Bab 849Memiliki Anak Lagi
Putri kecil belum sepenuhnya memahami arti kata 'capek', tapi saat memikirkan harus berpisah dengan ibu, alisnya berkerut dalam-dalam.
Que Yan sengaja berkata, "Yaru, tolong siapkan beberapa baju Koko. Ayah akan berangkat sekarang juga dengan Koko!"
An Yaruo sangat kooperatif, "Baik."
Namun saat ia berpura-pura hendak berbalik untuk merapikan barang, tangan Koko yang selama ini memeluk leher Que Yan mulai melepaskan genggaman. "Ayah, kerjakan tugasmu baik-baik. Koko akan patuh mendengar Mama dan menanti Ayah di sini."
Que Yan menahan senyum, bertanya penuh kasihan, "Koko tega melepas Ayah?"
Putri kecil mengulurkan tangan ke arah An Yaruo. "Koko mau bersama Mama."
Que Yan pura-pura kecewa. "Rupanya Koko tak tega berpisah dengan Ayah hanya bohong belaka. Yang tak tega berpisah adalah dengan Mama..."
Putri kecil langsung geleng-geleng kepala. Bola mata almond indah warisan An Yaruo menatap Que Yan, tangan mungilnya menangkup wajah ayahnya. "Ayah... Koko ingin ikut bekerja, tapi naik pesawat bikin capek. Kalau capek bisa sakit, nanti Ayah harus merawat Koko, Mama juga akan khawatir..."
An Yaruo terkejut, matanya melotot lebar.
Dia harus mengakui, EQ anaknya... sungguh tinggi.
Meski sebenarnya lebih dekat dengan ayah dibanding ibu, tapi bisa mengeluarkan dalih keras seperti ini.
Que Yan tertawa dibuatnya oleh reaksi pintar sang putri kecil. "Baik, kalau begitu patuhi Mama di rumah, Ayah akan segera kembali..."
"Ya." Putri kecil kembali mengulurkan tangan ke arah An Yaruo, seolah takut ayahnya benar-benar akan membawanya pergi.
An Yaruo menggelengkan kepala, lalu membopong sang putri kecil.
Que Yan mencium dahi An Yaruo, suara beratnya bernada berat sebelah, "Aku akan segera kembali."
An Yaruo mengangguk. "Telepon aku begitu sampai Lyon."
Que Yan bersiap pergi, tapi masih berat hati. Di hadapan putrinya, ia menunduk dan mencium An Yaruo dalam-dalam.
Sang putri kecil segera menutupi kedua matanya dengan tangan mungilnya. "Ayah cium Mama, malu-maluin."
Que Yan dan An Yaruo tersenyum serempak, lalu mencium pipi putih sempurna sang putri kecil. Baru kemudian Que Yan pergi.
Setelah menyaksikan sendiri kepergian Que Yan, An Yaruo langsung membawa putrinya ke tempat Linda.
……
Linda sangat menyukai sang putri kecil. Saat ini sambil menggendongnya, ia menirukan suara kekanak-kanakan bertanya, "Koko, kalau Mama bisa memberimu adik laki-laki atau perempuan, kamu lebih suka yang mana?"
Putri kecil tampak menghadapi pertanyaan sulit. Keningnya berkerut, bergejolak cukup lama. "Adik laki-laki..."
"Kenapa?" tanya Linda penasaran.
Putri kecil menjawab dengan tulus, “Karena seperti ini boneka yang dibeli Ayah dan Mama bisa aku mainkan sendiri, adik laki-laki hanya suka main pesawat dan tank…”
Linda tertawa terbahak-bahak. “Pintar, pantaslah jadi anak Direktur Que.”
An Yaruo tersipu, perlahan menggores hidung putri kecil. “Kau ini si egois…”
Putri kecil mengulurkan tangan memeluk An Yaruo. “Mama, apakah aku akan segera punya adik laki-laki atau perempuan?”
“Ini…”
Linda menyambung ucapan An Yaruo, menjawab penuh kasih, “Iya, Koko akan segera punya adik laki-laki atau perempuan…”
Di mata putri kecil langsung terpancar tatapan penuh harap. “Mama, aku mau adik laki-laki…”
……
Asisten Linda membantu menjaga putri kecil, sementara An Yaruo dan Linda menuju ruang operasi.
Namun saat sampai di pintu ruang operasi, tiba-tiba An Yaruo menghentikan langkahnya.
Melihat itu, Linda bertanya penuh perhatian, “Ada apa?”
