Bab 800 Skenario dalam Hati
Di ruang tamu terang rumah Que, Huo Yutong duduk di sofa berkata lembut, "Ibu, aku tidak bisa memastikan melalui telepon apakah An Yaruo akan datang besok."
Ibu Que Yan duduk berseberangan dengan ekspresi dingin. "Dia pasti datang. Selama masih mencintai putraku, dia takkan menolak."
Huo Yutong mengangguk. "Apa rencana Ibu untuk An Yaruo besok?"
Ibu Que Yan menyeringai sinis, "Kalau si perempuan tak tahu diri ini masih mau mengganggu putraku, aku akan membuatnya TAK BISA lagi mendekati Que Yan selamanya!"
Mendengar kabar itu, wajah Huo Yutong menunjukkan ketakutan, segera berkata, "Ibu, Anda jangan melakukan hal sebodoh itu ya..."
Ibu Que Yan menenangkan, "Tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun pada An Yaruo, aku hanya ingin memberinya pelajaran, membuatnya sejak saat ini tidak berani lagi mengganggu Que Yan..."
Huo Yutong menghela napas lega, namun dengan pertimbangan berkata, "Ibu, kalau urusan ini sampai diketahui Que Yan, aku mungkin..."
Ibu Que Yan mendengus, "Aku ibunya, meski dia tahu, apa yang bisa dia lakukan padaku? Meski sebelumnya dia sangat ingin menikahi An Yaruo, bukankah sekarang dia sudah patuh bersamamu?"
"Kalau begitu... aku menunggu kabar baik dari Ibu." Senyuman kelembutan merekah di wajah Huo Yutong.
Ibu Que Yan mengangguk, dengan wajah penuh kasih berkata, "Tenang, selama aku ada, An Yaruo jangan harap bisa memasuki pintu keluarga Que!"
……
Kelompok Que.
Malam yang sunyi, Que Yan duduk sendirian di sofa kulit hitam kantornya, memegang segelas anggur merah, terperangkap dalam pikiran yang muram.
Tiba-tiba, Xu Ran masuk dari luar, memotong renungannya saat ini.
"Direktur Que, hamba terus mengawasi Nona Huo, menemukan bahwa hari ini Nona Huo menelepon Nona An. Menurut investigasi hamba, Nona Huo menelpon atas nama Nyonya, meminta Nona An besok datang ke Kafe Chunyi untuk pertemuan, katanya Nyonya ingin meminta maaf secara pribadi." Xu Ran menunduk, sopan melapor.
“Apa permintaan maaf? Mungkin ini jebakan lagi untuk membuat Yaru terjebak.” Que Yan mengerutkan alisnya.
Xu Ran buru-buru bertanya, "Direktur Que, apakah hamba perlu memberi tahu Nona An untuk jangan memenuhi undangan itu?"
Que Yan menggelengkan kepala. "Jika Yaru tidak datang, ini pasti akan mencurigakan Ibu. Aku tak mau ada komplikasi sebelum rencana sukses. Jadi Yaru harus pergi, kita cukup kirim orang diam-diam melindunginya."
"Baik, hamba akan atur orang untuk melindungi Nona An." Kata Xu Ran.
"Tanpa kau yang langsung menjaga, aku tak percaya." Suara Que Yan berat.
Xu Ran tampak ragu, "Tapi besok Direktur akan bertemu Direktur Huo. Jika hamba tak mendampingi, nanti Nyonya mungkin curiga."
"Maka beritahu Ye Shuo... Hanya jika Jiang Jun yang melindungi Yaru, aku bisa tenang." Que Yan berkata dingin.
"Baik, hamba segera beri tahu Asisten Khusus Ye." Setelah itu, Xu Ran keluar dari kantor.
Que Yan menunduk melihat anggur merah di tangannya, bola mata amber-nya melontarkan tatapan tajam.
Huo Yutong terus-menerus menghasut ibunya menyakiti Yaru - biarlah dia menanggung konsekuensi terhadap keluarga Huo!
Jika rencana lancar, sebulan lagi keluarga Huo akan lenyap dari dunia bisnis, digantikan keluarga An!
Saat pikiran Que Yan sampai di situ, terdengar suara sepatu hak tinggi mendekat.
Que Yan sudah tahu siapa yang datang, dengan tenang mengangkat gelas anggurnya dan menyesap.
"Que Yan."
