Bab 897 Ingin Pergi ke Jerman Mencarinya

　　　　Bab 897 Ingin Pergi ke Jerman Mencarinya 　　　　Pulang dari Lanxi, dia merasa sangat kelelahan. 　　　　Urusan Shan Yan belum jelas, di sisi lain Tan Yan dan Qin Qian mungkin bertengkar karena dirinya… 　　　　Dia merasa dirinya benar-benar gagal sebagai manusia, selalu membawa masalah untuk orang lain. 　　　　"Mama, kau pulang…" 　　　　Xiao Xi berlari menghampirinya, akhirnya membuatnya lupa sejenak masalahnya. "Ya, PR-mu sudah selesai?" Dia penuh kasih mengelus kepala anak itu. 　　　　"Iya, aku sudah menyelesaikannya lebih awal, jadi Kakak Yixin sudah pulang…" Xiao Xi berseri-seri. 　　　　"Pintar." 　　　　Xiao Xi hendak berlari bermain, dia menarik tangan kecil itu, "Ngomong-ngomong, Ayah sudah pulang belum?" 　　　　“Entah mengapa, biasanya di siang hari pun kami tak bertemu, tapi hari ini seolah sudah lama sekali aku tidak melihatnya.” 　　　　“Sore tadi sempat kembali, tapi kemudian pergi lagi untuk urusan bisnis……” 　　　　“Perjalanan bisnis?” 　　　　Dia membeku. 　　　　Sepertinya sebelumnya dia tidak mendengar rencana perjalanan bisnisnya akhir-akhir ini. 　　　　Saat itu, Tante Qu mendekat dengan wajah berkerut. “Iya, Shan Yan pergi dinas……” 　　　　Melihat ekspresi Tante Qu yang tak karuan, dia menyuruh Xiao Xi bermain lalu bertanya lembut, “Tante Qu, apakah Shan Yan mengatakan sesuatu sebelum pergi?” 　　　　Tante Qu menjawab, “Dia tidak bilang apa-apa, cuma wajahnya sangat masam, jauh lebih buruk dari semalam…… Hanya menyuruhku memberi tahu kalau dia harus ke Jerman, lalu mengambil beberapa dokumen dari ruang kerja dan pergi.” 　　　　“Katamu……wajahnya sangat masam?” Mengapa bisa begitu? 　　　　Tante Qu mengangguk, “Benar. Aku belum pernah melihat Shan Yan semuram itu sejak pembatalan pernikahan pertamamu dengannya dulu……” 　　　　“Dia benar-benar tidak meninggalkan pesan?” tanyanya panik. 　　　　Tante Qu teringat sesuatu, “Oh, saat dia bilang mau dinas, Xinmei kesal berkomentar——Kau terus-terusan dinas, apa kau pernah memikirkan Xiao Xi? Shan Yan langsung membalas dingin——Kalau memang bisa hamil ya sudah hamil, kalau tidak bisa, diam di rumah beberapa hari ini juga percuma! Lebih baik biarkan dia menemui orang yang dipedulikannya!” 　　　　Dia membeku di tempat, tak mengerti maksud Shan Yan menyuruhnya menemui orang yang ia peduli? 　　　　"Tante Qu melanjutkan, "Xinmei mendengar ucapannya, jadi tidak menghentikannya... Kemudian Xinmei bertanya kapan ia kembali, ia bilang tunggu hasil pemeriksaanmu keluar dulu."" 　　　　Mendengar itu, ia merasa pikirannya kacau, tak bisa menyusun satu bayangan ide pun. 　　　　Sebenarnya sejak Shan Yan murka waktu itu, ia tak bisa memahami Shan Yan... 　　　　Ia tak tahu bagian mana yang membuatnya marah, apalagi maksud ucapan semalam... Juga mengapa ia bilang ke ibu mertua bahwa ia pergi menemui orang yang dipedulikan? 　　　　Benar-benar tak bisa ia pahami... 　　　　Tiba-tiba tubuhnya gemetar, matanya melotot penuh keheranan. 　　　　Sore tadi ia dan Jiang Jun bertemu di tepi pantai, apakah orang yang dimaksud Shan Yan adalah Jiang Jun? 　　　　Memikirkan ini, seketika ia bertanya, "Tante Qu, kapan Shan Yan kembali?" 　　　　"Sekitar hampir pukul empat. Wajahnya benar-benar jelek saat kembali..." Tante Qu menekankan lagi. 　　　　Pukul empat? 　　　　Bukankah itu persis saat ia pergi ke vila Lanxi? 　　　　Jadi, berdasarkan perhitungan waktu, saat itu ia dan Shan Yan seharusnya berangkat bersama dari pusat kota, hanya satu ke Lanxi, satu kembali ke Bukit Bao. 　　　　Tiba-tiba sebuah pikiran berani muncul dalam benaknya... 　　　　Jangan-jangan, saat Jiang Jun mengantarnya ke pusat kota, kebetulan dilihat Shan Yan? 　　　　Sialan. 　　　　