Bab 868 Ternyata Ia Sudah Punya Pacar
Saat hari sudah siang pasca operasi, dia dan Shan Yan bersama-sama kembali ke Kota C.
Tentu saja, di pesawat mereka tidak berbicara sama sekali. Turun pesawat, dia langsung kembali ke apartemennya, Shan Yan juga tidak berkata apa-apa.
Tapi saat mengunjungi Xiao Xi di Kediaman Keluarga Gu hari itu, Ibu Gu mengusulkan agar dia tinggal di sana.
Linda bilang, karena operasinya bukan menggunakan pedang sungguhan, jadi tak perlu istirahat total, hanya perlu merawat tubuh agar lebih baik. Jadi, dia dan Shan Yan bisa mulai rencana punya anak kapan saja. Sesuai perkataan Ibu Gu, berharap mereka bisa segera memulai agar penyakit Xiao Xi juga cepat sembuh.
Demi Xiao Xi, akhirnya dia pindah ke Kediaman Keluarga Gu.
Beruntungnya, malam itu Shan Yan tidak berada di Kota C. Ia pergi ke Kota H untuk menangani urusan perusahaan, dan memberi tahu Ibu Gu bahwa besok malam akan kembali ke Kota C.
Tentu saja dia sangat berharap bisa cepat hamil agar bisa menyelamatkan Xiao Xi. Namun dia bersyukur Tuhan memberikannya satu malam untuk mempersiapkan diri, karena benar-benar tidak tahu bagaimana menghadapi Shan Yan.
Malam itu, dia menemani Xiao Xi di kamar anak. Xiao Xi memeluknya sambil bertanya penuh harap, "Mama, Nenek bilang aku akan segera punya adik laki-laki atau perempuan... Benarkah?"
Dengan penuh kasihan dia memandangi anaknya, lalu bertanya lembut, "Ya, apakah Xiao Xi senang?"
Senyum polos merekah di wajah Xiao Xi, "Senang! Nanti aku punya teman bermain."
Menunduk, dia mencium dahi anaknya, "Kau tidak hanya akan punya adik. Ke depannya Ayah Ibu juga akan selalu menemanimu."
"Iya, yang paling membuatku senang adalah Ayah Ibu bersama... Aku harap Ayah Ibu tidak akan berpisah lagi." Xiao Xi menatapnya tanpa berkedip, seolah takut dia tidak berani memberikan janji.
Saat itu tanpa ragu dia membelai dahi Xiao Xi, berkata sungguh-sungguh, "Ayah Ibu tidak akan pernah berpisah lagi. Mama bersumpah padamu."
Demi Xiao Xi, dia akan menghargai pernikahan ini.
Apapun cara Shan Yan memperlakukannya, atau bagaimana sikapnya di kemudian hari, dia akan berusaha sekuat tenaga memberikan rumah yang hangat bagi anaknya.
"Ya, ya." Xiao Xi terlihat puas, akhirnya menutup mata yang mengantuk.
Dia tak tahan mencium dahi Xiao Xi lagi, dalam hati berdoa, semoga Tuhan berbaik hati pada anaknya.
……
Xiao Xi anak yang pintar. Jika dia fokus di rumah menemani anak itu, Xiao Xi pasti akan menyadari kondisinya yang tidak biasa, sehingga mengerti bahwa pernikahannya dengan Shan Yan adalah untuk penyakitnya. Agar tidak melukai Xiao Xi, dia tetap pergi bekerja di Perusahaan Qin seperti biasa.
Di rumah ada Ibu Gu dan Tante Qu yang merawat Xiao Xi, dia merasa tenang.
Setelah cuti beberapa hari, pekerjaan harus dimulai kembali. Dia sibuk sepanjang pagi, bahkan tak sempat minum seteguk air.
Asistennya yang melihatnya tak bersemangat, membuatkan secangkir kopi, tapi ditolaknya.
Karena sedang mempersiapkan kehamilan, dia berencana menghindari minuman berkafein, dan berusaha keras memulihkan kondisi tubuhnya.
Sang asisten yang teliti segera menyadari keanehan perilakunya yang penuh makna, penasaran bertanya, "Manajer Su, jangan-jangan Anda hamil?"
Saat sedang memeriksa proposal, dia mengangkat kepala, melirik asisten muda dengan kesal, "Apa hamil tidak boleh?"
Meski saat ini belum.
Sang asisten langsung menutup mulut, terkejut berkata, "Manajer Su, bukankah Anda belum menikah?"
Merasa lelah, dia pun meletakkan proposal, mengobrol sebentar dengan si asisten untuk menghilangkan penat. "Siapa bilang?" tanyanya balik dengan nada mengejek.
