Bab 838 Dia yang Aktif Menemuinya
Bertahun-tahun kemudian, An Yaruo selalu teringat adegan terakhirnya berbicara dengan Su Yize. Dia berpikir, seandainya memiliki IQ Jiang Jun atau Que Yan, mungkin bisa menebak apa yang akan dilakukan Su Yize di akhir. Sayang, dia gagal memprediksi…
Firasatnya terus menggelisahkan bahwa sesuatu akan terjadi. Tak disangka, setelah mengucapkan "doa bahagia" untuknya, Su Yize justru mengambil ponsel dan menyerahkan diri ke polisi.
Saat itu dia terpaku, lama tak bereaksi. Ketika akhirnya tersadar, Su Yize masih santai menyeruput kopi.
Entah mengapa, air matanya saat itu tumpah tak terkendali.
Su Yize melihat ekspresinya, menyimpan senyuman dari wajahnya. Tatapan dalam dan fokusnya mengarah padanya. Dengan suara lembut ia berkata, "Tak mau menangis. Ini tanggung jawab yang harus kujalani. Sejak awal memang sudah kurencanakan untuk memikul tanggung jawab ini."
Dia tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Lehernya terasa penuh dengan tekanan yang getir.
Tak lama kemudian, polisi muncul. Su Yize tak menoleh, langsung naik ke mobil polisi.
Dia memandangi bayangan punggung Su Yize yang masih tegak seperti dulu, terisak pilu.
Kemudian, Que Yan muncul dalam pandangannya. Memandanginya yang sudah menjadi tumpahan air mata, tatapannya penuh tekanan dan muram.
Dia menundukkan kepala, menghindari kontak mata. Saat mengangkat kepala lagi, bayangan Que Yan sudah tak terlihat.
Selanjutnya Qingyou muncul di hadapannya, menyambutnya dan membawanya pergi dari kafe terbuka yang harum aroma kopinya.
……
Urusan Su Yize sudah lewat seminggu, tapi dia masih belum bisa melupakan. Setiap hari mengurung diri di kamar, bahkan tak merawat Koko.
Saat ini, Qingyou kembali membujuk di sampingnya, "Aku tahu kasus dokter Su sangat memukulmu. Tapi kau tak boleh terus terbenam dalam urusan ini. Kalau begini, orang akan mengira kau dan dokter Su..."
Dengan datar dia menjawab, "Akan mengira aku dan dokter Su bagaimana?"
Qingyou terhenti sejenak, lalu berkata, "Akan berpikir kau mencintai dokter Su."
"Menurutmu?" balasnya membalas bertanya pada sahabatnya.
Qingyou menjawab dengan tenang, "Aku tidak berpikir begitu. Aku hanya merasa urusan dokter Su membuatmu hancur, karena kau benar-benar menganggap dokter Su sebagai sahabat yang sangat baik, namun hasilnya dialah yang paling dalam menipumu."
Dia tersenyum lembut, kemudian menundukkan kelopak mata dan menyandarkan kepala di bahu Qingyou. Perlahan ia berkata, "Aku masih ingat adegan saat ia menghalangi peluru untukku. Tapi rupanya ini juga bagian dari skenario matangnya... Sekarang kusadari, alasan akhirnya ia bisa diselamatkan kembali dari pintu hantu bukan karena upayaku membangunkannya, melainkan karena sejak awal ia sudah tahu tak akan mati. Posisi tembakan itu hasil perhitungan matangnya. Ia tahu akan pingsan, tapi akhirnya pasti sadar kembali..."
Qingyou menghibur dengan menggosok bahunya, berbisik pelan, "Aku tahu kau sangat tangisi, tapi kau benar-benar tak boleh lagi terbenam dalam urusan dokter Su... Paham? Que Yan sudah kembali ke Lyon."
"Aku tahu." Hatinya tenang.
"Kau tahu?" Qingyou mengguncang tubuhnya, mengangkat kepala sang sahabat. Mata jernihnya memandang dengan tak percaya. "Sayang, jangan-jangan... Benarkah kau merencanakan perpisahan dengan Que Yan seperti ini?"
Tatapan kosongnya bertemu panik bola mata sahabatnya, dijawab tenang: "Sebenarnya hari itu ia melihat wajah basah oleh air mata untuk dokter Su. Aku tahu dia sudah salah paham, tapi tak mau menjelaskan."
