Bab 941 Tak Bersesuaian
Dia merasakan betapa dalam kasih sayang dan perhatiannya. Hatinya terharu. "Aku sama sekali tidak capek, aku hanya ingin kau bahagia... Karena melihatmu bahagia, aku pun ikut bahagia."
Shan Yan mengangkat sudut bibirnya, "Kemarilah."
"Ya?"
Shan Yan meletakkan sumpit, menepuk posisi di sampingnya. "Duduk di sini."
Dengan senyum manis, dia membawa mangkuknya dan duduk di sebelah pria itu.
Tak disangka, baru saja duduk, pria itu sudah mencium pipinya.
Seketika dia mengusap wajahnya.
"Kau jorok sekali!" Meski bernada menegur, suaranya terdengar penuh pura-pura kesal.
"Jorok pun tak apa, asal kau tak jijik." Shan Yan berkata puas diri, lalu melanjutkan makannya.
Dengan senyuman manis, mereka berdua menghabiskan semua hidangan di meja.
Setelah makan, mereka menyerahkan piring kotor ke mesin cuci piring lalu duduk di sofa ruang tamu.
Sistem audio di ruang tamu sangat bagus, memutar musik klasik Barat berirama lambat. Dipeluk Shan Yan, dia meringkuk di pangkuannya, merasakan kedamaian yang belum pernah dialaminya sebelumnya.
“Kau tahu betapa aku dulu merindukan bisa memelukmu seperti saat ini?”
Suara lembut pria itu terdengar dari atas kepalanya, disertai ciuman lembut di rambutnya.
Mendengar itu, tangannya yang memeluk erat semakin mengencangkan pelukan, berkata sungguh-sungguh, “Aku tak akan pernah lagi meninggalkanmu.”
Shan Yan merasa puas, mencium dahinya lagi. “Bagaimana kalau kita punya anak lagi nanti!”
“Ah?”
Matanya terbuka lebar terkejut. “Shan Yan, yang benar? Kau masih menginginkan anak perempuan?”
Shan Yan menggeleng, tatapan penuh kasih menancap di wajahnya. “Istri, aku tak peduli apakah kita bisa punya anak perempuan lagi. Hanya saja, jika kita punya anak lagi, kau tak mungkin bisa meninggalkan duniaku...”
Matanya tiba-tiba terasa perih, menyadari alasan ia berpikir demikian adalah karena rasa aman yang dia berikan masih kurang.
Benar, dulu dia terlalu banyak salah paham dan mengecewakan pria ini...
Maka, tangannya yang semula memeluk pinggangnya beralih merangkul leher pria itu. Tanpa berkedip, ia menatapnya dengan suara tulus, “Shan Yan, aku mencintaimu. Tak akan lagi aku kecewakan kau.”
Shan Yan mengangkat tangan, membelai lembut pipinya. “Aku juga berharap kau ingat, cintaku padamu takkan pernah berubah.”
Ia menyembunyikan wajah di dada hangatnya, memejamkan mata dengan puas. Suara seraknya yang bergetar haru berbisik, “Aku yakin kita akan bersama sampai rambut memutih...”
Dagu Shan Yan sedikit menempel di dahinya, semua rasa sayang terpancar dari tangan yang gemetar saat memeluknya.
Baru saat itulah dia bersuara, "Shan Yan, boleh aku minta tolong sesuatu?"
Suara lembut Shan Yan, "Ya, katakan."
Dengan berat hati dia mengungkapkan, "Aku mau pinjam satu miliar darimu."
Shan Yan jelas terkejut dengan permintaan itu, tubuhnya bergetar halus. Reaksinya justru membuatnya bingung, karena dia tahu satu miliar bukan jumlah yang sulit bagi pria ini.
Dia melepaskan pelukan dan menatap wajah tampannya yang kaku. "Aku tahu ini jumlah fantastis. Sebenarnya ini lebih mirip meminta daripada meminjam, karena mustahil bisa kukembalikan. Tapi harap dengarkan dulu alasan di balik permintaanku ini."
Tatapan Shan Yan terasa berat, tetap membisu.
Menduga kekakuan itu berasal dari kekhawatiran, buru-buru dia jelaskan, "Tenang, aku baik-baik saja. Uang ini untuk pengobatan ibuku..."
Satu per satu dia paparkan temuan investigasi Tan Yan di Amerika terkait dokumen faks yang diterimanya.