An Yaruo memandang Linda, menjawab dengan khawatir, “Aku benar-benar takut semakin besar harapan, semakin dalam kekecewaannya.”
Linda tersenyum, merangkul bahu An Yaruo dengan kedua tangan. “Tenang saja, operasi yang tidak punya keyakinan tidak akan kulakukan.”
An Yaruo menundukkan kelopak mata dengan muram. “Tapi dokter Su pernah bilang kondisiku sulit disembuhkan…”
Linda mendengus, “Dia dokter yang hebat, tapi aku jenius di bidang medis, ia tak bisa dibandingkan denganku.”
Kepercayaan diri An Yaruo bertambah, namun hatinya masih berdebar kencang karena gugup. “Apa aku benar… masih bisa punya anak?”
Linda menghibur dengan menepuk bahu An Yaruo. "Setelah operasi selesai, istirahatlah selama dua minggu... Nanti, kau bisa punya anak sebanyak yang kau mau."
An Yaruo merasa malu, tiba-tiba teringat sebuah pertanyaan, bertanya serius, "Linda, jika aku benar-benar masih bisa melahirkan, dan anaknya laki-laki, apakah anak itu akan mewarisi penyakit keluarga seperti Que Yan?"
Linda berpura-pura merenung sejenak, "Jujur saja, sebelum mengobati Que Yan, aku sudah meneliti riwayat penyakit keluarganya. Selain ayahnya, penyakit ini diwarisi selama beberapa generasi... Jadi kemungkinan penurunan memang sangat tinggi, bisa dibilang sembilan puluh persen."
An Yaruo seketika membeku. "Jika begitu, aku..."
Linda tahu An Yaruo sedang memikirkan Su Mo, dengan keras merangkul bahu An Yaruo, berkata tulus, "Tenang saja, aku bisa menyembuhkan Que Yan, pasti juga bisa menyembuhkan anak kalian... Jadi meski anak kalian berikutnya benar laki-laki, dia akan tumbuh sehat."
An Yaruo berkata muram, "Aku hanya khawatir anakku menderita."
Linda bersikap serius, "Tidak akan. Sebenarnya penyakit keturunan keluarga Que ini paling tepat dioperasi saat masih bayi. Que Yan baru dioperasi begitu terlambat hanya karena tak ada yang berani mengoperasinya... Jadi meski anak itu terkena, paling-paling hanya menjalani masa pengobatan singkat saat bayi, prosesnya juga tidak sakit."
"Benarkah?"
"Tentu saja benar... Jika aku tidak yakin, untuk apa kubilang bisa mengobati tubuhmu?"
An Yaruo seketika melakukan tiga tarikan napas dalam-dalam, menunggu hatinya benar-benar kembali tenang, berkata, "Kalau begitu kita lakukan operasi, aku tidak mau ragu-ragu lagi."
Linda memeluk An Yaruo sebentar. "Tenang saja, percayalah padaku."
……
Proses operasi hanya memakan waktu lebih dari satu jam, membuat An Yaruo hampir tidak percaya.
"Apa aku benar-benar sembuh?"
Terbaring di ranjang pasien, menunggu efek bius menghilang, An Yaruo bertanya dengan tegang.
Linda yang mengenakan jas dokter putih berdiri dengan rileks di tepi ranjang pasien, sambil tersenyum berkata, "Pulih atau tidak, Nyonya bisa tahu setelah masa pemulihan dan tidak menggunakan kontrasepsi dengan Direktur Que."
Pipi An Yaruo memerah. "Linda, dari hati yang terdalam, terima kasih telah menyembuhkan Que Yan, juga menyembuhkan aku..."
Linda menggelengkan kepala, sambil berkata, "Kalau mau berterima kasih, berterimakasihlah pada Xiao Ying... Kalau bukan karena dia, aku tidak akan mengobati orang di luar Dark Angel."
"Pantas saja kau tahu kondisi penyakitku, rupanya Xiao Ying yang memberitahumu..." Kilatan air mata syukur muncul di mata An Yaruo.
Linda tersenyum, "Nyonyaku, memang selalu mulut pedang hati tahu."
Suara An Yaruo sedikit serak, "Aku berhutang ucapan terima kasih padanya, pasti akan kusampaikan langsung dari mulutku."
"Istirahatlah yang baik, ingat... selama masa pemulihan dilarang berhubungan intim." Sebelum keluar dari kamar pasien, Linda tak lupa mengingatkan.
Kening An Yaruo berkerut. "...Bagaimana aku menghadapi seseorang itu?"
