Bab 872: Apakah Ia Masih Peduli Padanya?

　　　　Bab 872: Apakah Ia Masih Peduli Padanya? 　　　　Ia masih tak paham alasan Shan Yan mengiriminya bunga. Untuk apa sebenarnya semua ini? 　　　　"Kenapa kau tampak punya beban pikiran?" 　　　　Tante Qu mengambilkan semangkuk sup di hadapannya sambil bertanya penuh perhatian. 　　　　Pikirannya baru kembali ke realita. "Maaf, tadi aku melamun... Ini apa?" 　　　　Tante Qu duduk di sampingnya, berkata lembut, "Ini sup ginseng pesanan khusus Xinmei untukmu, sangat baik buat kesehatan." 　　　　"Ibu mertua begitu baik padaku." Ucapnya tulus. 　　　　"Xinmei tahu kau gadis baik, jadi selalu menyayangimu." Jawab Tante Qu. 　　　　Ia menunduk malu. "Aku takkan melupakan semua yang kulakukan pada Jiang Jun dan Qingyou..." 　　　　"Tak perlu dipikirkan?" Tante Qu menepuk bahunya, menghibur, "Semua itu sudah berlalu. Lagipula kau juga korban penipuan..." 　　　　“Aku benar-benar menyesal,” ujarnya dengan penuh penyesalan, “Yang bisa kukatakan hanyalah kalian semua terlalu toleran padaku.” 　　　　Tante Qu menggelengkan kepala, berkata dengan lembut, “Kami semua sangat paham, kaulah yang paling banyak menderita.” 　　　　Dia tersenyum getir, lalu mengangkat mangkuk sup ginseng itu dan meminumnya dengan penuh arti. 　　　　Ya, dia masih memikirkan soal Shan Yan yang memberikannya bunga... 　　　　Tante Qu menerima mangkuk kosong, sangat puas melihatnya menghabiskan sup hingga tak tersisa, sambil tersenyum lebar berkata, “Kurasa Xinmei sudah harus bangun, aku akan membangunkannya.” 　　　　“Biarkan aku saja!” Dia ikut bangkit dari sofa. 　　　　Tante Qu menggeleng, “Tidak perlu, aku sudah terbiasa merawatnya. Jika kau yang pergi, dia mungkin justru tidak nyaman.” 　　　　“Baiklah... Tapi hari ini sepertinya Ibu tidur sangat larut,” ujarnya sambil bertanya sekadar. Perlu diketahui sekarang sudah pukul tujuh malam, bahkan dia sendiri sudah pulang dari perusahaan. 　　　　“Karena Xinmei tidur siang sangat sore hari ini,” jawab Tante Qu. 　　　　“Kenapa?” tanyanya penasaran. Dia sangat tahu jam tidur siang ibu mertuanya selalu teratur. 　　　　“Sore tadi pihak butik gaun pengantin mengirimkan sampel, Xinmei dengan serius membantumu memilih gaun pengantin sepanjang sore, akhirnya memilih beberapa set yang menurutnya bagus,” jawab Tante Qu sambil tersenyum. 　　　　Dia membeku, “Gaun pengantin?” 　　　　Tante Qu mengangguk terus-menerus, “Iya, Xinmei bilang... Karena kalian dan Shan Yan sudah mendaftarkan pernikahan, maka pesta pernikahan pasti harus diadakan, kalau tidak keluarga kita akan terlihat tidak sopan. Sebelumnya Xinmei juga sudah bertanya pada Shan Yan, dan Shan Yan bilang tanggalnya terserah Xinmei yang menentukan.” 　　　　Seketika dia membeku di tempat. 　　　　“Shan Yan……Bagaimana mungkin ia bersedia mengadakan pernikahan dengannya?” 　　　　Bukankah ia membencinya hingga titik darah penghabisan? 　　　　Meski demi reputasi, bukankah saat ini ia tak akan menderita memamerkan kemesraan dengannya di hadapan publik? 　　　　…… 　　　　Sepanjang malam ini, pikirannya terus diliputi kebingungan dan keraguan. 　　　　Aku tak mengerti mengapa Shan Yan memberinya bunga, lebih tak lagi paham mengapa ia mau menggelar pernikahan bersamanya…… 　　　　Tiba-tiba ucapan Eileen di pulau itu terlintas dalam benaknya, jangan-jangan…… 　　　　Apakah ia masih menyimpan perasaan padanya? 　　　　“Mama——” 　　　　Suara ketukan pintu memutus rangkaian pikiran yang tenggelam, segera ia bergegas membuka pintu. 　　　　Baru saja pintu terbuka, Xiao Xi langsung memeluknya erat. “Mama……” 　　　　Teriakan manja itu langsung melelehkan hatinya, penuh kasih ia mengelus dahi Xiao Xi sambil berbisik lembut, “Seru tidak main di rumah Tante?” 　　　　Begitu pulang kerja, Tante Qu langsung memberitahu bahwa Qingyou telah menjemput Xiao Xi ke Lanxi untuk bermain. 　　　　