Bab 907 Foto yang Disimpannya
Shan Yan memeluknya erat dari belakang. Andai saja dia tidak tahu kalau perlindungannya hanya untuk anak, pelukan penuh perhatian sedekat ini pasti akan disalahartikannya.
"Aku akan telepon dokter tanya apakah ada obat untuk meredakan Morning Sickness-mu. Tidak akan kubiarkan kau muntah terus seperti ini!" suara Shan Yan berat berwibawa.
"Aku benar-benar baik-baik... Morning Sickness-ku biasanya tidak separah ini." Dia berusaha menjelaskan.
Mendengar, wajah Shan Yan baru sedikit membaik. "Apa yang kau katakan benar?"
Dia mengangguk, "Aku benar-benar tidak apa-apa... tadi hanya terlalu kenyang."
Shan Yan baru perlahan melepaskannya, tapi ekspresinya masih tak baik. "Aku akan mengangkatmu keluar."
"Graaah! Tidak perlu..."
Shan Yan tak memberi ruang penolakan, langsung mengangkatnya.
Urusan pembayaran diserahkan pada Qin Kai. Shan Yan langsung membawanya ke basement parkir, menaruhnya di kursi penumpang mobil, lalu merebahkan sandaran kursi agar dia bisa berbaring nyaman.
"Sekarang lebih baik?" tanya Shan Yan dengan suara lembut sambil memandangnya khawatir.
Sebenarnya setelah muntah dia sudah baik-baik saja. Tapi saat ini, perhatian dan ketelitiannya membuatnya tersentak. Dia menatap kosong ke arah pria itu. "Sudah membaik..."
Kening Shan Yan yang berkerut sepanjang waktu akhirnya mengendur. "Sulit untukmu."
Ulu hatinya terasa getir.
Sebenarnya perhatian seperti ini sudah sering dia berikan dulu. Tapi saat itu, tak pernah sekalipun dia simpan di relung hati...
Baru sekarang dia sadar, betapa dalam luka yang pernah dia torehkan di hatinya...
Dia tahu yang paling parah adalah saat dia nekat menabrakan mobil di hadapannya, mengabaikan Xiao Xi, mencoba mengakhiri hidup.
Masih jelas terekam di ingatannya teriakan putus asanya saat mobil itu menghantam...
Kini dia bisa membayangkan, betapa pedih hati pria itu saat itu, betapa tersiksanya...
“Rasa bersalah membanjiri dadanya, dia tak berani lagi terpaut pada ketampanan dan keindahan wajahnya, menundukkan kelopak mata, dengan goyah berucap, "Tidak sulit... Demi Xiao Xi, aku akan menjaga diri sendiri dengan baik."
"Kalau begitu kau berbaringlah sebentar, aku akan menangani ini." Shan Yan melihat Qin Kai datang, berkata padanya.
Dia mengangguk, tak berani lagi mengangkat pandangan ke wajah Shan Yan.
Shan Yan keluar dari gerbong mobil, pergi ke restoran untuk membersihkan kemeja yang kotor.
Mulai saat itu dia terduduk linglung memandang atap mobil, mengingat setetes-demi-setetes kenangan saat Shan Yan masih mencintainya, meski rasa bersalah dan penyesalan membuat hatinya terasa sakit seperti penyiksaan lingchi...
……
Ketika Shan Yan kembali, kemejanya sudah dicuci bersih namun masih basah.
Dia sudah menyesuaikan emosinya, bertanya, "Apa di perusahaanmu ada pakaian ganti? Kalau ada, pergilah ke sana ganti baju yang bersih!"
Shan Yan mengangguk, jelas terlihat sebagai pria yang sangat menjaga kebersihan, pakaian kotor membuatnya sangat tidak nyaman.
Qin Kai langsung menyetir mobil menuju lokasi kerja Shan Yan.
Ini adalah satu gedung perkantoran utuh, sedangkan Shan Yan menyewa satu lantai sebagai kantornya di Kota C.
Meski hanya satu lantai, ukurannya sangat besar mengejutkan, terdapat kantor dengan jendela kaca di dua sisi, plus satu suite raksasa.
Tempat ini seperti area pribadi Shan Yan, bisa untuk bekerja maupun tinggal.
Dia tidak ikut Shan Yan masuk ke dalam suite, hanya diam menunggu di kantornya dengan tenang.
Tak sengaja menemukan salah satu laci meja kerjanya terbuka setengah, karena rasa ingin tahu, dia bangkit dari sofa dan mendekati meja kerja.
