Bab 887 Bukan Lagi Satu-satunya
Dia merasa dirinya semakin tersesat...
Meski sadar betul kebaikan yang ditunjukkannya mungkin hanya untuk kondisi Xiao Xi, tetap saja dia terhanyut dalam kelembutannya.
Kini, dia semakin sering mengingatnya, semakin merindukan kehadirannya di sisinya...
Dia benar-benar takut jika terus begini, dirinya akan terperangkap hingga tak bisa melepaskan diri.
Selama ini dia berusaha mati-matian menggunakan logika untuk mengendalikan kesadarannya, tapi hasilnya minim. Seperti malam ini pukul 10 malam, seharusnya dia tidak menanyakan jejaknya, tapi dia tak tahan ingin menelepon dan bertanya di mana pria itu sekarang, kapan akan pulang...
Setelah lama bergulat dengan keraguan, akhirnya dia tak bisa lagi menahan keinginan untuk meneleponnya.
Namun persis saat mengangkat ponsel, terdengar suara gagang pintu kamar diputar dari luar.
Jelas sudah itu dia.
Hanya dia yang masuk ke kamar ini tanpa pernah mengetuk pintu.
"Tapi dia tak ingin terlihat sedang menyiapkan telepon untuknya, buru-buru menyimpan ponsel lalu melompat ke ranjang, menyelimuti diri dengan selimut sambil berpura-pura tidur."
Detik berikutnya, Shan Yan masuk ke dalam.
Langkah kakinya sudah dikenalnya, mudah dibedakan dari suara derap sepatu lainnya.
"Belum tidur? Maaf, pulang selarut ini..."
Rencananya terus berpura-pura, tapi sepertinya ia tahu dia masih terjaga, perlahan dibukanya mata.
Shan Yan melepas mantel jas dan melonggarkan dasi, baru mendekatinya.
"Sibuk di perusahaan?" Tanyanya sekilas.
Ia duduk di tepi ranjang, kedua tangan mengapit tubuhnya. "Ya, urusan kemarin menumpuk sampai hari ini."
"Kau tampak lelah... Aku siapkan air mandi, habis mandi cepat istirahat!" Dia bangkit hendak pergi.
Tiba-tiba Shan Yan memeluknya dari belakang.
Sudah biasa dengan kontak fisik ini, meski pipinya memerah. Ditepuknya lengan yang melingkari pinggangnya. "Jangan nakal..."
Shan Yan merangkul seluruh tubuhnya ke dalam pelukannya, nafas membara di lehernya yang sensitif. "Nanti saja mandinya..."
"Kau... tak capek?" Pipinya membara.
"Tidak."
“……Kau benar-benar punya stamina.” Dia ingat ia langsung buru-buru ke perusahaan setelah turun dari pesawat, sampai sekarang seharusnya belum istirahat.
"Terima kasih pujiannya, jadi aku akan tunjukkan performa terbaik."
"Kau..."
Belum sempat dia berkata apa-apa, ia sudah menundukkan kepala merebut bibirnya.
……
Untungnya di hari kedua Shan Yan mengantarnya ke perusahaan, sehingga dia tidak terlambat.
Tapi saat sampai di kantor, Tan Yan sudah menunggu di ruang kerjanya.
Dengan agak canggung dia bertanya, "Sudah lama menunggu?"
Tan Yan yang sedang santai duduk di sofa kantor baru menutup majalah keuangan yang dipegangnya, menatapnya.
"Wajahmu berseri ditiup angin semi, sepertinya perjalanan ini sangat memajukan hubunganmu dengan Shan Yan."
Dia menuangkan air dari dispenser ke gelas. "Jangan ejek aku, kau tahu... Sekarang hubungan kami demi Xiao Xi semata."
Tan Yan berkata dengan serius, "Kalau memang mengerti, jangan terjerumus lebih dalam. Harus tetap jaga kesadaran setiap saat, paham?"
"Ya." Selesai bicara, dia meneguk air gelasnya, entah mengapa merasa bersalah.
Tan Yan seperti membaca sikapnya yang asal-asalan, lebih tegas menambahkan, "Ini demi kebaikanmu... Jika Shan Yan sudah melepasmu, dan sekarang punya orang yang disukai, kau harus bisa menjaga diri... Kau sudah menderita begitu lama, aku tak tega melihatmu tersiksa lagi."