“Ya, aku sangat suka adik Mumu. Dia pintar sekali, baru diajari sesuatu langsung bisa…… Tapi aku juga pinter kok. Mainan Lego dari Tante, tanpa dibantu juga bisa kurakit sendiri.” Xiao Xi berkata dengan bangga. 　　　　“Wah senangnya…… Kalau begitu kenapa mau pulang?” tanyanya sambil memanjakan. 　　　　“Soalnya aku tidak mau jauh dari Ayah Mama! Malam ini Mama harus bacakan cerita untukku!” jawab Xiao Xi dengan sungguh-sunggul. 　　　　Dia menunduk mencium dahi Xiao Xi. "Baik, Malam ini Mama akan bacakan kau cerita." 　　　　Xiao Xi mengedipkan mata padanya, "Aku akan tidur cepat malam ini, Mama." 　　　　"Dasar hantu kecil, sedang dipikirkan apa lagi!" Pipinya tiba-tiba memerah tanpa alasan. 　　　　"Soal waktu malam Mama kan milik Ayah!" Setelah berkata demikian, Xiao Xi melepaskan pelukannya lalu berlari gembira. 　　　　Dengan tersenyum, dia tak kuasa menggelengkan kepala. 　　　　…… 　　　　Malam itu, setelah membujuk Xiao Xi tidur, dia memeluk bantal sambil bersandar di sofa. Tiba-tiba ingatannya melayang pada pertarungannya dengan Shan Yan. 　　　　Sebenarnya, saat Shan Yan masih menjadi bawahan ayahnya, mereka adalah sahabat karib. 　　　　Setiap kali pulang liburan dari Amerika, dia selalu mencari Shan Yan. Semua suka duka dicurahkannya pada Shan Yan yang dipercayainya seperti kakak sendiri. 　　　　Sampai akhirnya urusan ayahnya melukai Jiang Jun meledak. Dia memohon Shan Yan membantu Jiang Jun, tapi malah mendapat syarat darinya. Baru saat itu dia tahu "wajah asli" Shan Yan... 　　　　Sejak saat itulah, kebenciannya pada pria ini mencapai puncaknya. 　　　　Namun baru setengah tahun lalu dia tahu, rupanya ada kebenaran tersembunyi di balik peristiwa itu... 　　　　Benar, Shan Yan ternyata bukan tipe yang memanfaatkan kelemahan orang. Semua tindakannya saat itu ternyata bertujuan melindunginya. 　　　　Baru setelah menerima barang peninggalan ayahnya dari penjara Amerika, dia tahu ada situasi rahasia di masa lalu. 　　　　"Tentu saja barang peninggalan ayah sudah lama dikirim penjara Amerika, hanya saja aku belum pernah kembali ke Kota N sampai setengah tahun lalu baru tahu." 　　　　"Karena ayahku memilih bunuh diri di penjara, penjara Amerika mengirimkan semua barang peninggalannya padaku, termasuk rekaman terakhir saat ayah masih hidup." 　　　　"Rekaman ini sebenarnya dibuat penjara Amerika agar aku bisa melihat detik-detik terakhir ayah, tapi tak disangka justru merekam kunjungan Shan Yan ke penjara menemui ayah." 　　　　"Aku tak menyangka Shan Yan akan menjenguk ayah, apalagi ayah bunuh diri setelah bertemu dengannya……" 　　　　"Aku ingat jelas adegan dalam rekaman itu——" 　　　　"Ayah menatap Shan Yan yang duduk di seberang, matanya penuh dendam, berkata dengan muram, 'Pengkhianat, untuk apa kau ke sini?'" 　　　　"Shan Yan menjawab tenang, 'Aku tahu kau segera akan dihukum mati di Amerika, jadi datang untuk mengurus jenazahmu. Jika tidak, abumu akan ditabur di hamparan bunga butuh pupuk, tak bisa daun berguguran kembali ke akarnya.'" 　　　　"Ayah mengatupkan gigi, 'Kalau bukan karena kau, aku takkan kalah dari Jiang Jun! Jiang Jun seharusnya sudah mati di tanganku!'" 　　　　"'Jiang Jun adalah kekasih anakmu sendiri, kejam sekali kau!' Shan Yan berkata datar." 　　　　"Ayah menyeringai, 'Anak haram! Kalau bukan karena aku tak punya anak, takkan kaurawat!'" 　　　　"'Ya, di hatimu uang dan kekuasaanlah yang terpenting.' Shan Yan tetap tenang." 　　　　"Ekspresi di wajah ayah mulai mengerikan, "Kesalahan terbesarku adalah mempercayai pengkhianat sepertimu... Jika saat itu bukan karena ulahmu, Jiang Jun pasti sudah berhasil kujebak, maka tak akan ada Jiang Jun seperti sekarang ini!" 　　　　Shan Yan menaikkan ujung alisnya, "Memerintahkan bawahan untuk memperkosa anak sendiri, menggunakan kepedihan putrimu untuk memancing Jiang Jun—hanya dengan ini saja, setelah kau mati, kau pasti akan masuk neraka!"