Bab 873 Berbagi Ranjang Sepanjang Usia, Tak Berpisah Hingga Ubanan
Ayah tertawa penuh kebengisan, "Dengan rasa suka Jiang Jun pada Su Mo saat itu, melihat Su Mo terluka, mana mungkin dia bersembunyi? Sayangnya kau si pengkhianat, kau merekam jeritan anakku sampai kukira kalian sudah melakukan perintahku, tapi diam-diam kau tidak mengantar rekaman itu ke tangan Jiang Jun... Pengkhianat! Seharusnya kuketahui sejak dulu kau tak layak dipercaya!"
Shan Yan tersenyum tipis, "Memang aku tak layak dipercaya. Sejak aku mengikutimu, tujuanku hanya agar bisa mendekati Su Mo."
"Pengkhianat!" Ayah bergetar hebat seluruh tubuhnya.
Shan Yan mengancingkan mantel jasnya, bangkit dengan tenang, lalu berkata perlahan, "Atas nama Su Mo, aku baru mau mengurus jenazahmu. Lagipula, bagaimanapun juga kau telah membesarkan Su Mo... Tapi kuingatkan, hukuman matimu divonis oleh pengadilan Tiongkok. Kalau dieksekusi di Amerika, jika kau tidak mempersiapkan diri lebih awal, mengingat sifat keras orang Amerika, mungkin akhirnya kau akan mati dengan cara yang memalukan, bahkan jenazahmu tidak utuh..."
"Kau——"
Ayah masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Shan Yan sudah pergi dari penjara dengan wajah datar.
Memikirkan ini, dia menundukkan kelopak mata dengan muram.
Selama ini dia tidak tahu kebenaran sesungguhnya ini. Jika saja dia tahu lebih awal, mungkin hubungannya dengan Shan Yan tidak akan berubah menjadi seperti hari ini...
Ya, siapa yang bisa menyangka, rupanya ayahnya saat itu demi memancing Jiang Jun keluar, sampai kehilangan kemanusiaan dengan menyuruh bawahannya memperkosa dirinya. Jika saat itu Shan Yan tidak membutakan ayahnya, mungkin dia sudah mengalami penghinaan itu...
Agar bisa menipu ayahnya dengan lancar, saat itulah Shan Yan harus berubah menjadi "binatang buas". Karena dia sangat paham, jika hanya membuat ilusi, mustahil bisa menipu ayahnya. Ayahnya adalah orang yang sangat licik, pasti akan memeriksa video secara langsung...
Jadi, sebenarnya Shan Yan telah menyelamatkannya, juga menyelamatkan Jiang Jun.
Hanya saja, dia tak pernah memberitahukan fakta ini padanya. Dia berpikir, mungkin karena segala yang telah dilakukannya padanya, dia selalu merasa bersalah.
“Justru karena mengetahui kebenaran sesungguhnya ini, sebagian besar perasaannya terhadapnya kembali seperti semula.”
“Sayangnya, tatapan Shan Yan padanya tak lagi bersahabat, hingga ia hanya bisa melindungi diri dengan melawan balik.”
“Karenanya, jika ia masih peduli padanya, dia bersedia mencoba memulai dengannya...”
“Tentu saja sebagian besar pikiran ini adalah untuk sang anak, tapi tak bisa disangkal... dia punya simpati padanya.”
“Mungkin karena dulu ia telah melakukan banyak hal untuknya, barulah kini dia mengerti, di relung hati tersimpan keharuan itu...”
“Namun bagaimanapun, kini dia tak menjauhinya. Jika ia masih peduli, dia akan berusaha maksimal menjadi istri yang baik, dan berusaha mencintainya...”
“Mau berpikir apa sampai terpana begitu, bahkan tak sadar aku sudah masuk kamar?”
Suara Shan Yan memotong alur pikirannya. Dia mengangkat pandangan, melihat Shan Yan yang tak tahu sejak kapan sudah berada di kamar, bahkan telah melepas mantel jas dan sedang membuka kancing kemejanya.
“Kenapa memandangku dengan terpaku begitu?” tanya Shan Yan lagi sembaru melepas arloji dan meletakkannya di meja samping tempat tidur.
“Kau kembali.” Ucapnya dengan nada lembut yang jarang terdengar.
Shan Yan sedikit kaku, jelas tak nyaman dengan perubahan nada bicaranya yang tiba-tiba. Alisnya yang tampan berkerut saat ia meninjau ulangnya dengan tenang. “Tiba-tiba mau membujuk lembut padaku?”
