Bab 818 Titik-Titik Kenangan Masa Lalu

　　　　Bab 818 Titik-Titik Kenangan Masa Lalu 　　　　Saat seorang rival hebat muncul di sisinya namun tetap tak bisa menerimanya, barulah dia sadar bahwa bayangan pria itu masih mendalam menempati hatinya. 　　　　Benar, saat ini dia terus mengingat keteguhannya saat menelepon untuk berpisah, lebih-lebih lagi momen ketika ia sekali langsung melupakan sumpah mereka dan berhubungan mesra dengan Huo Yutong. Tapi di saat sama, kenangan manis mereka pun berkelebat... 　　　　Takkan pernah ia lupakan pertemuan pertama mereka. 　　　　Di bawah cahaya lembut lampu hotel yang ambigu, sosoknya jauh lebih tampan daripada dalam foto... 　　　　Mereka bisa bertemu karena dipertemukan oleh bos agensi ekonominya, katanya acara kencan. 　　　　Sebenarnya saat itu dia sudah tahu bahwa "acara kencan" yang dimaksud agensi itu sebenarnya transaksi, tentu saja jika saling suka, transaksi juga bisa disebut kencan... 　　　　Maka malam itu mereka bertemu di hotel yang sudah disepakati. 　　　　Dia benar-benar mengira pria sepertinya, playboy yang suka berpesta pora, pasti bukan pria baik. Jadi meski ia bicara sopan dan santun, semua itu hanya kedok palsu yang sebenarnya hina dan mesum, untung penampilannya menarik... 　　　　Dia diam seribu bahasa. Setelah transaksi selesai, dikiranya cuma memberi cek lalu selesai. Tak disangka, ia tiba-tiba memeluknya dari belakang, mencium lembut punggung mulusnya sambil berbisik penuh penyesalan, "Aku tak tahu ini pertama kalimu, maaf." 　　　　Saat itu dia tak bisa mengungkapkan perasaan di relung hati, hanya merasa suara merdunya ditambah permintaan maaf tulus itu membuat hatinya langsung terasa pedih... 　　　　Lalu ia menulis cek baru dengan angka yang melebihi kesepakatan awal. 　　　　Setelah berpakaian rapi, ia bertanya, "Mengapa memilih jalan ini?" 　　　　Dia tak mau bercerita pada orang asing, hanya menjawab samar, "Terpaksa karena kebutuhan hidup." 　　　　Dia ingat tatapannya yang terlalu rumit saat itu memandanginya, akhirnya, tersenyum perlahan. Senyuman itu takkan pernah dilupakannya, hangat bagai mentari musim dingin. "Jika kehidupan memaksakanmu perlu melakukan ini," katanya, "maka kuharap bisa menjadi satu-satunya untukmu, sampai hidupmu membaik dan tak lagi membutuhkanku." Usai berkata, ia meninggalkan informasi kontaknya lalu berbalik pergi. 　　　　Saat itu dia membeku di tempat sangat lama, memandangi nomor telepon yang ditinggalkannya dengan rasa tak tahu harus berbuat apa... 　　　　Dari pemilik toko dia dengar, pihak mereka biasanya tak meninggalkan kontak. Karena merekalah yang memilih, mereka tak pernah mau identitas atau informasi mereka dibocorkan. 　　　　Jadi, dia tak mengerti, mengapa ia mau meninggalkan nomor telepon untuknya? 　　　　Apa ia tak khawatir dia akan membocorkan informasinya atau mengganggunya? 　　　　Namun bagaimanapun, akhirnya dia menyimpan kontaknya di ponsel. Sejak saat itu, dalam hidupnya muncul seseorang bernama "Que Yan"... 　　　　Entah mengapa, perasaannya padanya semakin bertambah setiap kali mereka bertemu... 　　　　Dia tahu mereka bukan pacaran, karena ia tak pernah menjanjikan masa depan. Tapi setiap kali bersama, mereka bahagia layaknya kekasih, hingga dia mulai membayangkan mungkin ada masa depan... 　　　　Namun suatu hari, ia tiba-tiba menghilang dari dunianya. Saat dihubungi, tak ada jawaban... 　　　　Baru saat itu dia sadar, hubungan mereka telah berakhir. Atau lebih tepatnya, tak pernah ada hubungan - yang ada hanyalah transaksi... 　　　　Dia tidak tahu, di hari-hari awal ketika tidak bisa dihubungi, setiap hari dia menjalani kehidupan seperti mayat berjalan, merasa seluruh dunia terasa suram. 　　　　