Namun Shan Yan tetap diam seribu bahasa.
Kesunyian itu mulai menggerogoti hatinya. "Diammu... apakah permintaanku memberatkanmu?"
Tatapan dalam Shan Yan yang setia mengikutinya baru mulai pulih, bersuara, "Seratus juta bagi saya tidak seberapa, tapi saat ini benar-benar menyulitkan, karena Ximei baru saja mengambil proyek penting, semua dana likuid perusahaan sudah diinvestasikan."
Rupanya begitu.
Mendengar jawabannya seperti ini, dia justru menghela napas lega. Ya ampun, tatapannya tadi membuatnya sangat khawatir, selalu merasa seolah telah melakukan kesalahan.
"Gak apa-apa, dana yang ada ini bisa kucari dulu dari Tan Yan atau Qingyou. Setelah perputaran danamu lancar, kau bisa melunasi utang ini untukku... Karena aku boleh berhutang padamu, tapi tidak pada mereka." Katanya dengan tulus.
Shan Yan tersenyum tipis, "Aku lega kau bisa berpikir seperti ini... Tenang saja, uang ini akan kulunasi untukmu." Usai berkata, Shan Yan penuh kasih mengelus rambut panjangnya.
Ia kembali membiarkan diri masuk ke pangkuan pria itu, dengan puas tersenyum. "Terima kasih, Shan Yan... Terima kasih telah membuatku bisa memiliki dirimu lagi."
Shan Yan mencium di atas kepalanya, dengan suara penuh kasihan, "Sayang, mandilah. Malam ini kita tidur lebih awal."
"Baik."
Terpaku di pangkuan hangatnya, dia memang sudah mulai mengantuk. "Kalau begitu aku akan mandi..."
Shan Yan mencium dahinya sekali lagi. "Pergilah!"
……
Malam ini dia tidur dengan tenang, bahkan dalam mimpi pun dia melihat Ibunya...
Dalam mimpi, sosok ibunya masih seperti yang diingatnya, wajahnya sama sekali tidak terlihat tua, memanggilnya dengan mesra "Xiao Mo", dan membuat banyak makanan enak untuknya...
Karenanya saat terbangun, mulutnya masih terbata-bata memanggil "Mama".
Baru setelah itu ia tersadar bahwa itu hanya mimpinya sendiri, hatinya langsung diliputi kekecewaan mendalam, baru menyadari bahwa meski sudah bertahun-tahun terpisah, kerinduannya pada sang ibu tetap sama membara...
Tanpa basa-basi, ia langsung bersandar di tepi ranjang dan menelepon Qingyou.
Ya, ia memutuskan untuk meminjam uang dari Qingyou.
Sebenarnya ia juga bisa meminjam dari Tan Yan, tapi sebaik apapun Tan Yan, seharusnya ia tidak merepotkannya terlalu sering mengingat hubungan mereka sebelumnya sudah membuat keluarga Qin salah paham.
Qingyou segera mengangkat telepon, dengan panggilan mesra yang tak berubah, "Kakak ipar..."
Ia yakin Qingyou sudah tahu hubungannya dengan Shan Yan, karena itu langsung membuka topik, "Qingyou, aku menelepon untuk meminjam uang... Sebenarnya awalnya mau minta bantuan kakakmu, tapi perusahaan Kakak sedang mengerjakan proyek baru, jadi terpaksa aku menghubungimu... Tapi tenang, nanti Kakak pasti akan mengembalikan uang Jiang Jun ini."
Qingyou menjawab dengan praktis, "Boleh, mau pinjam berapa?"
Dengan terbata-bata ia mengeluarkan kata-kata, "Graaah! Seratus juta."
"100 juta?" Qingyou terkejut.
Dia sedikit kaku, "Aku tahu ini banyak, tapi seharusnya tidak menyulitkan Jiang Jun, lagipula Kakakmu bilang, akan segera melunasinya ke Jiang Jun..."
Qingyou segera menjawab, "Bukan begitu, Kak... 100 juta bagi Jiang Jun sama sekali tidak masalah, yang sulit adalah kebetulan perusahaan Jiang sedang audit, yaitu menghitung ulang keuangan kantor pusat dan semua cabang. Menurut ketentuan Dewan Direksi, selama periode ini untuk menghindari kecurangan pembukuan, semua perusahaan di bawah Kelompok Jiang termasuk kantor pusat dilarang melakukan pengeluaran apa pun."
