Bab 802 Sepertinya Aku Di-bius
Baru sekarang An Yaruo menyadari, semua tangisan ibu Que Yan tadi hanyalah akting belaka. Ingin bangkit, tapi seluruh anggota tubuhnya lemas. Panas semakin menjadi-jadi...
Tiba-tiba, dua orang berpenampilan karyawan kafe mendekat untuk memapahnya.
"Nona, Anda tidak enak badan? Biar kami antar ke rumah sakit..."
An Yaruo yang bingung mendengar suara pelayan, berjuang sekuat tenaga. "Lepaskan... lepaskan aku..." Dia tahu dua pelayan ini bukan orang baik, karena tatapan mata mereka memancarkan kelakuan mesum.
Namun ibu Que berkata kepada dua "pelayan", "Maka terima kasih atas bantuan kalian mengantar menantuku ke rumah sakit, dia menderita epilepsi tapi selalu menolak berobat..."
Orang lain di kafe awalnya memperhatikan perjuangannya, tapi karena ibu Que menyebut kata "epilepsi", mereka mengira ini penolakan terhadap pengobatan sehingga tak ada yang membantu.
Dengan lemas, dia dibawa keluar kafe oleh dua pelayan itu.
Perlahan tenaganya habis, sampai akhirnya dimasukkan ke mobil. Tubuhnya semakin membara, dorongan untuk melepas pakaian menguat, tapi sisa logika masih ada. Samar dia dengar ibu Que berkata, "Kirim foto setelah urusan selesai, baru aku transfer uang ke rekening kalian, paham?"
Salah satu pelayan terkekeh mesum, "Percayalah, kami pasti 'layani' dia sampai puas..."
Baru saat itu An Yaruo menyadari maksud ibu Que. Dia menggeleng lemah, "Tak mau..."
Tiba-tiba terdengar suara dua pelayan dihajar. Akhirnya mereka terjatuh ke lantai sambil memaki, "Lari..."
“An Yaruo ingin melihat jelas siapa yang datang, tapi saat ini bahkan tak ada tenaga untuk menoleh, hanya mendengar suara pria yang familiar itu berbicara dengan dingin, ”Tante, hutang ini akan kutagih nanti!”
Baru saat ini An Yaruo tahu bahwa yang datang adalah Su Yize. Suaranya sangat menusuk, sejak pertemuan pertama dengannya, dia sudah mengingat suara itu.
Namun, sepasang lengan kuat mengangkatnya keluar dari mobil.
”Yaru, kau baik-baik saja?” Su Yize bertanya dengan tegang.
Suara An Yaruo lemah menjawab, ”Sepertinya aku di-bius... Aku... badan terasa panas...”
Mendengar itu, Su Yize mengernyitkan keningnya dengan kencang, menggigit gigi berkata, ”Tak kusangka Tante Que sampai menggunakan cara rendahan seperti ini untuk menjerumuskanmu!”
An Yaruo menutup matanya dalam keadaan pusing, kehilangan kesadaran.
……
Saat An Yaruo sadar, dia sudah berada di rumah sakit.
Kesadarannya masih berkabut ketika suara penuh perhatian sudah terdengar, ”Apa kau merasa baik?”
Pandangan An Yaruo perlahan menjadi jelas, baru menyadari orang yang menanyainya saat ini adalah Su Yize. Dia duduk di tepi ranjang, alisnya berkerut seolah diliputi kekhawatiran.
”Aku di rumah sakit?” Saat ini dia sudah merasa jauh lebih nyaman, tubuh tak lagi panas tak wajar, kesadaran juga jernih.
”Ya... Apakah ada bagian lain yang masih tidak nyaman?” Su Yize bertanya dengan hati-hati.
An Yaruo menjawab jujur, ”Hanya masih sedikit lemas, selain itu baik-baik saja.”
“Ini tidak apa-apa, mungkin efek obat itu belum habis. Setelah infus ini selesai, kau akan baik-baik saja...” Su Yize menghela napas lega.
“Terima kasih sudah datang tepat waktu. Jika kau tidak datang, mungkin aku...” An Yaruo masih merasakan ketakutan tertunda saat mengingat situasi sebelumnya.
Su Yize membuat wajahnya dingin sambil berkata, “Tenang saja, aku takkan membiarkan keluarga Que menindasmu. Hutang ini akan kunagih dari ibu Que Yan!”
