Bab 810 Takkan sama sekali mengizinkannya melepaskan
Pagi hari, cahaya mentari seperti serpihan emas tumpah ke kamar pasien, membuat kamar yang awalnya dingin terasa hangat..
An Yaruo duduk di tepi ranjang pasien, memandang wajah tidur putri kecilnya yang tenang dan menggemaskan yang sudah turun demamnya, akhirnya tak lagi tersiksa.
Dia dengan hati-hati merapikan selimut putri kecilnya. Saat itu, terdengar ketukan lembut di pintu kamar pasien. Tangannya yang sedang merapikan selimut terhenti sejenak.
Apakah dia yang datang?
Tidak, tidak mungkin dia...
Qingyou pernah bilang, jika dia datang ke Kota C, Qingyou akan memberitahunya segera agar dia punya waktu untuk meninggalkan kamar pasien dan menghindari pertemuan dengannya.
Memikirkan ini, dia memberanikan diri menjawab, "Masuk." Kemudian melanjutkan merapikan selimut putri kecil dengan tenang.
Orang yang masuk ke kamar pasien ternyata bukan dia, melainkan Gu Qingyou.
An Yaruo tidak menyangka, hatinya masih merasa kecewa. Tapi dia tahu, kekecewaannya saat ini lebih untuk sang putri kecil.
"Que Yan tidak datang ke Kota C. Di Lyon hari ini ada urusan bisnis penting yang harus dia tangani," kata Gu Qingyou dengan suara kesal namun pasrah.
An Yaruo hanya memandang wajah lugu anak perempuannya, menjawab datar, "Tidak apa, Koko anak yang penurut dan mudah dirayu, dia akan baik-baik saja."
"Aku sampai ingin menyalahkan Jun kenapa punya teman seperti ini. Sayangnya Jun sudah berangkat ke perusahaan sejak pagi..." keluh Gu Qingyou kesal.
An Yaruo baru menoleh, tersenyum tipis pada sahabatnya. "Janganlah kau menyalahkan Direktur Jiang. Urusan Que Yan memang tidak ada hubungannya dengannya..."
Wajah Gu Qingyou langsung dingin, tersulut emosi. "Sekarang aku percaya kata-katamu tentang Que Yan yang sudah berubah. Karena Que Yan yang kukenal, takkan mungkin mengabaikan anaknya sendiri."
“Jangan sebutkan dia lagi… Aku belum makan sejak kemarin, sekarang lapar sekali, ayo kita sarapan bersama!” An Yaruo tetap hanya tersenyum tenang.
“Rumah sakit punya sarapan enak, aku akan ambilkan… Kau jangan pergi, aku khawatir Koko bangun tidak melihatmu.” Gu Qingyou kembali menggunakan nada lembut.
An Yaruo mengangguk puas, “Baik, harus diakui, senang punya teman sepertimu.”
Gu Qingyou mencibir, “Seharusnya aku biarkanmu kelaparan, siapa suruh kemarin tidak mau makan.” Setelah berkata demikian, ia tetap berbalik meninggalkan kamar pasien.
Saat sunyi kembali menyelimuti kamar pasien, dengan Koko yang masih tertidur lelap, An Yaruo tak tahan mendekati jendela kaca di kamar itu.
Ini adalah kamar pasien terbaik di Rumah Sakit Jiang Group, pemandangannya pun tentu yang terindah.
Tak hanya bisa melihat taman terbuka di lantai ini, tetapi juga memandang seluruh kota dari ketinggian. Langit hari ini biru safir menyala, bagai perasaannya sendiri - semua awan hitam telah sirna.
Namun entah mengapa, dadanya masih terasa seperti dihimpit sesuatu, membuatnya merasa sesak.
Tiba-tiba, bayangan situasi di Kediaman Que itu terlintas dalam pikirannya, mengingat ekspresi Que Yan saat membela Huo Yutong...
Baru sekarang ia sadar, rupanya, perasaannya pada akhirnya takkan bisa benar-benar pulih.
Ya, bagaimana mungkin menerima kenyataan bahwa seseorang yang begitu dicintai tiba-tiba berubah total? Bagaimana mungkin mempercayai hal ini...
Tapi sekarang semuanya berhasil membuktikan bahwa ia sudah benar-benar berubah, jika tidak, bagaimana mungkin ia tidak datang menemui Koko?
Memikirkan hal itu, An Yaruo menundukkan bulu matanya dengan ekspresi kesepian.
Sepertinya, dia benar-benar bisa melupakannya...
Karena, dia bukan lagi pria yang dicintainya dulu.
……
Di kamar pasien VIP lain Rumah Sakit Jiang Group, Que Yan tegak berdiri di depan jendela kaca, menyaksikan An Yaruo yang sedang bengong dan kesepian saat ini.
