Bab 916 PEMBICARAAN PERCERAIAN (Bagian 1)
Beberapa hari berikutnya, Shan Yan tak kembali ke Kediaman Gu. Bahkan ibu mertua tak bisa menghubunginya.
Dia menduga Shan Yan sedang sibuk menemani Ji Sixi melahirkan, seperti yang pernah diutarakan Shan Yan tentang waktu persalinan Ji Sixi...
Ibu mertua sampai terkunci emosi karena tak bisa menghubungi Shan Yan.
"Baik! Kalau dia tak mau pulang, jangan pernah kembali! Asalkan aku punya dua cucu sudah cukup!"
Tante Qu menghela napas, "Shan Yan ini keterlaluan. Dia tahu kondisi Xinmei belum pulih, masih tega membuatnya kesal..."
Dia tahu Shan Yan tak sengaja menghilang. Shan Yan selalu menghormati ibu mertua. Pasti Ji Sixi yang sangat membutuhkannya sampai dia tak bisa kembali...
Memikirkan dia selalu tak bisa meyakinkan ibu mertua setuju untuk memisahkan dirinya dengan Shan Yan, demi meredam jalan buntu di depan mata, akhirnya dia bersuara saat ini, "Ibu, aku dan Shan Yan benar-benar tak mungkin lagi, dipaksakan bersama pun tak akan menghasilkan baik......"
Ibu mertua tak tahan memotong kalimatnya, "Shan Yan masih punya perasaan padamu, hanya sedang bertaruh sesaat......"
Tubuhnya menyandarkan diri ke sofa, menundukkan kelopak mata, berkata parau, "Dia bukan bertaruh sesaat, perasaannya padaku benar-benar sudah hilang, karena——Ji Sixi sudah mengandung anaknya, anak itu mungkin sudah lahir saat ini......"
"Apa?" Ibu mertua terkejut sampai matanya terbelalak.
Tante Qu di samping juga kaget. "Su Mo, kau serius?"
Dia mengumpulkan keberanian, menatap ibu mertua yang membeku. "Benar... Kalian semua paham karakter Shan Yan, jika dia benar peduli, tak mungkin ada anak dengan Ji Sixi... Karena sudah ada anak, artinya Shan Yan berniat menghabiskan umur hidupnya bersama Ji Sixi."
"Ini......" Ibu mertua sudah tak tahu harus berkata apa.
Tante Qu bertanya, "Jadi Shan Yan akhir-akhir ini......"
Dia menahan rasa sakit di dada, melaporkan sejujurnya, "Akhir-akhir ini seharusnya masa persalinan Ji Sixi, jadi Shan Yan pasti sedang menemaninya......"
Ibu mertua dan Tante Qu tak bersuara lagi, lama sekali, mereka belum bisa mencerna kenyataan ini.
……
Sampai malam hari, ibu mertua baru mengetuk lembut pintu kamarnya.
Dia baru saja selesai menyuapi si kecil, dan si kecil kebetulan tertidur.
"Ibu."
Dia mempersilakan ibu mertua dan Tante Qu masuk ke kamar.
Ibu mertua melirik si kecil yang sedang tertidur nyenyak di boks bayi, wajahnya menunjukkan rasa bersalah. "Sulit untukmu... Tubuhmu belum sepenuhnya sembuh, masih harus merawat anak dengan susah payah begini."
Dia menggelengkan kepala, "Dia jauh lebih penurut daripada Xiao Xi waktu kecil, habis makan langsung tidur, jadi sama sekali tidak merepotkan... Sayangnya aku tidak punya ASI, padahal saat melahirkan Xiao Xi dulu ada."
"Syukurlah tidak ada ASI, kalau ada pasti akan lebih melelahkan..." Ibu mertua menggenggam tangannya, menyuruhnya duduk di sofa kamar.
Setelah duduk, dia bertanya, "Ibu, sudah larut begini, ada urusan apa?"
Ibu mertua baru kemudian mendesah pelan, mulai berbicara, "Ucapanmu siang tadi, ibu sudah pertimbangkan dengan matang... Jika benar seperti yang kau katakan, Shan Yan sudah memiliki wanita lain di luar dan bahkan punya anak dengan wanita itu, maka pernikahan kalian memang tak perlu dipertahankan lagi..."
Dia tersenyum. "Benar, Ibu... Di dunia ini segala sesuatu bisa dipaksakan, hanya perasaan yang tak bisa dipaksakan."
Ibu mertua tak kuasa menahan air mata, menggenggam tangannya erat-erat, suaranya tersekat, "Tapi kalau kau dan Shan Yan berpisah, bagaimana dengan dua anak ini?"
