Bab 909 Aku Sudah Tak Peduli
Malam harinya Jiang Jun juga tiba, keluarga makan bersama di restoran. Ibu mertua bahagia sampai mulutnya menganga.
"Jiang Jun, Qingyou, kalian harus sering-sering kembali ke sini ya... Selama kalian ada di sini, barulah rumah ini bisa disebut rumah." Ibu mertua berkata dengan penuh perasaan.
Jiang Jun tersenyum, "Tentu, Bu... Aku dan Qingyou akan sering mengunjungi Ibu."
Ibu mertua mengangguk puas, "Ibu juga tahu kau sibuk, jadi tak memaksamu menemani Qingyou setiap kali pulang. Tapi ingat, sesibuk apapun harus tetap menemani istri sendiri." Sambil berkata demikian, matinya menyapu pandang ke Shan Yan yang duduk di sebelahnya.
Baru saat ini ia menyadari nasihat ibu mertua pada Jiang Jun sebenarnya ditujukan untuk Shan Yan. Jelas Shan Yan lebih dulu menyadari, menyendokkan sayur favoritnya ke mangkuk sambil tersenyum, "Makan yang banyak."
Ia tak lupa berakting, wajahnya merekah senyum puas. "Ya."
Melihat adegan ini, senyum ibu mertua semakin lebar.
Namun tiba-tiba Qingyou meletakkan mangkuk nasi perlahan, berkata datar, "Aku kenyang. Silakan lanjutkan."
Ibu mertua tertegun, "Qingyou, hampir tak kau sentuh makanannya."
"Tadi aku kebanyakan makan buah. Tak lapar." Sebelum pergi, Qingyou melontarkan tatapan kesal ke arah Shan Yan.
Ibu mertua tak menyadari keanehan Qingyou, masih tersenyum, "Xiao Mei secara pribadi membuat sup, nanti malam kau cicipi lagi."
Memandang bayangan Qingyou yang menjauh, dalam hati menghela napas. Urusannya dengan Shan Yan kembali membuat Qingyou khawatir!
“Ibu, aku juga sudah kenyang, silakan kau menikmati santapan.” Tak lama kemudian, Jiang Jun juga meninggalkan restoran.
Ibu mertua masih terbenam dalam sukacita makan malam bersama keluarga malam ini, sama sekali tidak menyadari kelainan yang ada, terus mengingatkannya untuk makan lebih banyak. Sementara Shan Yan tampak penuh arti, jelas sudah merasakan perubahan sikap Qingyou terhadapnya malam ini.
Setelah makan malam, semua orang mengobrol di ruang tamu sejenak sebelum kembali ke kamar masing-masing.
Karena Jiang Jun dan Qingyou akan menginap di sini malam ini, Shan Yan terpaksa pindah dari kamar tamu ke kamar mereka untuk beristirahat.
Menemani dia masuk ke kamar, Shan Yan langsung memandangnya dengan tatapan penuh pertimbangan. "Qingyou berbicara denganmu sore tadi?"
Orang pintar memang selalu begitu, tak pernah membutuhkan penjelasan bertele-tele.
Dia duduk di sofa, membiarkan tubuhnya nyaman bersandar pada bantal. "Kau dan Ji Sixi ketahuan sedang berlibur di Jerman. Mungkin ada yang memberitahu Qingyou, jadi hari ini dia sengaja datang dengan alasan mengajak anak menjenguk Ibu untuk menanyakan hal ini." Ujarnya jujur.
Shan Yan duduk di sofa seberangnya. "Apa jawabanmu?"
Dengan tenang dia menjawab, "Mengingat sudah ada saksi mata, percuma aku membelamu. Qingyou tetap tak akan percaya. Jadi aku mengakui kenyataan ini, dan bilang kita akan bercerai setelah Xiao Xi sembuh total... Tapi soal kehamilan Ji Sixi, aku tidak bocorkan."
Wajah Shan Yan mulai mendung seperti awan kelam.
Dia mengangkat pandangan, menatapnya. "Kau juga tak perlu khawatir. Aku yakin Qingyou akan menjaga rahasia ini, takkan sampai Ibu mengetahuinya."
Shan Yan tetap tidak bersuara, bibir tipisnya terkunci rapat bagai garis lurus.
Di saat itu, terdengar suara ketukan teratur dari pintu kamar. "Kak, kau di dalam? Aku mau bicara denganmu."
Mendengar suara Qingyou, Shan Yan meliriknya sekilas.
Dia bingung dengan maksud pandangan itu, bertanya, "Ada apa? Apakah kau mau aku menipu Qingyou?"
Shan Yan masih diam, namun dengan dingin meninggalkan sofa.