Namun tak disangka, di dalam laci tersebut dia melihat sebuah dompet.
Karena dompet juga terbuka sebagian dan terlihat samar-samar foto di dalamnya, dengan penasaran dia mengambil dompet itu.
Pada detik berikutnya, seluruh tubuhnya terpana.
Ya, dia tak menyangka di dalam dompet tersimpan foto dirinya - potret dirinya di balkon nan indah dengan rambut tertiup angin, saat tangan menyisipkan helaian rambut ke belakang telinga...
Balkon itu masih diingatnya, bagian dari vila keluarga yang jarang dihuni. Tukang kebun menanam bunga-bunga segar di sana. Dulu setiap kali pulang dari Amerika Serikat, dia selalu mengobrol dengan Shan Yan di tempat itu...
Kala itu Shan Yan selalu menjadi pendengar terbaik, menyimak ceritanya tentang kehidupan di Amerika, juga kisah tentang hubungannya dengan Jiang Jun...
Hanya saja, dia sama sekali tak ingat pria ini pernah memotretnya...
Jadi, apakah foto ini diam-diam diambilnya?
Artinya, sejak menjadi pendengar setianya, sebenarnya dia sudah mencintainya?
Hidungnya mulai terasa kepedihan.
Rupanya sejak begitu awal, cintanya sudah tertanam, jauh melebihi sepuluh tahun...
Tapi kenapa dia masih menyimpan foto ini?
Xiao Xi sebelumnya juga pernah menceritakan foto ini padanya, dia mengira ia lupa membuangnya. Tapi sekarang ini adalah kantor barunya, dan dompet itu diletakkan di tempat yang mudah dijangkau saat bekerja. Jelas ini bukan soal lupa membuang seperti yang dia kira, melainkan disimpan dengan sengaja...
Apakah...
Dia mengatupkan dompet itu erat-erat, tiba-tiba rasa hangat mengalir di hatinya. Namun, tepat saat senyum merekah di wajahnya, suara dingin Shan Yan menusuk telinganya——
"Kau kan seorang Nona Besar berpendidikan, masak tidak tahu kalau mengobrak-abrik barang orang di wilayah kekuasaannya itu tindakan tidak sopan?"
Dia membeku sesaat sebelum menoleh padanya, tapi suaranya tersekat di leher. "Aku..."
Shan Yan sudah mandi, mengenakan robe tidur hitam yang membuat wajahnya saat ini terlihat semakin suram. "Penasaran kenapa aku menyimpan fotomu?"
Dia memandanginya tanpa menjawab.
Shan Yan menghampirinya, bayangan tubuhnya yang tinggi menjulang memandangi dari atas. "Tahukah kau foto ini adalah motivasiku?"
Tatapannya berkilat samar, tak mengerti maksudnya.
Shan Yan merebut foto dari tangannya, lalu menatapnya dengan intens. Dengan suara datar ia berkata kata demi kata, "Setiap kali karierku menghadapi hambatan, aku akan melihat foto ini. Kuberpesan pada diri sendiri: harus melewati rintangan ini. Karena hanya dengan begitu... aku bisa membuat orang dalam foto yang meremehkanku ini, terpaksa mendongak memandangku."
Mendengar penjelasannya, tubuhnya sedikit kaku.
Shan Yan baru kemudian menoleh ke arahnya, dan dari pupil hitam pekatnya, dia sudah melihat wajah pucatnya saat ini.
Ia perlahan berkata, "Sebenarnya aku harus berterima kasih padamu... Jika bukan karena kau, aku tak akan punya motivasi sebesar ini untuk menjadi orang yang bisa menyaingi Jiang Jun, dan tentu Takuma Group tak akan ada hari ini."
Jadi, dia menggunakan fotonya untuk terus mengingatkan dirinya sendiri?
Hatinya seolah terjatuh dari surga ke neraka, tubuhnya gemetar halus. "Aku minta maaf, sebelumnya padamu——"
Namun sebelum kalimatnya selesai, Shan Yan sudah membuang foto beserta dompet ke tempat sampah.
Dia refleks mengangkat pandangan, menatapnya dengan keterkejutan.
Shan Yan tersenyum tipis, memandangnya dengan lembut, "Sekarang aku tak perlu menyimpan foto ini lagi... Karena, kini aku sudah mendapatkan yang kuinginkan, dan berkomitmen untuk menjadi temanmu."