“Sudahlah, semua yang kau katakan aku tahu... Aku semakin merasa kau tidak seperti sahabatku, melainkan seperti guru spiritualku.” Dia sangat paham bahwa Tan Yan benar, tapi sudah tak bisa mengontrol diri, seluruh pikirannya dipenuhi orang itu.
Tan Yan baru kemudian bangkit dari sofa. "Kalau begitu aku tak akan mengganggu pekerjaanmu lagi... Ingat baik-baik apa yang kusampaikan."
"Tahu."
Setelah Tan Yan pergi, dia duduk termenung di belakang meja kerjanya.
Setiap kali selesai berbicara dengan Tan Yan, emosinya selalu diliputi kekecewaan...
Meski sadar peringatan Tan Yan benar, tapi... dia benar-benar tak ingin merusak keharmonisan yang kini terjalin dengan Shan Yan. Sekalipun di kemudian hari akan merana, untuk saat ini dia tak mau mempedulikannya... Dia hanya ingin bersamanya.
……
Namun kenyataannya, ketidakpatuhannya pada nasihat Tan Yan adalah kesalahan. Karena Shan Yan hanya "berkoeksistensi damai" dengannya demi Xiao Xi, relung hatinya kini telah sepenuhnya dipenuhi Ji Sisi.
Awalnya dia tak mengetahui hal ini, sampai hari ulang tahunnya tiba...
Ibu mertua dan Tante Qu merasa keluarga sudah lama tak ada acara bahagia, memutuskan menggelar pesta ulang tahun untuknya dengan mengundang pasangan Jiang Jun, pasangan Yaru, serta pasangan Tan Yan beserta anak-anak mereka...
Dia jelas enggan mengadakan pesta ini, merasa terlalu berlebihan. Lagipula dia memang tak pernah merayakan ulang tahun. Tapi karena ibu mertua sudah memutuskan, terpaksa dia menerimanya...
Lalu bersiap mengenakan rok panjang yang dibelinya dari Madrid hari itu, juga rok panjang yang dipilihkan Shan Yan untuknya, terlihat sangat cantik saat dipakai.
Namun, malam sebelum ulang tahun, saat dia sedang mencoba pakaian di depan cermin lantai, ponsel Shan Yan tiba-tiba berdering.
Saat itu Shan Yan sedang mandi, dan si penelepon terus menelepon berkali-kali. Khawatir ada urusan penting, dia ingin mengangkat telepon untuknya.
Kebetulan sekali, tepat saat dia mengambil ponselnya, si penelepon sudah menutup telepon. Dari layar terlihat nama penelponnya adalah Ji Sixi.
Dalam beberapa kali pertarungan dengan Ji Sixi, dia juga mengingat nomor telepon perempuan itu.
Dia terdiam sejenak memegang ponsel, ketika pesan dari Ji Sixi sudah masuk.
Mungkin tidak menyangka bahwa dia yang memegang ponsel Shan Yan, pesan Ji Sixi dikirim tanpa keraguan——
Yan, besok ulang tahunku. Bisakah kau menemaniku?
Ji Sixi tidak mengirim pesan panjang, hanya beberapa kata itu saja.
Dia terkejut mengetahui bahwa ulang tahun Ji Sixi ternyata sama dengannya. Membeku di tempat hingga gemericik air dari kamar mandi berhenti, baru tersadar dan buru-buru mengembalikan ponsel sambil pura-pura tidak melihat pesan...
Shan Yan keluar dari kamar mandi, tidak menyadari keanehan, dan bercakap-cakap normal dengannya.
Dengan pandangan kosong, di relung hati sudah ada firasat bahwa besok pria itu akan mencari alasan untuk meninggalkan pesta ulang tahunnya...
Meski begitu, di kedalaman hati masih ada harian gemetar semoga dia tidak pergi...
Namun, fakta bahwa Shan Yan dan Ji Sixi adalah pasangan kekasih tetap tak terbantahkan. Keesokan harinya sebelum Qingyou dan yang lain tiba, Shan Yan telah meminta maaf dengan alasan perusahaan memiliki urusan dadakan yang harus ditangani di luar kota.
Saat itu dia tersenyum paksa, namun relung hatinya terasa getir. Baru pada saat itulah dia menyadari, dirinya benar-benar bukan lagi "THEONE" di hati pria itu...
Tak mungkin lagi ada hubungan di antara mereka...
Seandainya dia masih peduli padanya, inti dirinya tak mungkin meninggalkannya demi mencari Ji Sixi...
