BAB 923: Pindah dari Kediaman Keluarga Gu
Diam-diam ia meninggalkan pintu kamar Xiao Xi, tanpa berniat memberi salam pada Shan Yan...
Ya, mulai saat ini, ia tak akan lagi muncul di hadapannya...
Ia berpikir, inilah yang diharapkan pria itu.
Dulu sempat kukira mereka bisa menjadi sahabat di masa depan, kini tersadar hal itu mustahil...
Nanti, mereka akan seperti dua orang asing. Bila pun bertemu di jalan, hanya akan saling berpapasan tanpa sapa...
Hanya saja, saat ini hatinya terasa sakit sekali, seolah ada orang mengayunkan pedang, menyiksa relung hatinya berkali-kali...
Bukan karena perceraian yang membuatnya sedih, tapi karena di mata pria itu, dirinya ternyata begitu hina...
Sebelum Ji Siji muncul, ia benar-benar mengira mereka punya kesempatan untuk melanjutkan hubungan...
Tapi sekarang semua tak berarti lagi, karena mereka sudah resmi bercerai...
Citranya di hati pria itu tak penting lagi. Ke depan mereka akan menjadi dua insan asing...
Harapan masa depan, ia dan orang yang dicintainya bisa bahagia selamanya.
……
Setelah itu dia tidak lagi masuk ke kamar Xiao Xi, karena Shan Yan sedang menemani Xiao Xi, sementara Xiao Bei sudah dibawa Tante Qu ke kamar ibu mertua. Malam ini Tante Qu yang merawat, jadi dia sendirian di kamar luas ini.
Sebentar lagi harus berpisah dengan tempat ini. Dia memeluk bantal sambil bersandar di sofa, memandangi ranjang besar tempat dulu ia dan Shan Yan pernah bercinta... Hati dipenuhi kepedihan tak berujung.
Tapi malam itu akhirnya dia tertidur juga. Hanya saja dalam mimpi terus muncul bayangan Shan Yan yang memandangnya dengan hina, berkata semua ini akibat ulahnya sendiri...
……
Keesokan harinya sengaja dia turun tangga sangat siang, khawatir bertemu Shan Yan.
Syukurlah saat turun pukul 10, Shan Yan sudah pergi. Hari ini suasana hati Xiao Xi jauh lebih baik dibanding kemarin...
Memeluknya erat, Xiao Xi berkata serius: "Mama, kalau Ayah tidak ada, aku dan adik akan merawat Mama baik-baik..."
Dia yakin pasti Shan Yan sudah bicara sesuatu pada Xiao Xi, sehingga anak itu bisa ikhlas. Dalam hati dia berterima kasih... Meski hubungan mereka sudah putus, tapi dia tetap memikirkan kedua anaknya.
"Tante..."
Xiao Xi tiba-tiba memanggil. Baru sadar Qingyou sudah tidak tahu sejak kapan datang.
"Qingyou." Suasana hatinya juga lebih cerah hari ini, senyum tipis mengembang di wajah.
Qingyou datang ke hadapan mereka, penuh kasihan mengusap kepala Xiao Xi. "Besok akhir pekan, Tante akan ajak Mumu dan Adik Xixi main bersamamu, ya?"
Xiao Xi mengangguk gembira. "Aku sangat kangen Adik Mumu..."
"Ya, sekarang main dulu. Tante mau bicara sebentar dengan Mama-mu!" Qingyou menunduk mencium dahi Xiao Xi.
"Ya." Xiao Xi lari pergi dengan patuh.
"Awalnya kukira Xiao Xi tidak bisa menerima perpisahanmu dengan Kakakku. Ternyata dia lebih kuat dari yang kubayangkan!" Setelah Xiao Xi pergi, Qingyou berkata dengan terharu.
Dia memandangi bayangan Xiao Xi yang menjauh, melaporkan sejujurnya. "Kemarin Xiao Xi menangis seharian penuh. Malamnya Shan Yan kembali... Mungkin Shan Yan sudah membujuknya banyak-banyak sampai emosinya tenang!"
"Hah..." Qingyou mendesah pasrah. "Sulit dipercaya, saat kau melahirkan dulu Kakakku hampir tak pernah meninggalkanmu. Tapi belum genap sebulan, kalian sudah bercerai..."
"Duduk." Dia duduk di sofa sambil menepuk posisi di sampingnya.
Qingyou mengangguk lalu duduk di sebelahnya.
"Kenapa pagi-pagi sudah datang?" tanyanya pelan.
Pupil mata jernih Qingyou menatapnya. "Ibu memberitahuku, kau berencana pindah dari sini dalam beberapa hari, benarkah?"