“Huo Yutong berkain panjang elegan, wajahnya dihiasi senyum manis nan lembut, meletakkan panci sup yang dibawanya di atas meja kerja.”
Que Yan memandang ke arah Huo Yutong, nadanya datar, “Sudah larut begini, kenapa kau datang?”
Huo Yutong berbalik badan, menatap wajah tampan Que Yan. “Ibu membuatkan sup, rasanya enak... Aku pikir kerjamu pasti melelahkan, jadi kubawakan ke sini.”
“Terima kasih.” Setelah berkata, Que Yan menepuk perlahan tempat duduk di sampingnya. “Kemarilah duduk.”
Huo Yutong mengangguk, duduk anggun di sofa namun tidak mendekati Que Yan. “Ada sesuatu yang tak tahu harus kusampaikan atau tidak.”
“Katakanlah.” Usai berkata, dia meninggalkan sofa dan berjalan ke rak minuman di kantor, menuangkan segelas anggur merah untuk Huo Yutong.
Saat menerima anggur, Huo Yutong berkata serius, “Ibu menyuruhku menelepon Nona An hari ini, katanya ingin meminta maaf langsung padanya...”
Que Yan mengangguk, kembali duduk di sofa. “Bagus, akhirnya beliau mulai membuka gua kosong...”
Huo Yutong mengerutkan alis, “Tapi kurasa Ibu tidak tulus ingin meminta maaf, karena beliau bilang... setelah kali ini, dijamin Nona An tak akan lagi mengganggumu!”
Wajah Que Yan langsung menjadi muram. “Benarkah? Ibu berkata begitu padamu?”
Huo Yutong mendesah pelan, "Sebenarnya, meski dalam hati aku berharap Nona An tak akan punya hubungan lagi denganmu, aku juga tak ingin melihat Ibu menyulitkan Nona An... Lagipula, aku sangat paham Nona An adalah gadis baik. Andaikan dia punya koneksi yang memadai, kalian berdua benar-benar cocok."
"Kau tak perlu memuji orang lain seperti itu. Sebenarnya kau juga baik." Suara Que Yan yang terpengaruh alkohol terdengar parau, terdengar lebih menggoda dari biasanya.
Huo Yutong perlahan mengangkat kepalanya, bulu matanya yang lentik berkedip-kedip, matanya tak berkedip sedetik pun menatap Que Yan. "Kau serius?"
"Tentu saja." Que Yan menatap dalam-dalam ke bola mata indah Huo Yutong. "Dulu aku tak terlalu mengenalmu, jadi selalu mengira kau pasti seperti putri kaya biasa yang sombong dan sewenang-wenang... Sampai kita membangun pernikahan, kau menghadapi pengabaianku tanpa sedikit pun kecewa, bahkan akhirnya tegas menandatangani perjanjian cerai... Semua ini membuktikan kau adalah gadis baik."
Mendengar itu, mata Huo Yutong sedikit memerah, seolah tersentuh oleh ucapan Que Yan. "Menurutku mencintai seseorang tak harus menaklukkannya. Asal melihat kebahagiaannya dari jauh, aku sudah puas... Jadi saat tahu kalian dan Nona An tak bisa bersama karena ancaman nyawa dari Paman dan Ibu, sebenarnya hatiku sangat menyesali nasib kalian. Karena kuyakin kebahagiaan terbesarmu adalah bersama Nona An..."
Que Yan mengangkat gelas anggur dan meneguknya, terdiam sejenak. "Hanya bisa dikatakan bahwa aku dan dia berjodoh tapi tak bersatu... Hanya berharap di masa depan, dia bisa menemukan seseorang yang benar-benar bisa melindungi dan merawatnya."
Huo Yutong mencoba menghibur, "Pasti... Nona An yang baik hati seperti itu, pasti akan ada orang seperti itu yang membawa kebahagiaan untuk Nona An."
Que Yan menutup matanya sejenak seolah terluka, lalu mengangkat gelas ke arah Huo Yutong. "Sudahlah, temani aku minum beberapa gelas dengan tenang..."
"Baik." Huo Yutong menunduk, sorot matanya yang dalam berkilauan sambil menyeruput anggur perlahan.
Que Yan menghabiskan seluruh isi gelasnya dalam sekali teguk, lalu berkata tegas, "Aku akan memperingatkan ibuku! Jika dia masih berani menyakiti Yaru, jangan salahkan aku sebagai anaknya yang tak segan bertindak!"