Dia tahu Qingyou pasti ingin membahas urusan Ji Sixi dengan Shan Yan. Setelah lama bergulat dalam keraguan, akhirnya dia meninggalkan kamar.
Di rooftop lantai atas vila, dia melihat Qingyou dan Shan Yan.
Dia berdiri di tempat yang tak terlihat oleh mereka, bersandar di tembok, menyimak.
"Kak, hubunganmu dengan Ji Sixi seperti apa?" Jelas Qingyou sudah bertanya berulang kali sebelumnya tanpa jawaban, sehingga suaranya kini mulai gelisah. "Mengapa kau tidak menjawabku? Apakah hubunganmu dengannya tidak seperti yang kami kira?"
Setelah lama, Shan Yan akhirnya bersuara, "Apa maksudmu?"
Qingyou tersulut emosi, "Maksudku, kalau kau sudah menikah dengan Su Mo dan aku sudah memanggilnya kakak ipar, kau harus bertanggung jawab atas pernikahanmu. Bagaimana bisa kau menjalin hubungan tidak wajar dengan perempuan lain?"
"Pernikahanku dengan Su Mo memang bukan pernikahan normal," jawab Shan Yan datar.
Qingyou kesal, "Tapi kau mencintainya, bukan?"
Shan Yan menjawab singkat, "Itu dulu."
Qingyou terdiam sejenak.
Setelah kesunyian beberapa ketuk, Shan Yan bersuara, "Bagi saya, masa lalu adalah pusaran laut dalam yang tak bisa kulepaskan. Sekarang setelah susah payah berhasil melepaskan diri, sebagai adik, bukankah kau seharusnya berbahagia untukku?"
"Aku tak percaya kau sudah tak mencintai Su Mo lagi, sungguh tak percaya..." teriakan parau Qingyou terdengar.
Shan Yan tersenyum tenang, "Seorang wanita yang sejak awal tak pernah benar-benar menatapku, apa kau yakin mau aku mencintainya seumur hidup?"
"Tapi semua perlakuan Su Mo padamu dulu itu karena dia salah paham..." Qingyou mati-matian membelanya.
Shan Yan mendengus pelan, "Benar salah paham, tapi masa lalu tak pernah memberi kesempatan penjelasan."
Dada perempuan itu terasa sakit tumpul mendengar jawaban Shan Yan.
Qingyou menghela napas, lalu berbicara lembut, "Baik, hal-hal masa lalu tak kita bahas... Aku hanya bertanya, apakah kau serius dengan Ji Sixi?"
Dengan nada santai Shan Yan membalas bertanya, "Apa pertanyaan ini ada maknanya?"
"Tentu ada, karena..." Tenggorokan Qingyou tiba-tiba macet, tak melanjutkan.
Relung hatinya sudah berfirasat apa yang akan diucapkan Qingyou selanjutnya. Inilah konsekuensi yang sudah diperkirakannya sejak mengungkap fakta pada Qingyou, sekaligus alasan utama kehadirannya di sini untuk "menyimak" percakapan mereka...
"Apa?" tanya Shan Yan.
Qingyou menarik napas dalam sebelum akhirnya bersuara, "Karena Su Mo mencintaimu."
Ia tak bisa melihat ekspresi Shan Yan saat ini, tapi hatinya menggantung di tenggorokan. Namun tak kunjung terdengar jawaban dari Shan Yan.
"Kak, ini diakui langsung oleh Su Mo sendiri," Qingyou mengulangi.
Tak tahu berapa lama, baru dia mendengar suara Shan Yan, "Aku sudah tidak peduli lagi."
Mungkin fakta ini membuat Qingyou terpana, Qingyou juga lama tak bersuara.
Sementara dia, bersandar di tembok, merasa tubuhnya perlahan mulai lemas.
"Aku tidak percaya, dulu kau begitu mencintai Su Mo... Aku yakin tak ada cinta manusia di dunia ini yang bisa menyaingi cintamu padanya." Qingyou tak bisa menerima kenyataan ini, suaranya serak.
Suara Shan Yan tetap tenang, "Sekarang, aku tidak menginginkan perasaannya itu."
Qingyou kembali sunyi sepi.
Dia tak lagi punya keberanian untuk tetap berada di sini, perlahan melangkah pergi, akhirnya meninggalkan kegelapan malam ini...
Seperti mayat berjalan, dia menuju kamarnya, dalam pikiran terus bergema ucapan Shan Yan pada Qingyou, air mata mengalir tak terbendung...
Tiba-tiba, dia mendengar derap langkah kaki, buru-buru mengusap air mata, tapi sudah terlambat, orang itu telah memandangnya dari kejauhan.
Syukurlah, orang itu adalah Jiang Jun.
