Bab 888 Hati Tak Sekuat Bayangan
Di pesta ulang tahun, dia mengenakan gaun panjang yang dibeli di Madrid. Meski terlihat sangat cantik, senyumannya terlihat goyah dan kaku.
Dia sangat ingin menunjukkan ekspresi hidup bahagia di hadapan beberapa pasangan yang tampak harmonis itu. Sayangnya, ketiadaan Shan Yan di sisinya membuat aura kesedihan tak terelakkan...
Beruntung, Xiao Xi sangat gembira malam itu. Karena Qingyou dan yang lain membawa serta anak-anak mereka, Xiao Xi bisa bermain riang. Dengan demikian, dia bisa pura-pura fokus mengawasi para bocah kecil itu.
Usai pesta, beberapa orang duduk di sofa. Tak bisa menahan diri, dia berkata dengan haru, "Anak-anak kalian tumbuh begitu cepat... Selama ini kupikir hanya Xiao Xi yang sudah besar, ternyata buah hati kalian juga sudah jadi anak-anak dewasa..."
Jiang Jun yang tak suka basa-basi langsung bertanya dengan suara berat, "Bagaimana kondisi Xiao Xi sekarang?"
Qingyou sepertinya merasa tidak cocok membahas topik tidak menyenangkan ini, melotot kesal ke arah suami di sampingnya.
Jiang Jun tersenyum pada Qingyou, di balik sorotan matanya terpancar kemesraan yang mendalam.
Ia memandangi sepasang kekasih di hadapannya, lalu bersuara dengan senyuman, "Qingyou, tidak apa... Meski penyakit Xiao Xi kambuh, kondisinya masih stabil, hanya tentu semakin cepat operasi semakin baik."
Qingyou mengangguk, menghiburnya, "Tenang saja, Xiao Xi tidak akan ada masalah... Kakakku juga tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."
"Jangan sebutkan Klan Shan lagi... Hari ini ulang tahun Su Mo, dia mengundang kita semua, tapi tuan rumahnya malah tidak ada, benar-benar 'berperasaan' sekali." Yaru yang berwatak blak-blakan langsung menyindir sinis.
Qin Qian yang sedang makan juga mengangguk serempak, dengan suara parau berkata, "Malam ini meski ada urusan penting sekalipun, Klan Shan seharusnya menolaknya untuk menemani Su Mo kan?"
"Lihat dirimu, bibirmu penuh noda." Tan Yan yang memeluk istri tercintanya dengan hati-hati mengeluarkan selembar tisu dan menyerahkannya.
Qin Qian tersipu malu, bergumam lirih, "Tadi aku terus mengawasi anakmu, belum sempat makan..."
Benar, meski kondisi autis anak Qin Qian - Tan Yu - telah membaik signifikan, ia masih sulit bersosialisasi. Hanya ketika Qin Qian ada di sampingnya, Tan Yu baru berani sedikit membuka diri bermain dengan anak-anak lain.
"Aku tahu betapa sulitnya untukmu." Tan Yan menunduk mencium tengkuk Qin Qian, penuh kasihan.
“Sebenarnya dari awal... Apakah ada urusan yang lebih penting daripada istri sendiri?” Yaru berkata dengan marah berapi-api.
Que Yan di sampingnya melingkari bahu Nyonya, mengusap lembut, memberi isyarat agar sang istri tak terbawa emosi.
Yaru seketika melotot ke arah Que Yan. "Kenapa, apa aku salah?"
Que Yan segera menyungging senyum manis. "Mana mungkin, apapun yang Nyonya katakan pasti benar."
Dia memandang sepasang demi sepasang suami-istri, harus diakuinya kebahagiaan mereka sungguh memicu kedengkian.
Qingyou bersuara tersulut emosi, "Sebenarnya tadi tak melihat kakakku, aku sudah meneleponnya. Katanya dia akan melengkapi Su Mo, nanti diam-diam akan merayakan ulang tahun Su Mo secara pribadi..."
"Apa itu sama saja?" Yaru menyergah. "Tak menemani di hari ulang tahun, apa artinya perayaan susulan?"
"Betul," Qin Qian mengangguk.
"Ah..." Qingyou menghela napas pasrah.
Tak ingin semua bersedih karena dirinya, dia tersenyum berkata, "Dia kan bukan pergi melakukan hal buruk, urusan bisnis kadang memang tak ada cara... Dan dia bilang, pasti akan kembali membantuku merayakan sebelum pukul dua belas malam ini." Yang terakhir dua kalimat ini adalah kebohongannya.
"Baiklah, kalau begitu masih bisa dimaafkan," kata Yaru.