Setiap saat dia memikirkan dia, sayangnya dia tahu bahwa tidak mungkin ada hubungan di antara mereka, karena dia telah benar-benar meninggalkan dunianya... 　　　　Kabar tentangnya berikutnya datang melalui telepon dari Qingyou. 　　　　Saat itu Qingyou sedang berbicara dengannya, suara familiar itu terdengar melalui telepon, dia terkejut, tidak berani percaya, tapi dia tidak mungkin lupa suaranya, detak jantungnya hampir berhenti saat itu hanya karena tidak percaya dia berada begitu dekat... 　　　　Belakangan dia baru tahu, rupanya dia adalah teman Direktur Jiang. 　　　　Setelah mengetahui fakta ini, dia semakin sadar jarak di antara mereka semakin jauh, karena dia tidak menyangka statusnya lebih terhormat dari yang dibayangkan... 　　　　Dia menyembunyikan fakta kenalannya dari Qingyou, berencana mengubur ingatan tentangnya. Tak disangka, Qingyou yang teliti sudah menangkap jejak hubungan dari reaksinya saat mendengar suara Que Yan. Belakangan, saat sedang melakukan peragaan busana di suatu kota, dia mengalami perundungan dari Mu Ying... 　　　　Tentu saja sekarang dia dan Mu Ying sudah jadi sahabat, hanya saat itu tak ada yang tahu Mu Ying juga wanita yang terbelenggu perasaan... 　　　　Dia akan selalu ingat, saat itu Que Yan tiba-tiba muncul di depan matanya, menyelesaikan kesulitan yang dibuat Mu Ying untuknya - Saat itu di lokasi pertunjukan, Mu Ying menuduh kehilangan perhiasan penting dan mencurigainya sebagai pencurinya. 　　　　Saat itu, dia sama sekali tidak bisa membela diri, karena semua orang mempercayai ucapan Mu Ying, bahkan ingin menggeledah tasnya... 　　　　Dia merasa sangat tak berdaya. Seorang yang selalu kuat, menghadapi tatapan penuh kecurigaan dan tuduhan dari semua orang, dia tak tahu harus berbuat apa. 　　　　Dan saat itulah ia muncul. Tanpa memberi penjelasan sedikit pun pada orang lain, langsung membawanya pergi. Bagaimana ia menyelesaikan urusan ini, dia tidak tahu. Yang dia tahu, saat melihatnya, barulah dia sadar betapa rindunya... 　　　　Sayang, kehadirannya hanya bagai bunga Sansekerta yang sekilas bermekaran. Ia bilang membantu dia hanya karena Qingyou. Hubungan mereka sudah berakhir... 　　　　Saat itu dia merasakan betapa kejamnya pria ini. Kepedihan memuncak, sakit yang teramat sangat. Tapi dia tetap tersenyum padanya, "Siapa yang bilang mau lanjutkan hubungan denganmu?" 　　　　Entah mengapa, setelah ucapannya, ia menghentikan mobil di pinggir jalan, menindihnya di pintu mobil, dan dengan semena-mena menutupi mulutnya dengan ciuman... 　　　　Setelah bercinta, dia benar-benar mengira ini pertanda ia masih peduli. Sayang, setelah gairah di hotel berakhir, segalanya tak berubah sedikit pun... 　　　　Mereka tetap bertentangan. 　　　　Setelahnya mereka kembali tak berhubungan. Dia bahkan pergi ke Korea untuk berkembang, sampai akhirnya tahu dirinya hamil... 　　　　Itu kali kedua dia mengandung anaknya. Dia tak mau menggugurkan, tapi sadar jika mempertahankan bayi, tak bisa beri keluarga utuh. Dilema yang menyiksa... 　　　　Kebetulan saat itu, ibu Que Yan menemukannya. 　　　　Dia tidak tahu bagaimana ibu Que Yan tahu dia hamil. Ibu Que Yan berharap dia bisa melahirkan anak dengan baik. Seperti kesurupan, dia berkata pada ibu Que Yan: Jika mau dia melahirkan anak, berikan anak keluarga utuh - menikahkan dia dengan Que Yan... 　　　　Tak disangka, kalimat yang diucapkannya sembarangan itu benar-benar menjadi kenyataan. 　　　　Ibu Que Yan setuju menikahkan mereka, sementara Que Yan yang tahu tentang kehamilannya juga bersedia membangun pernikahan bersamanya... 　　　　Meski tahu pernikahan ini hanya karena anak, dia tetap dipenuhi harapan akan masa depan mereka...