Bab 905Jawaban
Shan Yan mengangkat alis. "Sixi mencarimu?"
Rupanya dia tak tahu. "Ya, hari ini di depan pintu perusahaan Qin dia menemukanku. Dia bilang sudah hamil."
Pupil mata Shan Yan yang sudah suram semakin meredup. "Benarkah?"
Dia tidak menyangkal fakta kehamilan Ji Sixi. Jadi benar, Ji Sixi memang hamil anaknya.
Jantungnya kembali terasa sakit yang menusuk. "Bisakah kau minta dia jangan datang mencariku lagi?"
Shan Yan berpikir sejenak, lalu berkata, "Ini memang kelalaianku... Tenang saja, kejadian seperti ini takkan terulang lagi. Aku jamin."
“Dia benar-benar berharap ia bisa menyangkal fakta bahwa Ji Sixi hamil, tapi hingga sekarang, ia masih belum menyangkal...”
Dia menundukkan kelopak matanya, tidak membiarkannya melihat kepedihan di hatinya saat ini. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"
“Katakan.”
“Sebelum ke Jerman kali ini, sebenarnya kau selalu berharap aku jatuh cinta padamu, Benarkah?” Setelah menyesuaikan hatinya, dia mengangkat kepala, memandangnya dengan tenang.
“Mengapa berkata begitu?” Shan Yan membalas bertanya.
Dengan tenang dia menjawab, “Karena terlalu banyak hal yang menunjukkan kalau kau masih peduli padaku... Jika bukan karena belum bisa melepas aku, berarti sengaja diperlihatkan.”
Shan Yan menarik tipis sudut bibirnya, berkata sambil tersenyum, “Lalu menurutmu yang mana?”
“Aku yang sedang bertanya.” Suaranya kokoh.
Shan Yan melepas dasi di lehernya, tubuhnya bersandar santai di Sofa yang luas, mata sipitnya yang jernih menyipit memandangnya, “Benar, kau tepat. Aku memang selalu berharap kau mencintaiku, sayang hasilnya mengecewakan.”
Tangannya mencengkeram erat sofa di bawahnya, merasakan pipinya pelan-pelan dingin. “Jadi, alasannya yang pertama atau kedua?”
Shan Yan kembali menarik sudut bibir, “Kubilang tadi, kau hanya boleh bertanya satu hal.”
“Baik, kalau begitu aku tebak saja.”
“Silakan.”
Dia menarik napas dalam, menahan rasa sakit di dada, baru berkata, “Kutebak yang kedua.”
Shan Yan sedikit mengangkat bibirnya, senyum tipis yang lembut menghiasi ujung bibir tipisnya. "Mengapa kau mengira itu yang terakhir?"
Dia mengangkat pandangan, bertatapan dengan bola matanya yang dalam dan tajam. "Karena jika itu yang pertama, tak mungkin kau membiarkan Ji Sixi hamil."
Shan Yan menundukkan mata, tersenyum sambil berkata, "Mungkin kehamilan Ji Sixi hanyalah sebuah kecelakaan..."
Dia menggelengkan kepala, dengan tegas menyatakan, "Kau adalah orang yang sangat teliti. Jika bukan karena persetujuan diam-diammu, tak mungkin ada 'kecelakaan' seperti ini."
Baru kemudian Shan Yan mengangkat pandangannya, memandangnya dengan tenang. "Sayangnya kau tidak jatuh cinta, bukan?"
"Jadi... benarkah itu yang terakhir?" Suaranya serak menahan getir di leher.
"Di hatimu bahkan tak ada sedikitpun keharuan, benar?" Shan Yan kembali membalas bertanya.
Dia menundukkan kepala, tapi tak ada yang tahu, kilasan luka muncul sekejap di mata jernihnya. "Sebenarnya kau ingin membalas dendam padaku, kan?"
"Balas dendam?" Shan Yan seolah mendengar kata yang menggelikan, tersenyum penuh arti.
Rasa sakit yang menekan di dada membuatnya tak tahan lagi mengangkat pandangan, menantang mata tak terukur miliknya. "Bukan begitu? Kau sudah memutuskan untuk bersama Ji Sixi, tapi pura-pura masih peduli padaku. Selain balas dendam, masih ada alasan lain?"
Shan Yan tersenyum mengangguk, "Bagus, lanjutkan."
