Bab 871 Kecemburuan yang Tak Terbendung
Dia tak tahu mengapa Shan Yan mengajukan diri mengantarnya, karena sama sekali tidak ingin berduaan dengannya.
Sayangnya Xiao Xi mengantar mereka sampai pintu, memaksanya naik mobilnya.
Supir mobil adalah bodyguardnya Qin Kai. Meski ngebut, berkendara stabil. Ini membuatnya lega, setidaknya tidak akan terlambat.
"Bekerja di perusahaan Tan Yan menyenangkan?" Suaranya tiba-tiba masuk ke telinganya.
Memandang pemandangan di luar jendela, dijawabnya datar, "Harusnya aku berterima kasih. Kau menghilangkan pekerjaanku, tapi memberiku pekerjaan yang lebih baik."
Shan Yan terkecil tipis tanpa komentar jelas. "Baguslah."
Dia tak tahu maksud pertanyaan itu, tapi tak ingin bergejolak, yang pasti Xiao Chen takkan bisa membuatnya kehilangan pekerjaan ini lagi.
Sepanjang jalan mereka sunyi sepi, sampai di depan gedung Kelompok Qin, dia langsung turun mobil tanpa sekalipun melirik ke arah Shan Yan.
Langkahnya tak berhenti menuju gerbang Kelompok Qin, tapi tak disangka bertemu Xiao Chen yang menunggu di sana, memaksanya berhenti.
"Manajer Xiao, kenapa kau di sini?" tanyanya terkejut.
Xiao Chen bersuara berat, "Aku sudah mengundurkan diri dari Shangchen. Hari ini melamar di Qin Group. Jika lancar, mulai besok kita akan bekerja sama."
Matanya terbelalak, tak percaya. "Kau keluar dari posisi manajer Shangchen hanya untuk melamar di sini?"
"Ya. Mulai sekarang aku akan menjadi bawahanmu." jawab Xiao Chen tenang.
Dengan kesal dia mengusap dahinya, lalu menatap Xiao Chen: "Sudah kukatakan, aku tidak cocok untukmu."
"Apapun masa lalumu, aku tak peduli." Xiao Chen menjawab tulus.
Dengan tegas dia mengeluarkan kalimat: "Aku punya anak 9 tahun."
Xiao Chen sama sekali tak bereaksi, ekspresinya tetap teguh. "Aku tak peduli."
"Tapi aku peduli."
Suara berat nan arogan yang familiar menggema dari belakang, membuat seluruh tubuhnya gemetar. Dikira pria itu sudah pergi.
Xiao Chen membeku, jelas tak menyangka ada pria di dekatnya.
"Anda adalah...?" tanya Xiao Chen.
"Shan Yan mengangkat sudut bibirnya dengan senyum tipis,"Siapa aku tak penting, yang penting... aku adalah suami Su Mo."
Xiao Chen seketika terpaku di tempatnya.
Tiba-tiba, Shan Yan dengan kesombongannya melingkari pinggangnya, berkata dengan arogan namun penuh wibawa,"Aku Shan Yan, Direktur Utama Kelompok Xi Mei. Jika kau tak mau dapat masalah kedepannya, lebih baik jangan pernah muncul lagi di hadapanku. Jika tidak, kau akan sangat menyesal dan putus asa."
"Di-Direktur Kelompok Xi Mei...?" Gagap, Xiao Chen akhirnya mengenalinya, tubuhnya kaku bagai jiangshi.
Shan Yan tak menghiraukannya lagi. Ia memutar tubuhnya menghadap dirinya."Lain kali tolak mentah-mentang pengagum seperti ini. Jika tidak, aku takkan mengizinkanmu bekerja lagi." Ia membelai lembut pipinya, lalu menyisir sehelai rambut yang terjuntai di belakang telinganya.
Dia memalingkan wajah, menghindari sentuhannya."Kau tak punya hak mengaturku!"
Shan Yan tersenyum tipis, memandangnya dengan manja,"Silakan coba. Lihat apakah aku punya hak itu atau tidak."
"Kau--"
Shan Yan menunduk memberikan ciuman di dahinya, lalu berbisik di telinganya,"Kerjakan tugasmu. Malam hari tak boleh lembur, mulai sekarang juga. Karena waktumu malam hari adalah milikku."
Pipinya memerah karena malu dan jengkel. Ia mendorongnya."Aku harus bekerja! Pergi sana!"
