak menyangka keesokan harinya pagi-pagi Que Yan sudah mengajaknya ke Kantor Catatan Sipil.
"Sebenarnya kita tak perlu terburu-buru mendaftar. Lagipula, Ayah Ibu belum tahu urusan kita..." Di perjalanan, An Yaruo berbisik.
Que Yan melingkari pinggangnya, mata amber indahnya berbinar penuh minat. "Jangan jadikan mertua sebagai alasan. Jika mereka tahu kita saling mencintai, pasti takkan protes..."
"Aku hanya khawatir kau tergesa-gesa. Bagaimanapun, yang kau tinggalkan mungkin bernilai 10 miliar..." An Yaruo berkata serius.
Que Yan seketika merangkulnya erat di dada kokohnya, "Saat ini tak ada yang lebih penting dari dirimu..."
Meski menyesali Que Yan harus kehilangan bisnis keluarga, relung hati An Yaruo dipenuhi manisnya pengorbanan ini. "Ini artinya kau lebih memilih cinta daripada kekuasaan?"
Que Yan menjawab dengan sangat serius, "Benar, Nyonya Que."
An Yaruo tertawa terhibur oleh ucapannya. "Meski kau meninggalkan gunung dan sungai ini, aku bisa berjanji padamu bahwa kau tak akan rugi..."
"Benarkah?" Que Yan mengangkat dagu An Yaruo, menatap dalam-dalam.
An Yaruo menatap sorotan mata penuh perasaan Que Yan, di balik sorot matanya terpancar senyuman bahagia. "Karena aku pasti akan menjadi istri yang baik, aku akan merawatmu dan anak kita dengan baik..."
Sudut bibir Que Yan naik sedikit. "Aku percaya."
"Hanya saja..." Tiba-tiba sorot mata An Yaruo meredup. "Kita tak akan bisa punya anak lagi di masa depan, karena aku..."
Que Yan mengangkat jari telunjuknya, tidak membiarkan An Yaruo melanjutkan. "Ini tidak penting... Karena jika kita punya anak lagi, justru aku akan khawatir, mengingat penyakit keluarga kami di masa depan belum tentu bisa disembuhkan."
An Yaruo tersenyum getir. "Ucapanmu hanyalah hiburan belaka... Aku tahu setelah operasimu sukses, penelitian dokter terhadap kondisi keluarga kalian sudah menunjukkan perkembangan baru. Percayalah, tak lama lagi penyakit keturunan keluargamu bisa disembuhkan total."
"Yaruo, aku sungguh-sungguh, satu anak saja sudah cukup bagi kita..." Saat mengucapkan ini, Que Yan mencium rambut An Yaruo dengan penuh kasih.
An Yaruo tahu Que Yan hanya berusaha keras menghiburnya, karena jika memungkinkan, Que Yan pasti ingin punya anak lagi, mengingat ia sangat menyukai anak-anak.
"Maafkan aku..." Ia membiarkan diri masuk ke dalam pelukan Que Yan, suara paraunya penuh penyesalan.
Sebenarnya ia tidak tahu, yang mereka kehilangan kali ini adalah seorang anak laki-laki...
Ini adalah yang diceritakan Su Yize setelah kejadian itu.
Jadi sebenarnya mereka bisa memiliki seorang putra dan putri……
"Bodoh, yang seharusnya minta maaf adalah aku, aku yang tidak merawatmu dengan baik..." Que Yan mencium dalam-dalam dahinya, suara parau penuh penyesalan.
An Yaruo merangkul Que Yan. "Sudahlah... setidaknya kita sudah punya Keke."
"Ya."
……
Mobil segera tiba di depan Kantor Catatan Sipil. Yang tak disangka Que Yan dan An Yaruo, saat turun dari mobil, dari mobil sebelah muncul sosok ibu Que Yan yang anggun.
Melihat ibu Que Yan lagi, An Yaruo tak lagi menemukan secuil kasih di wajahnya, hanya kebencian mendalam.
Meski Que Yan menggenggam tangannya, An Yaruo masih merasa takut pada ibu mertuanya.
"Jangan takut, ada aku di sini."
Que Yan menuntun An Yaruo mendekati ibunya.
Mata ibu Que Yan menyipit tajam seperti mata pedang melihat mereka berpegangan tangan. "Yan'er, jika kau bersikeras menikahi An Yaruo hari ini, ibu akan bunuh diri di hadapanmu... Karena ayahmu dan ibu telah berjuang puluhan tahun mempertahankan usaha keluarga Que, ibu takkan mengizinkanmu mengabaikan semua ini demi wanita biasa!"
Que Yan tersenyum tipis, "Ibu takkan melakukannya, karena ibu sangat menghargai nyawa sendiri..."
Tubuh ibu Que Yan tertegun sejenak, matanya yang tajam menyipit. "Kau tidak percaya?"
Que Yan tetap dengan ekspresi datar, berkata, "Tak ada yang bisa menghalangi aku dan Yaru bersama... Jika Ibu bersikeras merintangi, seperti yang kukatakan sebelumnya, Ibu hanya akan kehilangan anak ini."
Ibu Que Yan dada-nya mulai bergelombang hebat karena emosi, bertanya dengan suara berat, "Kau benar-benar mau memberontak seperti ini terhadap ibumu?"
Que Yan tak lagi menghiraukan ibunya, menarik tangan An Yaruo, langsung bergegas menuju Kantor Catatan Sipil.
An Yaruo melihat wajah ibu Que Yan yang pucat, tiba-tiba menghentikan langkah, melepaskan genggaman Que Yan perlahan. "Kurasakan energi Ibu saat ini benar-benar tidak stabil... Bagaimana kalau urusan pendaftaran pernikahan kita bicarakan nanti? Tenangkan dulu Ibu."
"Tak perlu." Que Yan memuntahkan tiga kata ini dengan datar, lalu merengkuh pergelangan tangan An Yaruo, langsung menuju Kantor Catatan Sipil.
Tapi tak ada yang menyangka...
Saat Que Yan dan An Yaruo sampai di pintu Kantor Catatan Sipil, terdengar gemuruh dahsyat "Byur".
Langsung kerumunan mulai berdesakan, seseorang berteriak, "Ada yang ditabrak sampai mati..."
Wajah Que Yan berubah drastis. Menoleh ke belakang, ia melihat ibunya sudah terbaring di genangan merah.
