Bab 796 Jiang Jun Bertindak
An Yaruo menoleh refleks ke Su Yize, tak percaya ucapannya ternyata terbukti. "Ibu, pelan-pelan bicaranya, apa yang terjadi?" tanyanya sambil berusaha tetap tenang.
"Dua hari ini Ayahmu memberitahuku ada masalah di perusahaan. Awalnya kukira bukan hal serius, tapi tak kusangka begitu Ayahmu sampai rumah tadi malam, sekelompok polisi langsung masuk ke rumah dan membawanya pergi... Mereka bilang Ayahmu diduga terlibat transaksi ilegal, sekarang harus ditahan." Suara Ibu An terdengar panik.
An Yaruo menghibur, "Ibu, jangan khawatir dulu. Untuk hal yang tidak pernah Ayah lakukan, tak mungkin ada yang bisa memfitnahnya... Aku akan segera kembali ke Lyon!"
"Syukurlah kau pulang... Oh ya, kan kau berteman baik dengan Qingyou. Coba minta bantuan Direktur Jiang. Dengan beliau, masalah Ayahmu pasti bisa diselesaikan." Ibu An menangis tersedu.
"Aku tahu, Ibu jangan panik. Aku segera sampai..."
"Baik, Ibu akan coba ke kantor polisi untuk menjenguk Ayahmu... Kau harus cepat-cepat pulang ya!"
"Ya."
Usai menutup telepon dengan ibunya, wajah An Yaruo pucat bagai kertas putih. "Tak kusangka, Ibu Que Yan benar-benar berani bertindak pada orang tuaku."
"Ini cara yang biasa dipakai keluarga kaya. Asal tujuannya tercapai, mereka rela melakukan apa saja," jawab Su Yize dingin.
Teringat sikap penuh kasih Ibu Que Yan saat merawatnya di masa koma Que Yan, relung hati An Yaruo terasa getir. "Apakah kekuasaan benar segalanya di dunia ini?"
Su Yize menggeleng. "Menurutku tidak. Tapi kebanyakan orang di dunia ini memang berpikir begitu."
An Yaruo menutup matanya sebentar dengan berat hati, lalu mengambil dompet yang terletak di sampingnya. "Mohon Dokter Su mengantarku kembali ke Gunung Boming sekarang. Aku akan menghabiskan sedikit waktu di sana dan segera kembali ke Lyon!"
"Baik." Su Yize memanggil pelayan untuk membayar tagihan.
"Maaf, awalnya aku berniat mentraktirmu makan malam. Sekarang acara makan pun batal. Semoga ada kesempatan lain untuk mengundangmu." An Yaruo mengucapkan permintaan maaf.
Tatapan dalam Su Yize tertuju padanya. "Kuharap kau mempertimbangkan dengan serius ucapanku tadi."
An Yaruo menggelengkan kepala tanpa keraguan. "Aku benar-benar tidak cocok untukmu."
……
Meski jawaban An Yaruo tidak memuaskan, Su Yize tetap tidak menganggapnya penting. Ia segera mengantar An Yaruo ke Lanxi.
Mengetahui kondisi ayah An di Lyon, Gu Qingyou tak tahan memaki, "Orang tua Que Yan benar keterlaluan... Memaksakan untuk memisahkanmu dengan Que Yan saja sudah kejam, sekarang malah memaksamu meninggalkan Prancis dan Tiongkok. Mereka ingin hubunganmu dengan Que Yan benar-benar terputus!"
An Yaruo berkata dengan tenang, "Sekarang ini maksud mereka sudah tidak relevan. Yang penting aku harus segera menyelesaikan urusan Ayah..."
Gu Qingyou segera menoleh ke suaminya yang tetap tenang di sampingnya. "Jun, kasus ini jelas-jelas ulah orang tua Que Yan yang menjebak Paman. Kau harus membantu Paman..."
Jiang Jun mengulurkan tangan merangkul bahu istri, memberinya penghiburan. "Selama aku ada, tak apa." Setelah berkata demikian, ia menoleh ke An Yaruo, suara lembutnya terdengar, "Tunggu beberapa menit, aku akan menelepon sekretaris dulu, lalu aku akan ikutmu berangkat ke Lyon."
Gu Qingyou memeluk Jiang Jun. "Aku tahu, meski mereka orang tua Que Yan, kau tak akan tinggal diam."
Jiang Jun menatap lembut istrinya. "Tentu, Que Yan sudah mengecewakan Yaru. Aku belum bisa menagih hutang padanya, ini sudah membuatku merasa bersalah. Bagaimana mungkin sekarang aku biarkan keluarga Que terus menindas Yaru?"
