Bab 799: Ia Tak Ingin Menunggu Lagi
Keesokan harinya.
Berkat campur tangan Que Yan, ayah An akhirnya bisa dibebaskan.
Melihat ayahnya yang lesu setelah dua malam di kantor polisi, An Yaruo berbisik lirih, "Ayah... maafkan aku telah merepotkanmu..."
Ayah An hendak menenangkan anaknya, tiba-tiba tatapannya tertuju ke depan.
An Yaruo menyadari tatapan ayahnya, mengikuti pandangannya, dan pada detik berikutnya, sedikit membeku.
Terlihat Que Yan yang mengenakan setelan jas dengan potongan sempurna turun dari mobil bisnis bernilai selangit, kaki panjangnya sudah melangkah ke arah mereka.
"Saya sungguh menyesal telah menyebabkan masalah sebesar ini untuk Paman, harap Paman tidak mempersoalkan tindakan orang tua saya. Saya berjanji, kejadian seperti ini takkan terulang di masa depan."
Que Yan meminta maaf dengan tulus kepada ayah Que.
Suara lembut ayah An menjawab, "Saya tahu orang tuamu selalu menganggap keluarga An ingin mengangkat status dengan keluarga Que. Tapi kemiskinan kami tak mengurangi tekad kami. Tolong sampaikan pada orang tuamu - Yaruo kami takkan pernah menikah ke keluarga Que!"
Que Yan terpana.
Ibu An mencengkeram lengan ayah An dengan kuat, lalu tersenyum pada Que Yan, "Ucapan ayah Yaruo memang terdengar kasar, tapi itu kebenaran... Jadi tolong bicarakan baik-baik dengan orang tuamu. Jangan biarkan mereka menyusahkan keluarga sederhana seperti kami lagi. Untuk yang sudah terjadi, mari kita lupakan saja."
Que Yan berkata serius, "Saya akan berusaha maksimal memberikan kompensasi atas kerugian besar yang dialami paman dan perusahaan paman."
Ayah An tidak menjawab, hanya mendesah pelan sebelum merangkul bahu An Yaruo. "Ayo kita pergi!"
Que Yan menoleh ke arah An Yaruo, tapi gadis itu menghindari tatapannya, mengikuti ayahnya menuju mobil mereka.
……
Begitu masuk mobil, ibu An langsung mengomel, "Ayah ini... Tadi kenapa bicara sekasar itu..."
Ayah An melihat anaknya yang duduk di kursi penumpang, menjawab demikian, "Aku saat ini bersyukur Yaruo tidak bersama Que Yan. Jika mereka benar-benar bersama, setiap hari memiliki orang tua seperti ini yang merusak dari dalam, penderitaan Yaruo tidak tahu kapan akan berakhir..."
"Ucapanmu ada benarnya juga... Orang tua Que yang mata duitan ini, bahkan setelah Yaruo dan Que Yan sudah putus masih memusnahkan sampai ke akar. Jika Yaruo benar-benar masuk ke keluarga Que, tidak bisa dibayangkan bagaimana dia akan ditindas!" Ibu An berkata dengan emosi.
An Yaruo tidak memberikan komentar apapun terhadap perkataan orang tuanya. Tatapannya diam-diam menatap ke depan, namun terasa sangat kesepian.
Mengapa ia terus-terusan muncul di hadapannya seperti ini?
Tahukah dia, setiap detik dan menit saat melihatnya, betapa pedih hati ini?
Dia tidak ingin menyalahkannya, tapi sungguh sulit menanggung...
Dulu ia pernah mengucapkan sumpah kuat seperti gunung dan laut, mengapa tiba-tiba bisa melepas perasaan mereka...
Sekalipun dipaksa oleh keadaan, bagaimana bisa bersikap tegas dan tanpa ragu seperti ini?
Cintanya padanya...
Benarkah sedalam yang pernah diucapkannya dulu?
Dengan berat hati menutup mata, An Yaruo merasakan hatinya sudah sakit sampai mati rasa.
……
Grup Que.
Memikirkan An Yaruo yang sejak pagi sama sekali tidak memandangnya, hati Que Yan seperti tercabik. "Aku tidak mau menunggu lagi! Jika terus begini, mungkin aku benar-benar akan kehilangan Yaruo!"
Jiang Jun menatap anggur merah yang bergoyang di gelasnya, ujung bibirnya sedikit melengkung, mengucapkan tiga kata, "Hukuman di dunia ini."
Que Yan mendengar, mata dinginnya menyapu pandangan ke arah Jiang Jun.