An Yaruo menutup matanya dengan berat hati. “Aku benar-benar tidak menyangka Tante Que masih menipuku... Mengapa hati manusia bisa sekeji ini?”
“Dia memanfaatkan kebaikanmu untuk membuatmu minum air terkutuk itu... Dia ingin menghancurkan reputasimu sehingga tak bisa lagi bersama Que Yan!” Su Yize berkata dengan kemarahan tersembunyi.
“Aku sudah bilang, aku takkan lagi berhubungan dengan Que Yan...” gumam An Yaruo pelan.
“Sayangnya orang seperti ibu Que yang serakah takkan mempercayai siapapun.” ujar Su Yize.
An Yaruo perlahan membuka matanya, terpaku memandang langit-langit. “Tak kubayangkan bagaimana hasilnya jika hari ini kau tidak muncul...”
Su Yize menatap wajah rentan An Yaruo yang membuat hati tersayat, perlahan bertanya, "Kenyataannya, meski ada Direktur Jiang, aku tetap khawatir ada yang menimpamu. Lagipula aku terlalu paham sifat asli Tante Que, takutnya dia akan berbuat nekat padamu di Lyon. Makanya aku ikut ke Lyon bersamamu... Hari ini aku ke rumahmu mencarimu, ibumu bilang kau sedang bertemu teman di pusat kota. Tapi aku ingat kau pernah bilang tak punya teman di Lyon karena selama setahun lebih di sini kau sibuk merawat Que Yan. Jadi aku merasa ada keanehan, lalu mencoba meneleponmu. Sayangnya ponselmu tak diangkat. Khawatir ada masalah, aku lacak nomor teleponmu dan akhirnya menemukanmu di kafe ini. Aku langsung buru-buru ke sini... Syukurlah masih sempat menjagamu."
An Yaruo kembali menutup mata, jelas perasaannya sedang sangat muram saat ini. "Aku buru-buru keluar sampai tak sadar baterai ponsel habis... Untung ada perhatianmu, sampai tak terjadi hal yang tak bisa dipulihkan."
Su Yize bersuara berat, "Dua orang yang disuap ibu Que Yan sudah kuserahkan ke kantor polisi. Tapi mereka bersikeras tak mau membocorkan nama ibu Que Yan. Nanti mungkin kau harus ke kantor polisi memberi keterangan untuk menuduhnya. Tapi sebelum itu, atas nama pacarmu, aku akan ke keluarga Que untuk menuntut keadilan untukmu!"
An Yaruo menggeleng. "Dokter Su, aku tahu kau peduli padaku. Tapi pengaruh keluarga Que di Lyon bukan level yang bisa kau remehkan. Jadi tak ingin kau terlibat dalam keributan ini. Aku akan minta Direktur Jiang menemani ke keluarga Que untuk menagih hutang ini!"
Su Yize menyipitkan mata, "Sebelumnya aku sudah mengklaim di hadapan ibu Que bahwa kau adalah pacarku. Jika kali ini aku tidak menemanimu ke keluarga Que, mungkin ibu Que akan menganggap ucapanku sebelumnya hanya kebohongan!"
"Aku tahu kau ingin melindungiku, tapi sungguh tak perlu menyebut diri sebagai pacarku..." An Yaruo merasa ini membuat Su Yize menderita.
Su Yize menjawab, "Meski aku pernah menyatakan perasaan padamu, kau tak perlu merasa terbebani dengan sebutan ini. Karena tujuanku hanya melindungimu... Setelah semua urusan selesai, apakah kau bersedia menerimaku atau tidak, aku tak akan memaksamu."
An Yaruo akhirnya tak bisa menolak lagi. Dalam pikirannya, jika keluarga Que bisa mempercayai hubungannya dengan Su Yize, mungkin sejak saat itu mereka tak akan lagi menyusahkan dia dan keluarganya...
Memikirkan ini, dia membuka mata dan memandangi Su Yize dengan serius. "Aku tak tahu bagaimana berterima kasih atas bantuanmu, tapi pertemanan denganmu akan kujalin seumur hidup!"
Su Yize tersenyum lembut, "Sahabat?" gumamnya pelan. "Sepertinya kesempatanku benar-benar tipis..."