"Ya ya." Gu Qingyou semakin erat memeluk Jiang Jun. "Kau harus selesaikan urusan ini untuk Yaru, dan beri peringatan pada Tante Que, jangan lagi menyusahkan Yaru!"
"Ya." Jiang Jun menunduk mematuk bibir Gu Qingyou. "Aku ganti pakaian dulu, segera berangkat."
Gu Qingyou mengangguk. "Aku tinggal di rumah merawat anak-anak... Kau tak perlu khawatir padaku."
Jiang Jun tak tahan lagi mencium dahi Gu Qingyou, baru kemudian berjalan menuju lantai dua.
An Yaruo sampai di hadapan Gu Qingyou, keningnya berkerut, "Sebenarnya tak seharusnya merepotkan Direktur Jiang ikut, lagipula urusan ini belum jelas, mungkin aku bisa menyelesaikan sendiri..."
Gu Qingyou kesal berkata, "Ibu Que ini sedang menyalahgunakan kekuasaan. Tanpa dukungan yang lebih kuat, dia hanya akan semakin tak kenal takut!"
"Tapi Direktur Jiang begitu sibuk..."
“Perkataan An Yaruo yang belum selesai sudah dipotong oleh Gu Qingyou. "Dia pasti akan menyempatkan waktu untuk urusanmu, karena dia tahu kau adalah sahabat terbaikku."
An Yaruo pun terdiam.
Sejujurnya, dengan kehadiran Jiang Jun, hatinya memang merasa lebih tenang.
Meski bukan kekasih Jiang Jun, ia sangat terkagum-kagum pada kemampuan pria itu. Menurutnya, tak ada manusia di dunia ini yang bisa menandingi Jiang Jun, sehebat apapun dirimu.
Karena itu, di relung hatinya ia selalu bersyukur pada Tuhan, yang mempertemukan sahabatnya dengan sosok yang begitu menyayangi, melindungi, dan kompeten.
Gu Qingyou mulai melunakkan nada bicaranya. "Aku akan membantu Jun menyiapkan barang-barang sederhana. Kau tahu dia sangat pemilih, banyak barang harus yang khusus."
An Yaruo mengangguk.
Gu Qingyou menoleh dengan penuh penyesalan ke Su Yize. "Maaf, ini pertama kalian datang ke rumah kami tapi aku tak bisa menjamu dengan baik. Nanti setelah Yaru kembali dari Lyon, akan kau undang lagi."
Su Yize tersenyum tipis. "Nyonya Jiang terlalu sopan, silakan sibuk."
"Tolong temani Dokter Su sebentar," pesan Gu Qingyou pada An Yaruo sebelum naik ke lantai atas.
Setelah Gu Qingyou pergi, Su Yize memandang An Yaruo dan berkata pelan, "Sepertinya rencanaku gagal. Direktur Jiang akan menjadi perisaimu yang kokoh."
Dengan tenang An Yaruo menjawab, "Aku hanya berharap beliau bisa menyelesaikan ini dengan damai. Aku tak ingin hubungan keluarga Jiang dengan Que menjadi rusak karena diriku."
Su Yize berjalan menghampiri An Yaruo, merangkul bahunya dengan lembut. "Meski saat ini Direktur Jiang membantumu, aku tetap ingin mengatakan... Perasaanku padamu tulus, usahaku mendekatimu sungguh-sungguh. Beri aku kesempatan menjadi dukunganmu di masa depan, melindungimu dari segala badai."
An Yaruo menatap Su Yize tanpa melepaskan pelukannya, berkata serius, "Saat ini aku benar-benar tak punya keinginan itu... Tapi entah di masa depan apakah akan berubah, aku sendiri tak tahu."
"Tak apa, aku bisa menantimu. Menunggu kau melepaskan masa lalu dan bersedia memulai segalanya dari awal..." Su Yize menatap dalam-dalam ke bola matanya yang jernih sambil berkata demikian.
"Kelebihan apa yang kumiliki sampai..."
Suara parau An Yaruo dipotong Su Yize. "Jangan pernah meragukan dirimu sendiri. Kau selalu bisa membuat orang terpesona padamu."
An Yaruo tersenyum. "Kalau bukan karena tahu kau seorang dokter, ucapanku ini mungkin akan kukira sebagai rayuan playboy yang hanya ingin menyenangkan hati perempuan."
Su Yize menatapnya, menjawab dengan suara tenang nan mantap, "Seumur hidup, ini pertama kalinya aku mengungkapkan perasaan pada perempuan."