Jika benar ia melihat, ekspresi wajahnya saat berbicara dengan Jiang Jun memang mudah disalahpahami... Karena saat itu mereka membahas kelegaan, wajah sama-sama tersenyum, pasti terlihat seperti sedang bercengkerama dengan luwes. 　　　　Dia mengangkat tangan mencubit keningnya, geram akan ulah Tuhan yang sengaja menjahilinya. 　　　　“Su Mo, kau dan Shan Yan baik-baik saja? Awalnya kukira setelah semalam, kalian sudah... Kenapa malah semakin parah?” Tante Qu berkata dengan khawatir. 　　　　Tidak ada cara lain, dia harus menjelaskan semuanya pada Shan Yan... 　　　　Dia harus memahami apa yang dipikirkannya. Jika dia tidak peduli, mengapa ada cemburu begitu jelas saat melihatnya bersama Jiang Jun? 　　　　Segera dia mengeluarkan ponsel, di hadapan Tante Qu, langsung menelepon Shan Yan. 　　　　Tak ingin menunda lagi, jika dia mengira dirinya belum bisa melupakan Jiang Jun, harus dijelaskan sampai tuntas... 　　　　Namun, ponsel Shan Yan tidak bisa dihubungi. 　　　　Baru teringat olehnya, Shan Yan sedang dalam penerbangan ke Jerman. Pasti telepon tak tersambung. 　　　　Lesu menurunkan ponsel dari telinga, dia menghela napas pasrah. 　　　　Tante Qu melihat kegelisahannya, menghiburnya, “Pertengkaran suami-istri ujung-ujungnya tetap menyatu... Jangan terburu-buru, kesalahpahaman bisa dibicarakan pelan-pelan.” 　　　　“Ya.” 　　　　Dia menjawab Tante Qu, tapi di relung hatinya telah mengendap firasat buruk, yang sangat mengkhawatirkan... 　　　　…… 　　　　Malam itu dia sama sekali tak bisa terlelap. 　　　　Sebagian karena urusan Tan Yan dan Qin Qian, sebagian lagi karena Shan Yan. 　　　　Ya ampun, betapa inginnya menjelaskan atau menanyakan segalanya padanya. Tapi dia di pesawat, sama sekali tak bisa dihubungi... 　　　　Akhirnya dia memaksakan diri menunggu sampai pagi. 　　　　“Memperkirakan waktu kedatangannya di Jerman sudah hampir, dia segera meneleponnya……” 　　　　“Tapi, tak disangkannya, ponsel-nya sudah bisa dihubungi, tapi jelas-jelas tak diangkat, akhirnya bahkan dialihkan ke layanan operator……” 　　　　“Dengan ketidakberdayaan, dia menelepon sekretarisnya, meminta sekretaris menyampaikan bahwa dia ada urusan……” 　　　　“Sayangnya, setelah menunggu sepanjang pagi di rumah, tak ada balasan. Ketika akhirnya menelepon, ponsel-nya tetap dialihkan ke layanan operator……” 　　　　“Mengingat berbagai tanda bahwa tindakannya masih menunjukkan kepedulian, tiba-tiba timbul dorongan untuk menyusul ke Jerman. Lagipula sekretarisnya tahu jadwal perjalanannya……” 　　　　“Namun, tepat saat bertekad bulat ke Jerman, Qingyou tiba-tiba menelepon. Katanya mereka sudah menemukan Qin Qian yang kini di Lanxi, memintanya segera ke sana untuk menjelaskan……” 　　　　“Mengingat pertengkaran Tan Yan dan Qin Qian, dia merasa sangat memalukan. Terpaksa mendahulukan urusan ke Lanxi untuk menjelaskan……” 　　　　…… 　　　　“Sepanjang perjalanan ke Lanxi, dia terus mencoba menghubungi Shan Yan, berharap akhirnya. Namun……” 　　　　“Panggilan ke Shan Yan akhirnya tersambung. Yang mengangkat bukan dia, melainkan Ji Siqi.” 　　　　“Maaf, Shan Yan sedang mandi. Jika ada urusan mendesak, akan kusampaikan ponsel ini padanya sekarang……” 　　　　“Saat itu juga, di atas taksi, ponsel terlepas dari telinganya. Terduduk linglung di kursi, lama tak tersadar.” 　　　　Jadi, apakah perjalanan Shan Yan ke Jerman kali ini bersama Ji Sixi? 　　　　Hingga tiba di vila Lanxi milik Jiang Jun, wajahnya tetap pucat. 　　　　Qingyou yang melihatnya segera bertanya, "Ada apa, Kakak Ipar?" 　　　　Dia menggelengkan kepala, berusaha mempertahankan kesadaran rasionalnya, "Ngomong-ngomong, di mana Qianqian?" 　　　　Qingyou menjelaskan, "Wah, kita salah informasi besar tadi... Barusan Qianqian bilang, pertengkaran mereka dengan Tan Yan sama sekali bukan karena kamu, Nyonya Tan salah paham..."