“Ya... mengingat aku dan Shan Yan sudah bercerai, tinggal di sini juga tidak cocok... Tapi kau tak perlu khawatir, aku sudah menyewa suite besar lagi, percaya Xiao Xi akan terbiasa.” Jika bukan karena mempertimbangkan Xiao Xi, hari ini dia sudah berniat pindah keluar.
Dia benar-benar takut bertemu Shan Yan di rumah ini...
Benar, lebih baik tidak bertemu daripada bertemu dengan canggung.
Qingyou berkata serius, "Aku tahu kau akan pindah ke pusat kota, tapi kau sendirian membawa anak, tinggal di pusat kota sungguh tidak praktis... Jadi, aku ingin kau pindah ke rumah Bibi Shu, agar saat kau bekerja nanti, dua anak di rumah juga bisa kau percayakan."
Dia sedikit terkejut, "Pindah ke rumah Bibi Shu?"
Qingyou mengangguk tulus, "Bibi Shu tinggal sendirian, kalau kau pindah kesana dengan anak-anak, bisa menemani Bibi Shu..."
"Tapi aku dan Bibi Shu..." Dia ingin bilang dia dan Bibi Shu tidak begitu akrab.
Qingyou berkata sambil tersenyum, "Kau tak perlu khawatir, Bibi Shu sangat mudah diajak bicara, lihat saja Yaru yang dulu selalu tinggal di rumahnya... Selain itu, aku sungguh khawatir kau sendirian membawa dua anak tinggal di pusat kota yang berbahaya, jadi harap kau pindah ke rumah Bibi Shu. Rumah Bibi Shu juga dekat dengan Jiang Zhai, belakangan ini aku dan Jiang Jun juga berencana pindah kembali ke Jiang Zhai dari Lanxi untuk sementara, jadi anak-anak bisa sering bermain bersama..."
“Dia termenung sejenak, kemudian mengangguk, ”Sejujurnya, tinggal di pusat kota dengan dua anak juga pernah aku pertimbangkan masalah keamanannya. Jika bisa tinggal di rumah Bibi Shu, tentu itu yang terbaik... Hanya saja aku khawatir akan mengganggu kakek itu.”
“Tentu tidak...” Qingyou menggandeng tangannya, berkata dengan sangat serius, ”Bibi Shu paling suka anak-anak. Jika kau membawa Xiao Xi dan Xiao Bei tinggal di sana, dia pasti senang sekali... Tentu saja alasan aku meyakinkanmu pindah ke sana juga karena merasa kalian bisa membantuku menjaga Bibi Shu.”
“Baiklah, kalau begitu kita sepakat... Asalkan Bibi Shu tidak merasa terganggu, dalam beberapa hari kami akan pindah ke Gunung Boming.” Dia benar-benar berterima kasih pada Qingyou yang telah membantunya menyelesaikan masalah belakang, sehingga bisa bekerja dengan tenang di kemudian hari.
“Baik, nanti aku akan membantumu pindah bersama.”
“Ya.”
……
Waktu bagai aliran air, tak terasa pernikahannya dengan Shan Yan telah berakhir seminggu yang lalu. Dia tak ingin lagi menunda-nunda, memutuskan untuk pindah dari Kediaman Keluarga Gu hari ini juga.
Xiao Xi yang mengetahui akan tinggal di Gunung Boming dan bisa sering bertemu Mumu serta Xixi, sudah tidak begitu menolak, meski perasaannya masih lesu...
Saat pelayan Kediaman Gu membantu mereka menyusun barang, Xiao Xi memeluknya sedih, ”Mama, Ayah tidak mau membantu kita pindah?”
Dengan senyuman dia menjawab, ”Ayah sibuk bekerja seperti yang kau tahu. Tapi jika kau rindu padanya, telepon saja... Bukankah dia pernah bilang selama kau merindukannya, dia akan segera datang menemuimu?”
“Ya ya.” Xiao Xi mempertimbangkan sebentar. “Kalau begitu aku tidak akan mengganggu Ayah dulu, setelah kita pindah ke rumah Nenek Shu, aku akan menelepon Ayah.”
“Baik.”
Melihat Xiao Xi menahan kepedihannya, dia benar-benar merasa lega.
Anaknya selalu penuh pengertian seperti ini.
Maka, ditemani supir yang dikirim Qingyou, dia membawa Xiao Xi dan Xiao Bei pindah ke Gunung Boming. Selama perjalanan, dia sama sekali tidak berani menoleh ke belakang, karena takut melihat air mata Nenek dan Tante Qu, juga takut melihat segala kenangan yang masih melekat di tempat ini...
