Bab 898 Kerinduan

　　　　Bab 898 Kerinduan 　　　　"Salah informasi?" Dia terlihat bengong sesaat. 　　　　Qingyou menyampaikan permintaan maaf, "Maaf, seharusnya aku tidak memanggilmu sebelum memastikan fakta... Apa kamu masih ada pekerjaan?" 　　　　"Ini bukan salah Qingyou, ini salahku." Qin Qian, ditemani Yaru, muncul di hadapannya. "Maaf, Kakak Su... Tadi mereka menanyakan penyebab pertengkaran kami, tapi aku tidak menjelaskan, jadi mereka mengira ini terkait denganmu... Aku minta maaf sudah membuatmu disalahpahami." 　　　　Dia menghela napas lega, dengan nada tenang, "Yang penting tidak ada kesalahpahaman... Tapi kenapa kalian bertengkar?" 　　　　Yaru menjawab dengan nada pasrah, "Sudahlah Kakak Su jangan ditanya lagi... Aku dan Qingyou sudah menanyainya setengah hari, dia tetap tidak mau bicara..." 　　　　Dia menatap Qin Qian. "Apa Tan Yan menindasmu?" 　　　　Qin Qian menggeleng, tatapannya kosong, suaranya parau, "Kalian semua tahu, dia takkan mengecewakanku... Pertengkaran kami hanyalah perbedaan pendapat biasa." 　　　　“Karena apa kalian tidak sepakat?” tanyanya panik. 　　　　Seperti yang dikatakan Yaru, Qin Qian mulai menghindari topik ini. 　　　　Dia tidak ingin memaksa Qin Qian, lagipula jika Qin Qian tidak mau mengatakannya, pasti ada kesulitan tak terucapkan. "Baiklah... yang penting kau baik-baik saja." Dia menggosok bahu Qin Qian sebagai hiburan. 　　　　Qin Qian mengangguk, tapi memandang semua orang dengan rasa bersalah. "Aku benar-benar minta maaf, sudah membuat kalian khawatir untukku..." 　　　　Dia menggelengkan kepala, "Penampilanmu terlihat sangat buruk." 　　　　"Iya, Qianqian... Jika benar-benar Tan Yan yang menindasmu, kau harus beri tahu kami," kata Yaru dengan kemarahan suci. 　　　　Qin Qian memaksakan senyum tipis di wajahnya. "Dia tidak akan menindasku... Hanya saja akhir-akhir ini aku tidak ingin bertemu dengannya." 　　　　"Tidak masalah, kau bisa tinggal bersamaku di rumah Bibi Shu. Aku jamin tanpa izin kami, siapa pun tidak bisa masuk ke Rumah Bi... Jadi kau bisa dengan tenang mengabaikan seseorang selama beberapa hari." Yaru berkata dengan bangga. 　　　　Qin Qian berterima kasih, "Terima kasih..." 　　　　…… 　　　　Setelah kembali ke perusahaan dari Lanxi, dia sudah tidak memikirkan urusan antara Tan Yan dan Qin Qian, karena dia percaya Qin Qian tidak akan salah paham tentang hubungannya dengan Tan Yan. Otaknya mulai dipenuhi oleh telepon yang diangkat Ji Sixi. 　　　　Ji Sixi bilang ia sedang mandi, artinya mereka sedang bersama. Fakta bahwa Ji Sixi bisa langsung memberikan ponselnya kepada Shan Yan yang sedang mandi membuat hubungan mereka sudah jelas tanpa perlu diucapkan... 　　　　Tiba-tiba dia merasa bersyukur baru saja menerima telepon dari Qingyou, jika tidak, mungkin dia sudah ikut pergi ke Jerman tanpa pikir panjang... 　　　　Lalu bagaimana dia harus menerima kenyataan ini ketika berhadapan dengan Ji Sixi yang bersama Shan Yan? 　　　　Hanya saja, dia selalu tidak mengerti... 　　　　Jika dia sudah bersama Ji Sixi dan hubungan mereka begitu baik, mengapa masih peduli kalau dia belum bisa melepas Jiang Jun? 　　　　Mengingat kata-katanya padanya, terlalu banyak hal yang tidak bisa dia pahami... 　　　　Jika dia sudah melepasnya, mengapa masih selalu mengungkapkan hasrat posesif? Misalnya, langsung menunjukkan statusnya untuk mengusir Xiao Chen... 　　　　Seperti ucapannya yang takkan pernah bercerai dan akan terus bertarung seumur hidup... 　　　　Sebenarnya apa yang ada dalam pikirannya? 　　　　Sayangnya, dia sudah tidak punya keberanian untuk menelepon dan menanyakan jawabannya. Lagipula dia tahu, panggilannya mungkin takkan diangkat lagi... 　　　　…… 　　　　Hari-hari tanpa Shan Yan terasa sangat panjang, namun roda waktu tetap bergerak perlahan. Datang bulan yang ditunggu tak kunjung tiba. 　　　　