Tangannya semakin erat menggenggam Sofa di bawahnya, mempertahankan posisi duduk yang normal. "Aku masih ingat saat kita bertemu di Kota H, kau sengaja menjebakku... Meski Ji Sixi memberitahukan bahwa sebenarnya kau ingin membantuku, tapi sebenarnya itu salah paham. Saat itu kau benar-benar berniat menyulitkanku, inti dirimu sudah lama melepaskanku, bahkan membenciku setengah mati... Kemudian karena penyakit Xiao Xi, kita tak punya pilihan lain harus terlibat, kau menunjukkan perhatian dan perlindungan padaku, sebenarnya itu hanya upaya merendahkan diri agar aku jatuh cinta padamu, akhirnya merasakan kepedihan cinta yang tak kesampaian sepertimu..."
Shan Yan tidak lagi berbicara, hanya memandangnya, namun senyuman tetap menghiasi wajah tampannya.
"Apa yang kukatakan benar?" Suaranya mulai parau tak terkendali. "Selain alasan ini, aku tak bisa membayangkan alasan lain mengapa kau mengganggu aku dan Ji Sixi sekaligus... Sayangnya seperti katamu, aku tak seperti perkiraanmu—jatuh cinta padamu."
Tiga karakter terakhir itu diucapkannya dengan getir luar biasa.
Shan Yan akhirnya perlahan membuka mulut, "Benar, sungguh disayangkan... Malam itu kuberakting mati-matian di hadapanmu, memainkan seluruh kepedihan sepuluh tahun terakhir, tapi tetap tak bisa membuat hatimu berdebar... Sedikit pun tak tersentuh."
Teringat pagi itu ketika tak sabar ingin pergi ke perusahaan mencari dia, menyatakan isi hati, darah di hatinya seolah ditusuk pisau. "Di relung hatimu, apakah aku benar-benar sehina itu?" Tanyanya dengan getir.
"Sebaiknya aku yang menanyakan ini padamu..." Mata sipit memanjang Shan Yan menyipit bagai garis lurus, kedalamannya bagai kolam gelap yang tak bertepi, bahkan jiwanya sendiri terkubur di dalamnya. "Begitu hinakah citraku di relung hatimu? Sampai-sampai semua usahaku merayumu, melindungimu, mencoba membuatmu jatuh cinta, tak sedikitpun menggoyahkan hatimu?"
Dia menundukkan kepala, seberkas kepedihan terlihat di matanya.
Dia sangat ingin memberitahu bahwa ia berhasil, saat ini dirinya seperti orang gila yang mencintainya. Tapi semua ini hanyalah tipu muslihat...
"Mengapa memperlakukan ku seperti ini?" Suara seraknya bertanya.
"Sederhana saja. Karena sepuluh tahun aku mencintai seperti orang bodoh, melakukan berbagai kebodohan... Aku ingin kau merasakan kepedihan yang sama!" Nada bicara Shan Yan terdengar santai, tapi tak ada yang tahu bola matanya saat ini dipenuhi kegilaan dan dendam.
Matanya memerah, tapi dia berusaha mati-matian menahan air mata. "Sudahlah, mari hentikan diskusi ini..."
"Kenapa? Tampaknya kau terguncang?"
Dia memalingkan wajah. "Pergilah dulu. Aku tak ingin Ibu dan Tante Qu nanti melihat suasana kita yang tidak baik."
“Kau tangisi seorang pria yang mencintaimu selama sepuluh tahun akhirnya tersadar, sejak saat itu kau kehilangan satu lagi orang yang bisa kau sombongkan di hadapannya? Oh, tidak, seharusnya... sejak saat itu kau kehilangan orang terakhir yang bisa kau sombongkan di hadapannya... benarkah?” Shan Yan berkata dengan nada sinis.
Dia meninggalkan sofa, langsung berdiri tegak. “Tolong tepati janjimu tadi untuk tidak membiarkan Ji Sixi mendatangiku lagi.”
Shan Yan tidak menghiraukan gerakannya, bahkan tak melirik sekalipun, senyuman tipis mengembang di bibirnya, “Tentu saja, bagaimanapun, aku tak akan menjadikan nyawa Xiao Xi sebagai bahan lelucon...”
“Terima kasih.”
Tanpa menoleh, dia melanjutkan langkah. Saat itu juga, air mata segera mengaburkan pandangannya.
Ibu mertua dan Tante Qu yang sedang keluar memanggilnya, “Su Mo, mari makan.”
“Ya, aku ke toilet dulu, sebentar lagi datang.”
Setelah masuk ke toilet lantai satu, dia mengunci pintu, tangan menutup mulutnya erat-erat, mencegah dirinya meledak dalam isakan.