Asisten berkata dengan lidah kelu, "Resepsionis setiap hari bisa mengirimkan bunga untukmu... Jika Anda sudah menikah, apakah pasanganmu masih begitu bergairah? Hanya rival yang akan seperti ini..."
Pantas menjadi asisten yang ditugaskan Tan Yan untuknya, kemampuan analisisnya luar biasa.
Benar, sejak hari pertama dia masuk perusahaan Tan, bunga dari Xiao Chen sudah datang...
Dia mengira saat itu sudah menjelaskan dengan jelas pada Xiao Chen, tak disangka Xiao Chen masih belum menyerah...
Belakangan ini karena urusan Xiao Xi, dia juga lupa tentang masalah Xiao Chen ini. Sekarang dia berencana mencari waktu untuk menjelaskan pada Xiao Chen bahwa dia sudah memiliki anak berusia sembilan tahun, agar jangan lagi menyia-nyiakan waktu padanya.
"Kenyataannya, saya sudah menikah." Alasan dia bersedia membicarakan hal ini dengan asisten adalah agar kehamilannya nanti terlihat wajar, sehingga tidak ada yang bergosip di belakang.
"Benarkah?" Mata kecil asisten berbinar, bertanya penuh harap, "Manajer Su, Anda benar-benar sudah menikah? Lalu pekerjaan pasangan Anda apa? Anda begitu cantik, pasti pasangan Anda juga tampan ya?"
"Xiao Luo, Manajer Su susah payah dapat istirahat siang sebentar, kamu malah mengganggunya di sini... Cepat kembali bekerja, biarkan Manajer Su bernapas."
Suara Tan Yan terdengar, memotong obrolan santai mereka.
Asisten itu melirik Tan Yan, seketika kembali tegas, memanggil dengan hormat "Direktur Tan", lalu bergegas mundur pergi.
Dia membawa gelas air kembali ke posisinya, tak tahan mengejek Tan Yan, "Kau lihat... baru datang sudah membuat asisten kecilku kabur!"
Tan Yan duduk di posisi berlawanan dengannya, tatapan dalamnya mengamati dia.
Dia tersenyum bertanya, "Ada apa?
Tan Yan dengan tegas berkata, "Aku tadi sepertinya mendengar kau bilang sudah menikah?"
Senyumannya perlahan memudar, dengan tenang menjawab, "Kau tidak salah dengar, benar."
"Untuk anak?" Tan Yan bertanya. Saat mengajukan cuti, dia sudah memberitahukan kondisi Xiao Xi.
Dia menunduk, memandang proposal di meja. "Benar."
Tan Yan mengerutkan alis, "Menikah begitu saja tidak terlalu gegabah?"
Dia mengangkat pandangan, memandang sahabat yang memperhatikannya di seberang. "Untuk Xiao Xi, aku tak akan pertimbangkan banyak."
"Kalau begitu katakan padaku, apa kau punya harapan untuk pernikahan ini?" Tan Yan bertanya dengan khawatir.
Tak bisa menahan diri dia mengerutkan kening, ragu berkata, "Aku merasa ucapanmu punya makna tersembunyi." Lagipula Tan Yan bukan tipe yang banyak bicara.
"Karena aku tahu Shan Yan punya pacar." Tan Yan menjawab dengan serius.
Seketika dia membeku, menatap kosong ke Tan Yan. "Kau bilang... dia punya pacar?"
Tan Yan tenang menjawab, "Kurang lebih dua bulan lalu, aku ke Kota H menghadiri pesta amal. Saat itu Shan Yan ditemani seorang wanita. Gerak-gerik mereka memang tidak terlalu intim, tapi dari tatapan dan komunikasi mata mereka, aku bisa lihat hubungan mereka melampaui pertemanan biasa..."
Napasnya terhenti sesaat. "Benarkah?"
“Makanya aku bertanya apa harapanmu terhadap pernikahan ini, lagipula, Shan Yan yang sekarang bukan lagi Shan Yan yang dulu mencintaimu hingga ke tulang sumsum.” Tan Yan memandangnya, kedalaman matanya memancarkan kepedulian tulus layaknya sahabat.
Dia menyesuaikan napas, lalu menjawab dengan tenang, "Sebenarnya ini tidak mempengaruhiku, karena pernikahan ini memang bukan pernikahan normal. Sejak mendaftarkan pernikahan dengannya, aku hanya merasa kita akan menjadi orang tua yang baik untuk anak, tapi bukan pasangan suami-istri yang normal..."