"Iya, iya... Mungkin ketidakhadiran Klan Shan hari ini sebenarnya untuk membuat kejutan bagi Su Mo malam nanti," Qin Qian berimajinasi liar.
Dia tersenyum manis, "Kalau begitu aku akan menanti dengan baik."
Kecanggungannya akhirnya memasuki babak penutup.
……
Menemani ibu mertua dan Tante Qu mengantar pasangan-pasangan suami-istri di pintu, melihat kemesraan mereka, hatinya kembali merasakan kesepian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akhirnya gerbang Kediaman Keluarga Gu ditutup, mengakhiri keramaian sepanjang malam.
Wajah ibu mertua akhirnya muram, tampaknya marah yang tertahan sepanjang malam, pantas saja tadi tidak banyak mengobrol dengan pasangan-pasangan itu. "Apa maksud Shan Yan ini? Benarkah perusahaan begitu sibuk?"
Ia tak ingin ibu mertua murka, menghibur, "Ibu, Shan Yan menemani saya bersantai di Madrid, memang mengorbankan banyak urusan bisnis..."
"Bukankah langsung menangani urusan perusahaan seharian saat kembali ke Kota C?" Ibu mertua yang licik membalas bertanya.
Ia terkekeh kaku, memandang Tante Qu minta bantuan.
Tante Qu mengelus punggung ibu mertua, berbisik, "Marah di sini percuma, lebih baik tunggu Shan Yan kembali, baru Ibu tanyakan baik-baik..."
"Lihat alasan apa yang bisa dia berikan!" Nada suara ibu mertua tegas, jarang-jarang marah seperti ini.
"Ibu, jangan marah... Saya temani Ibu naik." Ia mati-matian meredakan emosi ibu mertua.
"Menyusahkanmu, Su Mo... Urusan pernikahan itu, Shan Yan sudah membuatmu menderita... Sebagai ibunya, saya benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkannya..." Menghadapinya, nada suara ibu mertua jelas melunak, berkata dengan pasrah.
Dengan nada rileks ia berkata, "Ibu tenang, saat dia kembali, saya juga akan menginterogasinya baik-baik!"
Baru kemudian ibu mertua terhibur olehnya.
……
Malam itu, karena kelelahan bermain di siang hari, Xiao Xi tidur lebih awal.
Awalnya dia berniat menemani Xiao Xi untuk mengisi waktu malam yang panjang, sayangnya Xiao Xi sudah tidur lebih awal, karenanya dia terpaksa kembali ke kamar lebih cepat.
Biasanya dia tak pernah merasa kamarnya begitu sunyi, tapi malam ini ruangan terasa luar biasa dingin dan luas. Akhirnya dia bersandar di sofa, memeluk bantal guling, untuk meredam kesepian saat ini.
Dia tahu malam ini Shan Yan tidak akan pulang, lagipula di hari spesial seperti ini, pasti Shan Yan sedang menemani Ji Sixi...
Hanya saja dia tak menyangka, hatinya jauh lebih kecewa dari perkiraannya. Ini membuktikan bahwa perhatiannya pada Shan Yan sepertinya telah melebihi bayangannya...
Seharusnya dia tidak seperti ini...
Benar.
Seperti kata Tan Yan, dia harus selalu menyadarkan diri sendiri, tak boleh terperangkap. Semua kebaikan Shan Yan padanya sekarang hanyalah demi Xiao Xi.
Saat hari penyembuhan Xiao Xi tiba, mungkin antara Shan Yan dan dirinya tak akan tersentuh lagi...
Jika terus tenggelam seperti ini, pada akhirnya yang terluka pasti dirinya.
Memikirkan ini, dia menarik napas dalam-dalam tiga kali berturut-turut, lalu tak lagi membiarkan dirinya berkhayal, memutuskan untuk tidur lebih awal.
……
Seperti perkiraannya, sepanjang malam itu Shan Yan tidak kembali.
Keesokan paginya dia berangkat ke perusahaan sangat awal. Melihat seorang rekan menerima bunga, tiba-tiba dia teringat karangan bunga yang dulu dikirim Ji Sixi atas nama Shan Yan untuknya. Relung hatinya seketika merasa sangat bodoh.
Sebenarnya saat itu Shan Yan dan dia bagai air dan api, mana mungkin ia mengirim bunga untuknya?
Pada akhirnya, di relung hatinya masih ada secercah harapan yang gemetar. Karena itu dia percaya bunga itu kirimannya, mengira akan ada awal baru...
Tapi rupanya yang sudah berlalu takkan kembali, mustahil untuk memutar waktu...