Melihat kesedihan ibu mertua, hatinya semakin tercabik, karena seandainya memungkinkan, dia sama sekali tak ingin membuat kakek bersedih untuk mereka.
"Sayangnya, ini sudah menjadi kenyataan yang harus dihadapi kakek."
"Ibu, aku dan Shan Yan sebenarnya sudah lama sepakat... Hak asuh anak akan menjadi milikku di masa depan, tapi kalian bisa mengunjungi mereka kapan saja, juga bisa menjemput mereka ke Kediaman Keluarga Gu kapan pun. Aku tidak akan meninggalkan Kota C, aku akan tetap di sini agar Ibu bisa melihat mereka kapan saja..." dia berkata sejujurnya.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak tinggal di Kediaman Gu saja?" ibu mertua berkata dengan serius.
Ia segera menggelengkan kepala, "Aku dan Shan Yan sudah berpisah, bagaimana mungkin aku tinggal di Kediaman Gu? Nanti apa pendapat istri Shan Yan?"
Ibu mertua bersuara kesal, "Hanya kau satu-satunya menantu yang ada di hatiku. Yang lain, meski Shan Yan bawa pulang, tak akan kukenal... Jadi, aku tak akan halangi Shan Yan bersama wanita itu, tapi jangan harap ia bisa membawa perempuan itu tinggal di rumah kita!"
"Ibu, jangan begini..." suaranya tiba-tiba serak. "Anak Shan Yan dan Ji Sixi tak bersalah... Jika Ibu tidak mengizinkan Ji Sixi masuk, bagaimana nasib anak itu?"
"Aku..."
Tampaknya ibu mertua juga peduli pada cucu itu. "Kegagalan Shan Yan dan aku untuk bersatu bukan kesalahan Shan Yan, apalagi Ji Sixi. Ini semata takdir... Jadi tolong jangan salahkan Shan Yan, juga jangan berprasangka pada Ji Sixi. Biarkan mereka merawat Ibu dengan baik di masa depan."
Air mata ibu mertua mulai berderai. "Xiao Xi pasti sangat sedih jika tahu kalian berpisah. Aku khawatir dia bahkan tak mau mengakui Shan Yan sebagai ayahnya lagi."
"Tidak akan…" dia berkata serius, "Xiao Xi adalah anak yang penuh pengertian, asalkan kita jelaskan dengan jelas padanya, dia pasti akan mengerti… Sebelumnya tidak memberitahunya hanya karena khawatir memperburuk kondisinya."
"Tapi kau seorang wanita yang harus membesarkan dua anak, bagaimana kau akan menghidupi mereka?" Ibu mertua berduka hingga terus menggelengkan kepala, sama sekali tidak bisa menerima kenyataan ini.
"Hidupku tidak akan sulit, pertama-tama Shan Yan akan memberiku nafkah anak, kedua aku akan sering membawa anak-anak mengunjungi Ibu… Jadi sebenarnya hanya dua anak ini yang tidak lagi tinggal serumah dengan Ibu dan Shan Yan, selain itu semua tetap sama…" Dia berusaha menenangkan.
Barulah ibu mertua perlahan melepaskan genggaman eratnya. "Ini dosa… Memiliki dua anak, tapi tetap harus berpisah…"
Perkataan ibu mertua membuat hatinya ikut tersayat. "Sudahlah, Ibu… Jangan menangis lagi, aku dan Shan Yan akan menyelesaikan urusan ini dengan baik."
Ibu mertua lemas bersandar di kursi roda, berkata dengan hati yang perih, "Aku masih berpikir kenapa Shan Yan belum juga memberikan cincin itu padamu, rupanya dia memberikannya pada wanita lain…"
Dia menutup matanya sebentar dengan berat hati. "Aku sudah bertemu dengan Nona Ji… Dia bukan gadis jahat, perasaannya pada Shan Yan juga tulus, jadi kalian seharusnya bisa akur di kemudian hari."
Ibu mertua sedih menggeleng. "Aku sudah menganggapmu sebagai menantu, Qingyou juga memanggilmu kakak ipar… Bagaimana mungkin kami bisa menerima orang lain?"
"Ibu…"
Dia dengan lembut mengusap air mata ibu mertua, baru menyadari bahwa dia juga tak tega meninggalkan sang ibu dan rumah ini.
Sejak kecil dia tak pernah merasakan kehangatan keluarga, baru setelah masuk ke Kediaman Keluarga Gu, dia merasakan perasaan dilindungi layaknya keluarga...
Sungguh, dia sangat tak tega untuk pergi...
Namun, dia sudah tak memenuhi syarat untuk tinggal di sini lagi.