Jiang Jun malah mengangkat anggur merah di tangannya, minum perlahan. "Setelah bertemu Huo Yutong kemarin, baru kusadari wanita ini begitu licik, selama ini aku benar-benar meremehkannya!"
"Lihat saja bagaimana dia dulu memberi strategi pada Su Mo, membuat Su Mo menciptakan begitu banyak masalah untukmu dan Qingyou, sudah jelas dia ahli dalam taktik licik." Que Yan berkata demikian.
"Katakan, bagaimana kau ingin kubantu?" Jiang Jun menyunggingkan senyum di bibirnya.
Que Yan menyipitkan mata sipitnya. "Menurutku, kau sekarang seperti sedang menikmati keributan ini?"
Jiang Jun mengangkat ujung alisnya, "Ada?"
Que Yan mendengus, "Aku ingin segera mengakhiri hari-hari seperti ini. Untuk mengakhiri urusan ini, kau hanya perlu membantuku melakukan satu hal..."
"Bicarakan."
……
Malam hari.
An Yaruo keluar dari kamar mandi setelah mandi, tiba-tiba ponselnya berdering.
Ia sedang menyeka rambut basahnya, jadi tidak melihat layar ponsel, langsung menekan tombol penerimaan.
Tak disangka, di seberang sana ternyata Huo Yutong.
"Kudengar kau pulang ke Lyon untuk urusan ayahmu, dan yang turun tangan menyelesaikan adalah Jiang Jun... Kau beruntung punya Gu Qingyou sebagai pohon besar untuk berteduh."
An Yaruo terkejut dengan ucapan Huo Yutong. Apakah Huo Yutong sama sekali tidak tahu bahwa yang sebenarnya menyelesaikan urusannya adalah Que Yan?
“Sepertinya kau yang memprovokasi orang tua Que untuk memusnahkan sampai ke akar!” An Yaruo menjawab dengan suara dingin.
Huo Yutong terkecil tipis, “Urusan ini sungguh kau tuduhkan padaku dengan tak bersalah… Tindakan Tante Que ini hanya ingin menyenangkanku saja, kau tahu kan, Tante Que sangat khawatir aku akan meninggalkan Que Yan…”
An Yaruo bersiap memutuskan sambungan.
Tak disangka, Huo Yutong menebak pikirannya saat ini, menyusul berkata, “Sebenarnya telepon ini bukan aku yang ingin menghubungimu, melainkan Tante Que yang menyuruhku…”
Mendengar ini, gerakan An Yaruo terhenti sejenak.
Huo Yutong melanjutkan, “Setelah Que Yan tahu urusan ini, dia marah besar pada ibunya. Ibu juga merasa sudah keterlaluan padamu, jadi berencana mengajakmu makan besok untuk meminta maaf… Sejak saat itu berdamai dan tak ada urusan lagi.”
“Tak perlu.” An Yaruo langsung menolak.
Huo Yutong tersenyum sinis, “Jangan-jangan Nona An ini pelit sekali, bahkan saat Tante Que sendiri yang mau minta maaf, kau tetap tak mau menerima? Haruskah hubungan Tante Que dan Que Yan semakin memburuk baru kau puas?”
Ini bukan hasil yang diinginkannya, An Yaruo membeku.
“Besok pukul 10, Tante Que akan menantimu di Kafe Chunyi. Harap datang tepat waktu… Tentu kau juga bisa memilih tidak datang, lagipula mungkin kau memang ingin melihat hubungan mereka semakin memburuk.” Setelah berkata dingin, Huo Yutong memutuskan telepon.
An Yaruo duduk di sofa, tak lagi berminat menyeka rambut yang masih basah, terperangkap dalam pikiran.
Dia tahu undangan Ibu Que Yan dan Huo Yutong ke kafe pasti bukan untuk meminta maaf...
Orang sombong seperti Ibu Que Yan takkan melakukan hal merendahkan diri seperti itu, pasti ada tujuan lain di baliknya.
Tapi...
Jika dia tidak menemui Ibu Que Yan, sang ibu pasti akan membuat drama di hadapan Que Yan, menyebutnya tinggi hati...
Dia yakin Que Yan takkan percaya, tapi hubungan ibu-anak itu pasti semakin memburuk.
Ini bukan hasil yang diinginkannya.
Meski kini kecewa padanya, dia tetap berharap ia hidup bahagia...
Pekerjaannya yang melelahkan setiap hari sudah cukup, tak perlu ditambah beban pikiran.
Jadi, dia memutuskan menemui Ibu Que Yan besok...
Kali ini, untuk menghentikan niat jahat sang ibu, dia akan berjanji takkan pernah lagi bertemu Que Yan.