Awalnya dia ingin menyinggung soal pengiriman bunga itu, tapi setelah berpikir, akhirnya ditelannya kembali ke dalam perut.
"Shan Yan tampak agak senang, senyuman hangat merekah di wajahnya. Bayangan jangkungnya mendekat dan duduk di posisi di sampingnya, dengan lancar melingkari pinggangnya. 'Jika kau mau terus berbicara lembut padaku seperti ini, kurasa kita akan bisa hidup rukun di masa depan.'"
"Dia tak lagi menolak sentuhannya, menatapnya dalam-dalam. 'Jika kau juga mau bicara baik-baik... Ya, mulai sekarang aku akan selalu bicara seperti ini padamu.'"
"Shan Yan menatap bola matanya, seolah berusaha mencari motivasi perubahan di balik sorot matanya. Tak menemukan apapun, senyuman di matanya semakin mengembang. 'Tampaknya ucapan penulis wanita ternama itu benar.'"
"Mendengar ini, pipinya memerah hingga ke akar telinga. Dia sangat paham siapa penulis yang dimaksud dan kalimat mana yang dirujuk. Dengan usaha menenangkan diri, dia berkata, 'Kau terlalu banyak berpikir. Hanya demi anak kita, kita harus bersikap baik.'"
"Shan Yan tiba-tiba menunduk dan menindih bibirnya."
"Dia membiarkan serbuan itu selama beberapa detik sebelum menggeliatkan kepala."
"Melihatnya malu, Shan Yan tersenyum puas sebelum bangkit pergi."
"'Mulai besok sampai Xiao Xi sembuh, aku tak akan lagi ke Kota H. Urusan bisnis akan kusediakan di Kota C.'"
"Dia memandanginya. 'Bekerja dari rumah?'"
"Shan Yan melepas kemeja menuju kamar mandi. 'Tidak. Sudah kusuruh orang beli satu lapis kantor di Kota C. Aku akan kerja di sana.'"
Dia buru-buru menunduk, tetap malu menghadapi pria yang tidak memakai baju atas. "Oh, itu bagus... Pekerjaan rumah tetap tidak praktis."
Shan Yan telah memasuki kamar mandi, tidak lagi menjawabnya.
Gemericik air mandi dari kamar mandi terdengar olehnya, pertama kali dirasakannya bahwa dia dan pria itu sudah menjadi suami-istri.
……
Setelah mandi, Shan Yan melihatnya tidur membelakangi, lalu langsung memeluknya dari belakang setelah berbaring.
Tubuhnya masih dingin karena baru mandi, membuat perempuan itu menggigil kedinginan.
Perempuan yang memang takut dingin ini selalu berpakaian lebih tebal dari orang lain saat musim dingin.
Shan Yan mengira dia takut, mencium di akar telinganya, suara parau berkata, "Masih takut?"
Dia tak bisa bertukar topik ini dengannya, terpaksa terpejamkan mata.
Shan Yan kemudian memutar tubuhnya, memaksa dia menghadapinya.
Dia tak berani membuka mata, terpejam erat, memikirkan gambar semalam, tubuhnya tanpa sadar membara.
Tatapan membara Shan Yan menyapu wajahnya, seolah melihat rasa malunya bisa memuaskan dirinya, ia memandang lama sebelum akhirnya menciumnya dengan kasar yang berat...
……
Keesokan harinya, saat membuka mata, baru dia sadar bangun dalam pangkuannya.
Dia secara insting ingin melepaskan diri, namun lengan Shan Yan erat merangkulnya. "Sekarang masih pagi, tidur lagi sebentar."
"Aku harus buru-buru ke perusahaan, nanti terlambat." Dia berusaha melepaskan diri, tapi ia tetap tak mau melepas.
"Dia tidak bisa menahan diri mencubit lengan pria itu. \"Kemarin aku sudah terlambat, aku tidak mau menyalahgunakan posisi Tan Yan sebagai pemilik toko untuk tidak menghormati pekerjaan.\""
Shan Yan menunduk mencium rambutnya, suara penuh manja berkata, \"Nanti aku juga harus ke perusahaan, aku sendiri yang akan mengantarmu, jaminan tidak akan terlambat.\""
Mendengar perkataannya, dia pun berhenti melawan.
Kecepatan mengemudi Qin Kai memang jauh lebih cepat dibanding supir Keluarga Gu... Jika dia yang mengantar, pasti masih bisa bermalas-malasan di ranjang sebentar lagi.
Maka, menyandar di dadanya, dia kembali terlelap.