Shan Yan tersenyum, menaikkan alis sambil memandang posisi tempat Xiao Chen tadi berdiri. "Lihatlah, dunia ini memang akhirnya dikuasai tirani."
Baru sekarang ia menyadari Xiao Chen telah pergi tanpa diketahui waktunya. Pria yang terus-menerus mengaku peduli, menyukainya, dan mengirim bunga setiap hari ini - ternyata kabur begitu saja...
"Pergilah bekerja, ingat ucapanku." Shan Yan berkata sambil tersenyum.
Perempuan itu tak lagi menghiraukannya, langsung melangkah. Namun sebelum sempat bergerak, lengannya sudah ditarik paksa hingga tubuhnya terseret ke arah pria itu.
Andai bukan karena refleks alami yang masih terkendali, dahinya nyaris menghantam dagu siluet pria itu.
Kedua wajah hanya terpisah beberapa sentimeter. Bulu matanya berkedip-kedip pasrah menyaksikan bibir dingin pria itu semakin mendekat.
Ciuman ini terasa lebih bernuansa hukuman, tanpa belas kasih menggerus segala arah.
Akhirnya Shan Yan melepaskan tekanannya. Jarinya menyapu bibirnya yang kemerahan, sambil mengangkat alis puas. "Ini hukuman karena tadi kau begitu sabar berbicara dengan pria itu."
Perempuan itu melotot marah, tapi ia hanya tertawa bebas. Kedua tangan tetap di saku celana, dengan kesombongan ia mulai melangkah pergi.
……
Kembali ke kantor. Meski tak terlambat, keributan tadi membuat semangat kerja sepanjang pagi langsung lenyap...
Segera ia menuangkan air mineral ke gelas, berharap bisa meredam amarah yang membara.
Xiao Luo masuk sambil memeluk buket bunga yang dibungkus dengan indah, berkata, "Manajer Su, bunga Anda sudah datang lagi."
"Seperti biasa, taruh di ruang minum untuk menghias lingkungan!" ujarnya dengan nada agak kesal.
Xiao Luo menyadari suasana hatinya tidak baik, mengangguk, lalu bergegas mundur pergi.
Saat Xiao Luo hampir sampai di pintu, tiba-tiba dia teringat Xiao Chen baru saja ada di depan perusahaan. Bagaimana mungkin ia merepotkan diri menyuruh toko bunga mengantar bunga?
Kalau dia sedang menunggu, bukankah seharusnya dia sendiri yang membawa bunga?
Memikirkan ini, dia seketika memanggil Xiao Luo. "Tunggu!"
Xiao Luo cepat-cepat berbalik, bertanya sopan, "Ada perintah lagi, Manajer Su?"
Dia menggelengkan kepala, tak ingin menakuti asisten kecilnya yang menggemaskan, nada bicara kembali ke kelembutan biasa. "Tidak, bawa kemari bunganya!"
"Baik."
Xiao Luo berjalan mendekat dengan riang.
Saat menerima buket bunga, barulah dia menyadari bunga segar ini ternyata hyacinth dan baby's breath kesukaannya. Dalam ingatannya, dia tak pernah membahas bunga favoritnya dengan Xiao Chen.
"Ada apa, Manajer Su?"
Xiao Luo melihat ekspresi raganya, bertanya penasaran.
"Tidak ada." Dia menarik keluar kartu dari buket bunga.
Dia ingat pertama kali Xiao Chen memberinya mawar. Setelah itu, bunga dari Xiao Chen selalu diberikan ke rekan kerja. Kartu dalam bunga bahkan tak pernah dikeluarkan...
Setelah membuka kartu itu, seluruh tubuhnya membeku.
Ya, dia tak menyangka bunga ini ternyata dikirim oleh Shan Yan.
Meski di kartu tak ada sepatah kata pun, hanya sebuah tanda tangan, tapi dia sangat paham bahwa orang yang menandatangani "THEONE" ini tak lain adalah Shan Yan.
Karena dulu ia pernah berkata padanya, dialah "THEONE"-nya.
"Ini..." Dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Xiao Luo terkejut melihat reaksinya, bertanya, "Manajer Su, kau tidak kenal pengirim bunganya? Tapi sejak kau bergabung di perusahaan, setiap hari ia mengirim dua jenis bunga yang sama persis... Warna kartunya juga identik..."
Dia terpana, tak menyangka bunga yang diterimanya setiap hari ternyata dari Shan Yan...