Tak ada yang tahu, perasaannya sedang sangat muram untuk pertama kalinya dalam hidup merasakan kekalahan dan ketidakberdayaan seperti itu.
Mereka jelas saling mencintai, jelas terpisah sangat dekat, tapi dia tidak bisa merangkul, merawat, atau menjaga...membuatnya kesepian, kecewa, dan terluka seperti ini.
Hatinya seolah terhalang membran yang menghambat aliran darah, sekejap mata berhenti berdetak, membuat kedua matanya kehilangan jiwa aslinya, menjadi sama-sama sepi dan sunyi.
Jiang Jun memandang bayangan Que Yan, sangat paham perasaannya saat ini, menghiburnya, "Ada Qingyou yang merawatnya, kau bisa mempercayai metode ini."
Que Yan menutup mata yang perih, suaranya dingin, "Mungkin sejak awal aku tidak seharusnya mengejar keuntungan kedua belah pihak."
Jiang Jun tersenyum tipis, "Apakah kau bisa pasrah melihat orang tuamu mengakhiri nyawa?"
Que Yan mengatupkan tinju erat-erat. "Aku benar-benar berharap penyakitku tidak sembuh, sehingga tak ada tanggung jawab yang harus kujalani, juga tidak dibebani harapan orang tua. Aku bisa hidup sesuai keinginan bersama Yaru."
Senyuman di wajah Jiang Jun semakin dalam. "Jika penyakitmu belum sembuh, bagaimana kau bisa memberikan masa depan yang indah pada Yaru?"
Tinju Que Yan yang terus mencengkeram erat akhirnya perlahan melepas. Namun wajah tampannya tetap dingin. "Jika perusahaan ayah mertua bisa mengalahkan Grup Huo dalam tender kali ini, mereka akan meraih ketenaran dalam satu pertempuran. Jika tiga bulan lagi berhasil mengalahkan Huo dan menguasai proyek desa urban terpenting di Kota C, nilai pasar perusahaan ayah mertua akan melonjak drastis, hampir menyamai Huo Group. Saat itulah perusahaan ayah mertua bisa melakukan tekanan kuat pada Grup Huo yang sudah dua kali kalah tender, membuat mereka kewalahan seketika..."
Jiang Jun tersenyum lembut. "Jadi, kau hanya perlu menunggu tiga bulan lagi... Waktu itu tidak lama, bukan?"
Que Yan mengangkat tangan dan menggosok lembut keningnya. "Aku tidak khawatir rencana ini akan ada variabel terbesar. Lagipula masih ada kita yang mendukung Paman dari belakang. Hanya saja tiga bulan terlalu panjang... Aku sangat takut akan kehilangan Yaru."
Saat ini ia sudah merasakan dengan mendalam kekecewaannya yang tuntas padanya. Ia takut dia benar-benar memilih melepaskan dirinya... Apalagi di sisinya sekarang ada dokter hebat yang sedang mengejarnya.
Jiang Jun merendahkan senyuman, menyipitkan mata, menganalisis dengan rasional, "Kau tak boleh punya pikiran untuk menyakiti Su Yize, lagipula, Huo Yutong adalah orang yang teliti, jika dia tahu Su Yize tiba-tiba ada urusan dan tak bisa terus mengejar An Yaruo, dia pasti akan berpikir ini ada hubungannya dengan kita... Begitu dia mencium bau konspirasi, besar kemungkinan dia akan menyadari kompetisi perusahaan Paman dengan Huo Group adalah konspirasi, lalu mungkin meyakinkan Direktur Huo untuk menyerah tender, jika hasilnya seperti itu, keinginanmu agar perusahaan Paman mengalahkan Huo Group dan menggantikannya di kemudian hari, mungkin tak akan terwujud..."
Que Yan melepas tangan, memejamkan mata dengan lelah. "Aku tahu konsekuensinya, cuma memikirkan Yaru yang sekarang hati remuk redam padaku... lebih menyiksa daripada siksaan penyakit yang kuderita selama ini."
Jiang Jun memandangnya dengan tenang. "Hanya bisa kukatakan, saat ini kau harus bertaruh, kecuali kau mau menukar nyawa kedua orang tuamu dengan hubunganmu dan Qingyou, jika tidak, kau harus menjalankan rencana ini, berusaha mencapai hasil yang menguntungkan kedua belah pihak."
Que Yan perlahan membuka mata, menoleh ke jendela kaca kamar pasien seberang, di mana bayangan An Yaruo sudah tak ada lagi, mata amber-nya terlihat bengong, berkata, "Tak akan kuizinkan Yaru melupakanku, sama sekali tak kuinginkan."