Kabar ini membuat seluruh anggota Keluarga Gu gembira bukan main. Sebelum sempat periksa ke rumah sakit, ibu mertua dan Tante Qu sudah ingin menghubungi Shan Yan... 　　　　Tapi dia tak mau gegabah mengambil kesimpulan. Dia meminta mereka menunggu hasil pemeriksaan rumah sakit dulu sebelum memberi tahu Shan Yan. 　　　　Ibu mertua dan Tante Qu juga tidak bisa disalahkan. Setelah menyetujui permintaannya, mereka menemaninya ke Rumah Sakit Jiang Group untuk pemeriksaan saat datang bulannya tertunda sekitar seminggu. 　　　　Saat itu, dia merasa semua orang diam-diam berdoa di relung hati agar dirinya sudah hamil anak. Bahkan dia melihat ibu mertua begitu tegang sampai berkeringat... 　　　　Sementara itu, saat terbaring di ranjang pemeriksaan, sebenarnya dia sudah punya firasat samar bahwa dirinya hamil. Lagipula, akhir-akhir ini dia sering mengalami mual seperti gejala kehamilan - persis sama dengan kondisi saat mengandung Xiao Xi dulu. Tapi entah mengapa, hatinya terasa getir... 　　　　Baru ketika dokter dengan gembira mengumumkan bahwa dia memang sudah hamil lima minggu, bayangan Shan Yan tiba-tiba melintas di pikirannya. Saat itulah dia sadar, rasa getir itu muncul karena Shan Yan tidak ada di sisinya... 　　　　Padahal sebelumnya dia selalu yakin bahwa saat momen ini tiba, Shan Yan pasti akan berada di sampingnya. Mungkin bahkan akan mengangkatnya dengan penuh sukacita... 　　　　Tapi kini, hubungan mereka seolah kembali ke titik awal, tak lagi bersinggungan... 　　　　…… 　　　　Sepulang dari Jiang Group, ibu mertua dan Tante Qu begitu bahagia sampai terus mengingatkannya untuk hati-hati melangkah. Mereka bahkan berharap dia mengundurkan diri dari pekerjaan untuk fokus merawat kandungan di rumah... 　　　　Tapi dia menolak. Dia tidak mau terkungkung di rumah. Pekerjaan yang diberikan Tan Yan saat ini sangat disukainya. Menurutnya, dia bisa mengurus pekerjaan dan anaknya sekaligus dengan baik. 　　　　Ibu mertua tidak memaksanya, memilih menghormati keputusannya. Mungkin ibu mertua juga khawatir merawat Xiao Xi di rumah akan membuatnya lelah, jadi membiarkannya melakukan hal yang disukai. Ibu mertua sangat paham dia pasti akan melindungi janin di perut dengan baik... 　　　　Beberapa hari berikutnya, ibu mertua dan Tante Qu setiap malam sibuk meracik obat penguat untuknya. Dia tetap bekerja di Perusahaan Tan seperti biasa, tentu dengan ekstra hati-hati... 　　　　Tapi tak ada yang tahu, dibalik sikapnya yang seolah tak terjadi apa-apa, sebenarnya setiap hari dia terus memikirkan kapan Shan Yan akan kembali. 　　　　Ya, dia sangat merindukannya. 　　　　Kerinduan itu semakin menggunung dalam dadanya seiring berjalannya waktu. 　　　　Baru saat ini dia menyadari, perasaannya padanya sudah berkembang menjadi cinta... 　　　　Kebaikan pria itu, saat-saat mereka bersama di Madrid, semuanya terasa begitu melekat dan dikenang. Andai saja saat ini ia bisa berada di sisinya... 　　　　Entah mengapa dalam waktu singkat dia bisa jatuh cinta padanya. Tapi kerinduannya begitu mendalam, benar-benar tak tertahankan... 　　　　…… 　　　　Tan Yan menangkap ketidakfokusannya dalam bekerja belakangan ini. Meski tak ada kesalahan nyata, pria itu tetap bisa melihatnya. 　　　　Saat sore itu dia terpaku di depan jendela kaca kantor sambil memegang gelas air, suara Tan Yan tiba-tiba terdengar dari belakang. "Bukankah seharusnya kau sedang bersukacita? Selain akan menjadi ibu lagi, penyakit Xiao Xi juga akhirnya bisa sedikit terobati." 　　　　Dia berbalik, tersenyum. "Sepertinya pertengkaranmu dengan Qianqian benar-benar bukan karena aku, jika tidak kau tak akan sering datang ke kantorku seperti ini." 　　　　Tan Yan duduk di sofa, ekspresinya khidmat. "Kita sedang membicarakan urusanmu, untuk apa menyinggung hubunganku dengan Qianqian?" 　　　　"Aku hanya tak mengerti bagaimana mungkin kau dan Qianqian bisa bertengkar? Lagipula kalian berdua bukan tipe yang suka berselisih." Katanya dengan ragu.