"Mengapa?" Qingyou tak bisa memahami.
Dia menahan kepahitan yang tiba-tiba menjalar di lehernya, baru bisa berbicara normal. "Karena, di relung hati, aku bukan yang terpenting. Ia selalu bisa mengorbankanku demi orang lain atau incarannya."
Qingyou menggelengkan kepala menyangkal kenyataan ini. "Yaru, percayalah. Di relung hati Que Yan, kaulah yang utama."
Ia terkekecil sinis. "Benarkah?"
Qingyou merangkul bahunya memaksanya mengangkat kepala, menasihati sungguh-sungguh: "Pertama kali ia memilih menikahi Huo Yutong demi karier, itu memang kesalahannya. Tapi kesalahan itu wajar, lagipula selama tiga puluh tahun ia tak pernah berjuang, sementara kau selalu di sisinya saat itu... Ia mengira takkan kehilanganmu. Kedua kali ia mengajak putus demi orang tua, itu pun bukan karena tega menyakitimu, melainkan karena terjepit di antara mereka dan dirimu. Jika harus memilih salah satu, terpaksa kau yang dilukai... Jasa membesarkan orang tua mana bisa dikhianati? Sedangkan untukmu, masih ada seumur hidup untuk menebusnya."
Tak bisa dipungkiri, penjelasan sahabat ini mengguncang hatinya. Bola matanya yang kosong perlahan menemukan fokus. Suara parau bertanya, "Ini analisamu atau kabar dari Que Yan?"
Qingyou berkata sejujurnya, "Ini yang Jun dengar langsung dari mulut Que Yan."
Dengan tenang ia berujar, "Jika ini benar isi hatinya, aku akan menemuinya. Kita perlu berdiskusi lebih lanjut."
Qingyou mendengar kabar itu, senyum lebar. "Kau bilang benar? Kau mau mencari Que Yan?"
"Jika ini benar keinginan dalam relung hatinya, aku mau menemuinya untuk bertanya jelas." Dia tak pernah menjadi pihak pasif dalam hubungan perasaan.
"Baik! Aku akan segera atur pesawat untukmu. Segeralah pergi ke Lyon!" Qingyou langsung menghubungi Jiang Jun untuk mengatur penerbangan.
……
Orang tua sangat menentang ketika tahu dia mau pergi ke Lyon.
Menurut orang tua, dia seharusnya tidak pergi ke Lyon, tapi menunggu Que Yan yang datang. Tapi baginya yang penting adalah penjelasan apa yang bisa diberikan Que Yan setelah pertemuan.
Setibanya di rumah keluarga Que, sikap orang tua Que Yan benar-benar berubah.
Di mata ibu Que, dia melihat tatapan menyayangi yang dulu ditujukan pada Huo Yutong. Seolah tak pernah terjadi apa-apa, ibu Que menarik tangannya duduk di sofa. "Kembali sudah baik, kembali sudah baik..."
Ayah Que memeluk Koko penuh kasihan. Jelas terlihat, meski dulu kasih sayang mereka padanya palsu, kasih pada Koko tulus.
Setelah itu barulah dia tahu dari mulut ibu Que: Que Yan sedang dinas ke luar negeri selama sebulan. Tapi mereka sudah meneleponnya, memberitahu bahwa dirinya telah kembali dan memintanya pulang cepat.
Dia pun tinggal di rumah keluarga Que sambil menanti kepulangan Que Yan.
Sayangnya, seminggu berlalu tanpa kabar dari Que Yan.
"Dia tidak tahu mengapa Que Yan tidak menghubunginya. Jika dia yang terpenting dalam hidupnya, tak mungkin ia terlambat pulang seperti ini..."
Sayangnya, setelah dua minggu berlalu, tanggal kepulangannya masih belum pasti.
Qingyou meneleponnya dengan penuh emosi. "Orang ini memang sulit dihadapi... Kau sudah aktif pergi ke Lyon, apa lagi yang dia mau? Jangan-jangan dia mau kau datang ke tempat dinasnya?"
"Sayangnya aku tidak bertanya ke mana dia dinas. Kalau tidak, mungkin benar-benar bisa kudatangi lokasi dinasnya."
"Aku tahu di mana dia dinas. Tapi, apa kau benar-benar bersedia mencarinya?"
